70 SHALAWAT PILIHAN : Riwayat, Manfaat, dan Keutamaannya

Point

70 Shalawat Pilihan: Riwayat, Manfaat, dan Keutamaannya

Diterjemahkan dari buku aslinya berbahasa Arab:

Mukhtashar fi Ma'ānī Asma' Allāh al-Husna,

Bāb "ash-Shalāh 'alā an-Nabi,”

karya Al-Ustadz Mahmúd Sāmī,

tanpa tempat dan tahun penerbitan

Penerjemah: Idrus Hasan

Hak terjemahan dilindungi undang-undang

Dilarang mereproduksi maupun memperbanyak seluruh atau sebagian isi buku ini dalam bentuk dan cara apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit

All rights reserved Cetakan XI, Dzulqa'dah 1427 H/Desember 2006

Diterbitkan oleh PUSTAKA HIDAYAH

Anggota Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI)

Jl. Rereng Adumanis 31, Sukaluyu, Bandung 40123

e-mail: pustakahidayah@bdg.centrin.net.id

Telp.: (022)-2507582/Faks.: (022)-25 17757

Desain Sampul: GBALLON

Tata-letak: Taufik Lubis

ISBN: 979-9109-58-2

ص: 1

Point

بسم الله الرحمن الرحیم

ص: 2

ص: 3

70 Shalawat Pilihan: Riwayat, Manfaat, dan Keutamaannya

Diterjemahkan dari buku aslinya berbahasa Arab:

Mukhtashar fi Ma'ānī Asma' Allāh al-Husna,

Bāb "ash-Shalāh 'alā an-Nabi,”

karya Al-Ustadz Mahmúd Sāmī,

tanpa tempat dan tahun penerbitan

Penerjemah: Idrus Hasan

Hak terjemahan dilindungi undang-undang

Dilarang mereproduksi maupun memperbanyak seluruh atau sebagian isi buku ini dalam bentuk dan cara apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit

All rights reserved Cetakan XI, Dzulqa'dah 1427 H/Desember 2006

Diterbitkan oleh PUSTAKA HIDAYAH

Anggota Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI)

Jl. Rereng Adumanis 31, Sukaluyu, Bandung 40123

e-mail: pustakahidayah@bdg.centrin.net.id

Telp.: (022)-2507582/Faks.: (022)-25 17757

Desain Sampul: GBALLON

Tata-letak: Taufik Lubis

ISBN: 979-9109-58-2

ص: 4

Transliterasi

Transliterasi

ص: 5

ص: 6

Isi Buku

Transliterasi-5

Isi Buku-7

Bab 1

Shalawat: Keutamaan dan Kedudukannya—13

Fungsi Shalawat Nabi Saw.—13

Perselisihan Pendapat tentang Tambahan Kata Sayyidinā pada Shalawat Nabi Saw.—15

Apakah Nabi Saw. Memperoleh Manfaat dari Shalawat?-17

Sebab-sebab yang Menjadikan Pahala Shalawat Berlipat Ganda-19

Jumlah Minimal Shalawat yang Harus Dibaca Orang Setiap Harinya-22

Keutamaan Shalawat atas Keluarga Nabi Saw.—23

Adab Membaca Shalawat-24

ص: 7

Komentar Atas Pendapat yang Mengatakan Bahwa Shalawat Mutlak Diterima-27

Surga Bertambah Luas karena Pembacaan Shalawat-28

Mana yang Lebih Utama: Sedekah atau Shalawat Nabi Saw.?_29

Mana yang Lebih Utama: Membaca Alquran atau Membaca Shalawat Nabi Saw.?-30

Tafsir Ayat 56 Surah Al-Ahzāb-33

Tempat-tempat yang Disyariatkan untuk Membaca Shalawat-40

Bab 2

Contoh-contoh Shalawat dan Riwayat

Penggunaannya-45

SHALAWAT KE-1-49

SHALAWAT KE-2-46

SHALAWAT KE-3–68

SHALAWAT KE-4–69

SHALAWAT KE-5—71

SHALAWAT KE-6–73

SHALAWAT KE-7–74

ص: 8

SHALAWAT KE-8–76

SHALAWAT KE-9-78

SHALAWAT KE-10-80

SHALAWAT KE-11-83

SHALAWAT KE-124-86

SHALAWAT KE-13_88

SHALAWAT KE-14–91

SHALAWAT KE-15—93

SHALAWAT KE-16—-95

SHALAWAT KE-17--97

SHALAWAT KE-18–100

SHALAWAT KE-19--102

SHALAWAT KE-20-104

SHALAWAT KE-21-106

SHALAWAT KE-22--108

SHALAWAT KE-23—110

SHALAWAT KE-24--112

SHALAWAT KE-25—118

SHALAWAT KE-26—121

SHALAWAT KE-27—123

SHALAWAT KE-28—127

SHALAWAT KE-29—129

SHALAWAT KE-30-131

ص: 9

SHALAWAT KE-31-133

SHALAWAT KE-32-135

SHALAWAT KE-33—139

SHALAWAT KE-34-140

SHALAWAT KE-35-144

SHALAWAT KE-36-146

SHALAWAT KE-37-148

SHALAWAT KE-38—150

SHALAWAT KE-39—153

SHALAWAT KE-40--155

SHALAWAT KE-41--157

SHALAWAT KE-42—159

SHALAWAT KE-43--161

SHALAWAT KE-44–163

SHALAWAT KE-45--165

SHALAWAT KE-46_168

SHALAWAT KE-47--172

SHALAWAT KE-48—175

SHALAWAT KE-49-177

SHALAWAT KE-50—179

SHALAWAT KE-51---181

SHALAWAT KE-52-183

SHALAWAT KE-53-185

ص: 10

SHALAWAT KE-54–187

SHALAWAT KE-55—189

SHALAWAT KE-56—191

SHALAWAT KE-57-193

SHALAWAT KE-58—195

SHALAWAT KE-59—197

SHALAWAT KE-60-199

SHALAWAT KE-61--201

SHALAWAT KE-62--203

SHALAWAT KE-63--205

SHALAWAT KE-64-206

SHALAWAT KE-65--208

SHALAWAT KE-66--211

SHALAWAT KE-67--214

SHALAWAT KE-68--219

SHALAWAT KE-69-222

SHALAWAT KE-70_223

ص: 11

ص: 12

Bab 1 - Shalawat : Keutamaan dan Kedudukannya

Fungsi Shalawat Nabi Saw.

Pengarang Syarh Dalā'il-menukil pernyataan yang diberikan oleh Qādhi 'Iyādh di dalam kitab Asy-Syifa'-mengatakan bahwa maksud pembacaan shalawat dalam

pembukaan segala sesuatu itu adalah untuk:

1. Bertabarruk (memohon berkah), sesuai dengan sabda Nabi saw., "Setiap perbuatan penting yang tidak dimulai dengan menyebut nama Allah dan bershalawat kepadaku niscaya kurang sempurna.” Juga didasarkan atas firman Allah SWT di dalam surah al-Insyirah ayat 4, yang berbunyi: Kami meninggikan bagimu sebutan (nama)-mu. (QS al-Insyirāh [94]: 4).

ص: 13

Tentang maksud ayat ini, sebagian ahli hadis meriwayatkan sebuah hadis dari salah seorang sahabat, yakni Abū Sā'īd r.a., bahwa makna ayat tersebut adalah, "Tidaklah Aku (Allah) disebut, melainkan engkau (Muhammad) pun disebut pula bersama-Ku.”

2. Memenuhi sebagian hak Rasūlullāh saw., sebab beliau adalah perantara antara Allah SWT dan hamba-hamba-Nya. Semua nikmat yang diterima oleh mereka-termasuk nikmat terbesar berupa hidayah kepada Islam-adalah dengan perantara dan melalui Rasūlullah saw. Di dalam salah satu hadis, Rasūlullāh saw. bersabda, "Belumlah bersyukur kepada Allah orang yang tidak berterima kasih kepada manusia.”

3. Memenuhi perintah Allah SWT yang dituangkan-Nya di dalam firman-Nya yang berbunyi:

«یَا أَیُّهَا الَّذِینَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَیْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِیمًا»

Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kalian untuk Nabi, dan ucapkanlah penghormatan kepadanya. (QS al-Ahzāb [33]: 56).

ص: 14

Demikianlah di antara fungsi shalawat seperti yang dikemukakan oleh pengarang kitab Syarh Dalā’il.

Perselisihan Pendapat tentang Tambahan Kata Sayyidinā pada Shalawat Nabi Saw.

Al-Majdu al-Lughawi menyebutkan di dalam kitab Al-Qawi al-Badī' bahwa kebanyakan orang mengucapkan shalawat dengan tambahan kata sayyidinā sebelum nama Baginda Nabi saw., seperti, "Allahumma shalli ‘alā Sayyidinā Muhammad." Dalam kaitan ini, perlu dijelaskan bahwa pembacaan shalawat dengan tambahan kata sayyidinā itu tidak dilakukan di dalam salat, karena mengikuti lafal yang telah disebutkan dalam hadis-hadis yang sahih. Sedangkan di luar salat, Rasūlullāh saw. mengingkari menyebut namanya dengan tambahan sayyidinā itu. Hal ini mungkin karena dua sebab: pertama, karena tawadhu' (kerendahan hati) beliau, dan kedua, karena beliau tidak mau dipuji atau disanjung secara langsung; atau karena sebab-sebab yang lain. Padahal, Rasul saw. sendiri telah menyatakan di da-

lam salah satu hadisnya, yang artinya, "Aku adalah sayyid (penghulu) manusia.”

ص: 15

Sementara tentang Hasan, cucunya, beliau bersabda, ”Sesungguhnya putraku ini adalah sayyid.” Beliau juga pernah bersabda untuk Sa'ad bin Mu'ādz r.a., "Berdirilah untuk Sayyid kalian!" Hadis-hadis tersebut di atas menunjukkan dengan jelas tentang kebolehan hal tersebut, sedangkan mengenai larangan atas hal itu justru masih memerlukan dalil. Asnawi, di dalam kitab Al-Muhimmāt, mengemukakan ucapan Syaikh 'Izzuddin bin `Abdissalām. Ia berkata, "Pada prinsipnya, pembacaan shalawat di dalam tasvahud itu hendaklah ditambah dengan lafal sayyidinā, demi mengikuti adab dan menjalankan perintah. Atas yang pertama hukumnya mustahab (sunnah). Rasūlullāh saw. bersabda, “Katakanlah oleh kalian, Allāhumma shalli 'ala Muhammad.” Sementara Ibn Mas'ūd mengemukakan sebuah hadis yang berbunyi, "Perbaguslah shalawat kepada Nabimu.” Imam Ramli dan Imam Ibn Hajar sepakat bahwa, penambahan lafal sayyidinā dalam shalawat atas Nabi saw., baik dalam salat maupun di luar salat, hukumnya sunnah. Ketika Imam As-Suyūthi ditanya orang tentang hadis yang artinya, "Janganlah kamu men-sayyid-kan aku dalam salat!" Beliau menjawab sebagai berikut:

ص: 16

Sebenarnya Rasulullāh tidak menambahkan kata sayyidina ketika mengajarkan shalawat kepada para sahabat-nya, disebabkan oleh ketidaksukaan beliau pada kemegahan. Karena itulah, dalam salah satu hadis, beliau mengatakan, "Aku adalah suyyid (penghulu) manusia, dan tidak angkuh." Akan tetapi, kita sebagai umatnya wajib menghormati dan mengagungkan beliau. Hal itu telah diajarkan Allah kepada kita dalam firman-Nya yang melarang kita menyebut Rasūlullāh saw. dengan nama saja, yakni:

«لَا تَجْعَلُوا دُعَاءَ الرَّسُولِ بَیْنَکُمْ کَدُعَاءِ بَعْضِکُمْ بَعْضًا »

Janganlah kalian menjadikan panggilan Rasul di antara kalian seperti panggilan sebagian kalian kepada sebagian yang lain. (QS an-Nür [24]: 63).

Apakah Nabi Saw. Memperoleh Manfaat dari Shalawat?

Apakah Nabi saw. memperoleh manfaat dari pembacaan shalawat yang dilakukan oleh umatnya? Jawaban atas pertanyaan ini diberikan oleh pengarang kitab Jawāhir al-

ص: 17

Ma'ānī, Abū al-'Abbas at-Tijānī r.a. Ia menuturkan, "Ketahuilah, bahwa Nabi saw. sama sekali tidak membutuhkan shalawat pada pahala amal umatnya yang dihadiahkan mereka kepadanya. Hal itu tidak lain disebabkan oleh kemurahan Tuhannya yang sangat berlimpah kepada-nya, sehingga beliau tidak lagi memerlukan tambahan dari selain-Nya.” Hal ini dibuktikan oleh firman Allah SWT sebagai berikut:

«وَلَسَوْفَ یُعْطِیکَ رَبُّکَ فَتَرْضَی »

Kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu sehingga (hati)-mu menjadi puas. (QS adh-Dhuhā [93]: 5).

Allah SWT juga berfirman:

«وَکَانَ فَضْلُ اللَّهِ عَلَیْکَ عَظِیمًا »

Karunia Allah itu sangat besar atasmu. (QS an-Nisā’ [4]:113).

Sekurang-kurangnya, ganjaran yang akan diperoleh Nabi saw. itu adalah, bahwa dari sejak beliau diutus sampai tibanya Hari Kiamat, atas semua pahala amal tiap-

ص: 18

tiap umatnya, beliau pun mendapatkan bagian yang sama tanpa dikurangi sedikit pun. Dari keterangan di atas, jelas sekali bahwa orang yang telah mendapat jaminan ganjaran yang sedemikian besar dari Allah SWT itu, tentu tidak membutuhkan tambahan shalawat dan hadiah amal dari umatnya. Sedangkan perintah Allah kepada umat-Nya agar membacakan shalawat kepada beliau adalah untuk memberitahu mereka, betapa tingginya derajat beliau di sisi Allah, dan betapa

beliau adalah satu-satunya manusia pilihan yang paling utama di antara seluruh makhluk-Nya. Perintah membaca shalawat juga dimaksudkan agar umat mengetahui bahwa Allah tidak akan menerima amal perbuatan seseorang kecuali setelah ber-tawassul dengan perantaraan baginda Nabi Muhammad saw.

Sebab-sebab yang Menjadikan Pahala Shalawat Berlipat Ganda

Imam Al-Ghazālī di dalam kitab Al-Ihya'-nya mengatakan bahwa sesungguhnya berlipatgandanya pahala shalawat atas Nabi saw. adalah karena shalawat itu bukan hanya

ص: 19

mengandung satu kebaikan saja, melainkan mengandung banyak kebaikan, sebab di dalamnya tercakup:

1. Pembaruan iman kepada Allah.

2. Pembaruan iman kepada Rasul.

3. Pengagungan terhadap Rasul.

4. Dengan inayah Allah, memohon kemuliaan baginya.

5. Pembaruan iman kepada Hari Akhir dan berbagai kemuliaan.

6. Dzikrullāh.

7. Menyebut orang-orang yang salih.

8. Menampakkan kasih sayang kepada mereka.

9. Bersungguh-sungguh dan tadharru' dalam berdoa.

10. Pengakuan bahwa seluruh urusan itu berada dalam kekuasaan Allah.

Inilah sepuluh kebaikan selain dari kebaikan yang disebutkan dalam syariat, bahwa setiap satu kebaikan dibalas dengan sepuluh ganjaran, sedangkan satu kejahat-

an itu hanya dibalas dengan satu balasan saja. Demikian penjelasan Imam Al-Ghazali. Diantara karunia Allah yang diberikan kepada Nabi-Nya adalah menggabungkan zikir kepada-Nya dengan zikir kepada Nabi-Nya di dalam dua kalimat syahadat;

ص: 20

menjadikan ketaatan kepada Nabi sebagai ketaatan kepada-Nya, kecintaan kepada Nabi sebagai kecintaan kepada-Nya; juga mengaitkan pahala shalawat atas Nabi dengan pahala dzikrullāh. Allah SWT berfirman:

فَاذْکُرُونِی أَذْکُرْکُمْ

Karena itu, ingatlah kalian kepada-Ku niscaya Aku pun akan mengingat kalian .... (QS al-Baqarah [2]: 152). Sementara di dalam salah satu hadis qudsi, Allah SWT berfirman: "Jika hamba-Ku menyebut-Ku di dalam hatinya, Aku pun akan menyebutnya di dalam diri-Ku. Jika ia menyebut-Ku di tengah khalayak ramai, Aku pun akan menyebutnya di tengah khalayak yang lebih baik dari khalayaknya."

Begitu juga yang dilakukan Allah atas hak Nabi kita saw., yaitu membalas satu shalawat seorang hamba dengan sepuluh shalawat dan satu salam dengan sepuluh

salam.

ص: 21

Jumlah Minimal Shalawat yang Harus Dibaca Orang Setiap Harinya

Dalam salah satu hadis, Rasūlullāh saw. bersabda, "Perbanyaklah oleh kalian membaca shalawat atasku, terutama pada hari Jumat dan malam Jumat.”

Abū Thālib al-Makkī berkata, "Sedikitnya dari yang banyak itu adalah tiga ratus kali.” Sementara As-Sakhawi mengatakan bahwa hal itu tidak ada sandarannya yang pasti. Mungkin beliau menerimanya dari salah seorang yang salih, baik dengan pengalaman atau yang lainnya, atau termasuk orang yang berpendapat bahwa sekurang-kurangnya yang dapat disebut banyak itu adalah tiga ratus. Namun, hanya Allah jualah yang mengetahui hal yang sebenarnya. Sedangkan Imam Asy-Sya'rāni di dalam kitab Kasyf al-Ghummah berkata sebagai berikut: Sebagian ulama r.a. ada yang berpendapat bahwa sekurang-kurangnya pembacaan shalawat atas Nabi saw. itu adalah tujuh ratus kali di waktu siang dan tujuh ratus kali di waktu malam. Sebagian lagi mengatakan, bahwa sekurang-kurangnya tiga ratus lima

ص: 22

puluh kali di waktu siang dan tiga ratus lima puluh kali di waktu malam. Keutamaan Shalawat atas Keluarga Nabi Saw. Pengarang kitab Dzakhīrah al-Khayr berkata, "Keutamaan pembacaan shalawat atas Nabi saw. saja tidak sama dengan keutamaan shalawat atas Nabi saw. dan keluarganya bersama-sama. Sebab, shalawat atas keluarga Nabi adalah termasuk sunnah tersendiri.” Di dalam hadis-hadis yang sahih disebutkan, shalawat atas keluarga Nabi saw. sangat dituntut, dan itu pula

yang dijadikan nash oleh para Imam. Di dalam beberapa shīghat shalawat yang diajarkan Nabi saw. kepada umatnya, beliau juga selalu menyertakan keluarganya. Jadi, tidak diragukan lagi bahwa orang yang menjalankan sunnah dalam suatu ibadah tidak sama dengan orang yang meninggalkannya. Dalam hadis ‘Uqbah bin ‘Amir disebutkan doa Nabi saw., "Ya Allah, limpahkanlah shalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad."

ص: 23

Sementara itu, Imam Asy-Syāfi'ī bermadah: Wahai keluarga Rasūlullāh, cinta kepada kalian adalah kewajiban dari Allah di dalam Alquran yang diturunkan-Nya.

Cukuplah kehormatan yang besar bagi kalian, orang yang tidak mengucapkan shalawat kepada kalian, tidak sah salat baginya. Nyatalah, bahwa meninggalkan pembacaan shalawat atas keluarga Nabi termasuk meninggalkan keutamaan yang sangat besar dan sunnah (tradisi) yang sangat berharga.

Adab Membaca Shalawat

Qādhī lyādh, di dalam kitab Al-Ikmāl, menukil ucapan sebagian ahli haq yang pernah dijumpainya. Ia berkata sebagai berikut: Sesungguhnya maksud sabda Nabi saw., "Barang-siapa yang bershalawat atasku satu kali, Allah akan bershalawat atasnya sepuluh kali," adalah diperuntukkan bagi mereka yang benar-benar ikhlas melaku-

ص: 24

kannya dan melaksanakan hak-haknya, disertai dengan penghormatan bagi beliau dan rasa cinta kepada beliau; bukan bagi mereka yang melakukannya karena berharap pahala bagi dirinya, atau karena mengharap agar doanya diperkenankan. Karena itulah, kata Sayyid Abdul Azīz ad-Dabbāgh di dalam kitab al-Ibrīz, Anda melihat dua orang yang sama-sama mengucapkan shalawat atas Nabi saw., namun yang seorang hanya mendapat pahala sedikit, sedangkan yang lainnya mendapat pahala yang tidak terhingga. Sebabnya adalah, orang yang pertama mengucapkan shalawat itu dengan hati yang lalai dan dipenuhi oleh kesibukan duniawi. Ia mengucapkannya hanya karena kebiasaan saja, maka ia diberi pahala sedikit. Sedangkan orang yang kedua, ia mengucapkan shalawat disertai dengan rasa cinta dan pengagungan. Rasa cinta itu muncul setelah ia menghadirkan ke dalam hatinya kebesaran dan keagungan Nabi saw. Artinya, ia menyadari bahwa beliau merupakan sebab dari segala yang maujud dan merupakan cahaya dari segala cahaya, bahwa beliau adalah pembawa rahmat dan pemberi petunjuk bagi seluruh makhluk yang permulaan dan yang terakhir; dan

ص: 25

bahwa keberadaan dirinya adalah karena beliau. Sikap pengagungan itu muncul setelah ia memperhatikan kedudukan Nabi saw. yang sedemikian tinggi, yang sulit

dijangkau oleh siapa pun. Perlu diperhatikan bahwa, orang yang mengucapkan shalawat atas Nabi saw. selagi ia lelap dalam tidurnya, atau dalam keadaan lupa, atau dalam kesibukan sehingga ia tidak mengerti apa yang ia ucapkan, maka dalam semua keadaan tersebut pahalanya tetap ada, yakni pahala karena suatu pengagungan dan penghormatan terhadap Nabi saw. Sayyid Abdul Wahhāb asy-Sya'rānī, di dalam kitab Tarjumah Sayyidi Abil Mawāhib asy-Syādzilī, bertutur sebagai berikut: Aku bermimpi bertemu dengan penghulu alam semesta, Rasūlullāh saw., lalu aku bertanya, "Ya Rasūlullāh, shalawat Allah sepuluh kali yang diberikan kepada orang yang bershalawat atas diri Anda satu kali itu, apakah bagi mereka yang hatinya hadir?” Beliau menjawab, "Tidak, ganjaran itu diberikan

kepada setiap orang yang mengucapkan shalawat atasku walaupun ia lalai, dan Allah mengutus kepa-

ص: 26

danya malaikat sebanyak jumlah gunung yang mendoakan dan memohonkan ampunan baginya. Sedangkan kalau ia membacanya dengan hati yang hadir, maka tidak ada yang mengetahui pahalanya kecuali Allah SWT.”

Komentar Atas Pendapat yang Mengatakan Bahwa Shalawat Mutlak Diterima

Pengarang kitab Al-Ibrīz-rahimahullāh-mengatakan, "Sesungguhnya shalawat atas Nabi saw. itu pasti dikabulkan dari siapa saja." Tidak diragukan lagi memang, shalawat atas Nabi saw. adalah suatu amal yang paling utama, namun masalah dikabulkannya itu tidaklah dapat dipastikan kecuali bagi pribadi yang suci dan hati yang bersih. Sebab, shalawat yang keluar dari keduanya itu tentu akan terlepas dari segala pamrih dan motivasi seperti riya (sikap suka pamer) dan ‘ujub (mengagumi diri sendiri). Imam As-Suyūthi rahimahullāh, di dalam kitabnya Ad-Durar al-Muntatsirah fi al-Ahādits al-Musytahirrah, memberikan komentar tentang hadis yang berbunyi, "Semua

ص: 27

amal umatku diperlihatkan kepadaku, lalu aku dapati ada yang diterima dan ada yang ditolak, kecuali shalawat atasku.” Beliau berkata, "Saya tidak menemukan sanad hadis ini." Sementara tentang hadis, "Setiap amal itu ada yang diterima dan ada yang ditolak kecuali shalawat atasku, ia tetap diterima dan tidak pernah ditolak," pengarang kitab Tamyīz ath-Thayyib min al-Khabits mengatakan bahwa hadis ini diberi komentar oleh Ibn al-Hajar sebagai hadis yang lemah.

Sedangkan pengarang kitab Al-Ghammāzfi al-Lam-māz, Sayyid Samhūdī, dalam pembicaraannya tentang hadis di atas, menjelaskan, "Hadis, 'Kullu al-a-māl fi hāl

maqbul wa al-mardūd illā ash-shalāh 'alayya, fa innahā magbūlah ghayra mardūdah,' dikomentari oleh Ibn al-Hajar sebagai hadis yang lemah.”

Surga Bertambah Luas karena Pembacaan Shalawat

Saya bertanya kepada Sayyid ad-Dabbāgh r.a., "Mengapa surga itu menjadi bertambah luas dengan adanya pem-

ص: 28

bacaan shalawat atas Nabi saw., bukan dengan tasbih atau zikir-zikir yang lain?” Beliau menjawab, "Sebab, surga itu berasal dari nur (cahaya) Nabi saw., dan ia rindu kepadanya sebagaimana seorang anak rindu kepada bapaknya. Karena itu, jika mendengar namanya disebut, maka ia (surga) menjadi senang dan gembira.”

Selanjutnya beliau berkata, "Jika Nabi saw. dan umat-nya memasuki surga, surga akan merasa gembira sekali terhadap mereka, dan akan mendapatkan kesenangan yang tidak terhingga.”

Mana yang Lebih Utama: sedekah atau Shalawat Nabi Saw.?

Abū ‘Abdillāh ar-Radhdhā' di dalam kitab Tuhfah al-Akh-yār mengatakan bahwa, banyak sekali atsar yang disebutkan oleh sebagian ulama yang menyatakan bahwa shalawat atas Nabi saw. itu lebih utama daripada sedekah fardhu ataupun sunnah. Pernah seorang ulama dari Damaskus ditanya, apakah shalawat atas Nabi saw. itu lebih utama daripada se-

ص: 29

dekah fardhu, atau sebaliknya? Beliau menjawab, "Shalawat lebih utama." Lalu ditanya, "Apakah alasannya?" Ia menjawab, "Suatu kewajiban yang dikerjakan

Allah sendiri, dan dilakukan pula oleh para malaikat-Nya, serta diperintahkan-Nya kepada hamba-hamba- Nya, tentu tidak sama dengan kewajiban yang hanya diwa-

jibkan-Nya atau hamba-hamba-Nya saja.” Pernyataan ulama ini dinukil oleh As-Sakhawi di dalam kitab al-Qawl al-Badīʻ dan diakuinya. Mana yang Lebih Utama:

Membaca Alquran atau Membaca Shalawat Nabi Saw.? Al-Khirzī berkata, "Membaca shalawat atas Nabi saw. pada tempat-tempat yang di-nash-kan supaya dibacakan shalawat di situ, adalah lebih utama daripada membaca Alquran. Sedangkan pada tempat-tempat lainnya, membaca Alquran lebih utama.”

Seyogianya diperbanyak membaca Alquran dan shalawat atas Nabi saw., dan tidak melalaikannya kecuali

ص: 30

orang yang bernasib buruk. di dalam kitab Syarh al-'Ubbād, Ibn al-Hajar berkata, ”Tilawah Alquran adalah zikir umum yang tidak tertentu dengan waktu atau tempat. Sementara yang ditentukan dengan nash, walau dengan jalan yang lemah (dhaif), adalah lebih utama karena adanya nash tersebut.” Sementara itu, Imam An-Nawawī berkata sebagai berikut: Seseorang yang menuju ke Madinah untuk berziarah ke makam Rasūlullāh saw. disunnahkan untuk memperbanyak mengucapkan shalawat dan salam kepada Baginda Nabi saw. selama dalam perjalanannya itu. Jika pepohonan atau bangunan kota Madinah telah terlihat olehnya, hendaklah bertambah pula ia membaca shalawat dan salam sambil memohon kepada Allah agar ziarahnya itu dijadikan-Nya bermanfaat bagi dirinya dan diterima-Nya. Begitu juga pada malam Jumat atau pada tempat-tempat dan waktu-waktu yang dituntut untuk memperbanyak membaca shalawat dan salam kepada Rasûlullāh saw. Mengomentari ucapan Imam Nawawi di atas, Ibn al-Hajar dalam Hasyiah Idhāh al-Manāsik berkata, "Yang

ص: 31

jelas, memperbanyak pembacaan shalawat dan salam pada tempat-tempat dan waktu-waktu tersebut lebih utama daripada membaca Alquran, sebab itu dituntut pada tempat tertentu.” Para ulama berkata, "Membaca Alquran lebih utama daripada zikir-yang dimaksud adalah zikir yang belum ditentukan. Sedangkan dibandingkan dengan zikir yang sudah ditentukan, maka zikir itulah yang lebih utama.” Syaikh At-Tijānī, seperti yang dinukil oleh muridnya, Al-Harazimi, di dalanı kitab Jawāhir al-Ma'ānī, mengemukakan sebuah hadis dari Nabi saw., bahwa Jibril a.s. telah memberitahukan kepadanya, bahwa Allah Azza wa Jalla telah berfirman: Barangsiapa yang mengucapkan shalawat atasmu, Aku pun akan bershalawat atasnya. Lalu Rasulullah saw. bersabda, "Pasti orang yang diberi shalawat oleh Allah itu tidak akan disiksa-Nya dengan api neraka.” Dari sini dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa, shalawat atas Nabi saw., jika diucapkan oleh seorang fasiq

(durhaka), adalah lebih baik baginya daripada membaca Alquran. Sebab, shalawat tadi dapat menjadi syāfi“ (pemberi syafaat) baginya dalam mencari keridhaan Tuhan, dan dalam menghapus dosa-dosanya, serta memasuk-

ص: 32

kannya ke dalam kelompok orang-orang yang beruntung di akhirat. Lain halnya dengan membaca Alquran, sekalipun ia lebih utama daripada shalawat atas Nabi saw., namun ia merupakan tempat yang dekat dengan hadirat Ilahi, dan tidak halal bagi orang yang menuntutnya untuk melakukan adab yang buruk. Oleh karena itu, orang yang hakikatnya adalah fasiq (durhaka) yang layak mendapat kutukan dan pengusiran dari Allah, betapa akan mendapat pahala atas bacaannya itu? Oleh karena itu, bagi orang yang memiliki sifat demikian, pembacaan shalawat itu lebih baik baginya daripada membaca Alquran, sampai Allah mengizinkan baginya keluar dari kedurhakaan dan kesesatannya itu. Ketika Syihāb Ramli ditanya: mana yang lebih utama antara membaca shalawat dan istighfăr, beliau menjawab,

"Menyibukkan diri dengan membaca shalawat dan salam atas Nabi saw. itu lebih utama daripada membaca istighfar.”

Tafsir Ayat 56 Surah Al-Ahzāb

Imam Al-Bukhārī rahimahullāh menyatakan di dalam kitab Shahih-nya pada bagian at-Tafsīr, bahwa menurut Abū

ص: 33

al-'Aliyah, maksud shalawat dari Allah itu adalah sanjungan Allah terhadap Baginda Nabi saw. di hadapan para malaikat-Nya. Sedangkan shalawat malaikat itu ada-

lah doa. Sementara menurut Ibn 'Abbas r.a., yushalluna ‘alayva artinya yubarrikūn. Kemudian Imam Al-Bukhārī menyebutkan sanad-nya dari Ka'ab bin 'Ajrah r.a. Ia berkata, "Ya Rasulullāh, salam kepada Tuan telah kami ketahui, namun bagaimana dengan shalawat?" Rasulullāh menjawab, "Katakanlah oleh kalian, Allāhumma shalli ‘alā Muhammad wa āli Muhammad." Abū Sa'id al-Khudrī r.a. berkata, “Ya Rasūlullāh, ini adalah salam, namun bagaimana kami mengucapkan shalawat kepada Tuan?" Rasūlullāh menjawab, "Katakanlah oleh kalian, 'Allāhumma shalli ‘alā Muhammad wa āli Muhammad."" Di dalam komentarnya atas tafsir Jalālayn mengenai tafsir ayat 56 dari Surah al-Ahzāb, Al-Arif ash-Shāwi menyatakan bahwa di dalam ayat tersebut tersirat satu dalil yang sangat besar, bahwa Rasūlullāh saw. adalah tempat curahan rahniat dan makhluk yang paling utama secara mutlak. Sebab, shalawat dari Allah adalah rahmat-Nya yang disertai taʼzhīm, sedangkan shalawat dari Allah kepa-

ص: 34

da selain Baginda Nabi saw. itu hanya rahmat semata. Allah SWT berfirman:

هُوَ الَّذِی یُصَلِّی عَلَیْکُمْ وَمَلَائِکَتُهُ لِیُخْرِجَکُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَی النُّورِ وَکَانَ بِالْمُؤْمِنِینَ رَحِیمًا [الاحزاب:43]

Dia-lah Yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya (memohon ampunan untukmu) supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya (yang terang). Dan Dia amat Penyayang kepada kaum yang beriman (QS al-Ahzāb: 43). Perhatikanlah perbedaan antara kedua shalawat tersebut dan keutamaan antara kedua kedudukan itu. Shalawat dari malaikat adalah doa untuk Nabi dengan cara yang khusus. Itu pun termasuk rahmat yang disertai taʻzhīm. Dengan demikian, bertambahlah rahmat atas Nabi, yang semuanya mengikuti rahmat Allah. Baginda Nabi saw. pun lantas menjadi tempat turunnya rahmat dan sumber tajallī. Allah SWT juga berfirman:

یَا أَیُّهَا الَّذِینَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَیْهِ

ص: 35

Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kalian kepada Nabi. (QS al-Ahzāb [33]: 56). Maksudnya, doakanlah ia dengan doa yang sesuai dengan derajatnya.

Hikmah shalawat malaikat dan kaum Mukmin itu adalah untuk memuliakan mereka dengan shalawat itu, sebab mereka telah mengikuti apa yang dilakukan Allah

SWT.; untuk menampakkan kebesaran Nabi saw.; dan untuk membalas sebagian hak-haknya atas makhluk. Sebab, Nabi saw. adalah perantara yang terbesar dalam setiap kenikmatan yang sampai kepada mereka. Sudah sewajarnya bila seseorang menerima suatu kenikmatan dari orang lain, ia harus membalasnya.” Jadi, fungsi shalawat dari makhluk kepada Baginda Nabi saw. adalah sebagai balas jasa bagi sebagian hak-hak Nabi saw. yang wajib mereka balas. Demikian penjelasan Al-'Arif ash-Shāwī. Qadhi ‘lyādh berkata, "Seluruh ulama telah sepakat, bahwa ayat ini menunjukkan pengagungan dan pujian terhadap Nabi saw. yang tidak terdapat pada selain beliau.” Sementara Al-Hāfizh as-Sakhāwi berkata sebagai berikut: Ayat ini adalah "madaniyyah”. Maksud avat ini adalah :

ص: 36

bahwa Allah SWT memberitahukan kepada hamba-hamba-Nya tentang kedudukan Nabi-Nya di sisi-Nya kepada alam uluwwi (alam malaikat). Para malaikat kemudian menyanjung dan mendoakan beliau. Allah lantas memerintahkan kepada alam suflā (alam manusia) agar memberikan shalawat dan salam kepada

beliau supaya terkumpul sanjungan dan pujian kepada Nabi saw. dari penghuni kedua alam tersebut. Selanjutnya beliau berkata, "Ayat itu memakai sighat

mudhāri (bentuk kini dan akan datang) yang menunjukkan sesuatu yang berkesinambungan dan terus-menerus, untuk menunjukkan bahwa Allah SWT dan seluruh malaikat-Nya selalu dan selamanya bershalawat kepada Nabi saw." Sedangkan Imam Sahl bin Muhammad bin Sulaymān bertutur sebagai berikut: Yang diberikan Allah SWT kepada Nabi Muhammad saw. dengan firman-Nya, "Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya memberikan shalawat kepada Nabi,” adalah lebih sempurna daripada kemuliaan yang diberikan-Nya kepada Nabi Adam a.s. dengan menyuruh para malaikat untuk bersujud kepadanya.

ص: 37

Sebab, tidak mungkin Allah akan melakukan penghormatan itu bersama para malaikat-Nya. Allah telah memberitahukan tentang diri-Nya yang telah bershalawat atas Nabi saw., kemudian para malaikat-Nya vang juga bershalawat atas beliau. Jadi, penghormatan yang muncul dari Allah SWT tentu lebih sempurna daripada penghormatan yang hanya dilakukan oleh para malaikat sendiri, tanpa Allah ikut serta bersama mereka. Dalam tafsir Fakhr ar-Rāzī disebutkan sebagai berikut:

Jika dikatakan bahwa, apabila Allah SWT dan para malaikat-Nya telah memberikan shalawat kepada Nabi saw., lalu apa perlunya lagi kita bershalawat? Kami mengatakan, "Shalawat atas Nabi saw. itu bukan karena beliau membutuhkannya, bahkan shalawat para malaikat pun tidak dibutuhkannya setelah adanya shalawat dari Allah kepadanya itu. Namun, semua itu adalah untuk menampakkan kebesaran Nabi saw., sebagaimana Allah telah mewajibkan atas kita berzikir menyebut nama-Nya, padahal pasti Dia tidak membutuhkan semua itu. Namun, semua itu

ص: 38

adalah untuk menampakkan kebesaran-Nya dan sebagai belas kasihan kepada kita supaya dengan adanya zikir itu, Dia memberi kita pahala. Jika Anda telah mengetahui semua itu, hendaklah Anda menjadikan shalawat Anda kepada Rasūlullāh saw. sebagaimana diperintahkan oleh Allah SWT kepada Anda. Dengan demikian, akan menjadi besarlah bagian Anda di sisi-Nya. Hendaklah pula Anda memperbanyak ucapan shalawat dan menekuninya. Sebab, banyak membaca shalawat itu menunjukkan kecintaan, karena bila seseorang mencintai sesuatu, tentu ia akan banyak menyebutnya. Dalam hadis disebutkan, "Tidaklah sempurna iman seseorang sampai ia mencintai diriku melebihi kecintaannya kepada orangtuanya, anak-anaknya, dan semua manusia.” Al-Hafizh al-Sakhāwi juga mengatakan bahwa Allah telah mengibaratkan sebutan Rasūlullāh saw. dengan nabi (yushalli ‘ala an-nabi), bukan dengan sebutan namanya (yushalli ‘alā Muhammad), sebagaimana yang dilakukan-Nya terhadap para nabi lainnya, Nabi Adam a.s.; Nabi Nūh a.s.; Nabi Ibrāhīm a.s.; Nabi Dāwūd a.s.; Nabi 'Īsā a.s.; Nabi Zakariyā' a.s.; Nabi Yahyā a.s.; dan lain-lain.

ص: 39

Hal itu karena kemuliaan yang dikhususkan Allah bagi Nabi Muhammad saw. di atas para nabi dan rasul pilihan. Ketika Allah menyebutkan Nabi kita, Muhammad

saw., bersamaan dengan Nabi Ibrāhīm a.s. dalam satu ayat, Allah menyebut Nabi Ibrāhīm dengan namanya, sedangkan nabi kita hanya disebut-Nya dengan lagab (gelar)-nya saja. Firman Allah SWT:

إِنَّ أَوْلَی النَّاسِ بِإِبْرَاهِیمَ لَلَّذِینَ اتَّبَعُوهُ وَهَذَا النَّبِیُّ

Sesungguhnya orang yang paling dekat kepada Ibrāhīm ialah orang-orang yang mengikutinya dan Nabi ini. (Muhammad saw.). (QS Alu ‘Imrān (3]:68). Inilah suatu kemuliaan yang sangat besar; yang ha-

nya dimiliki oleh Nabi Muhammad saw.

Tempat-tempat yang Disyariatkan untuk Membaca Shalawat

Shalawat atas Nabi saw. disyariatkan pada waktu-waktu, tempat-tempat, dan keadaan-keadaan tertentu. Hal ini telah dibicarakan panjang lebar oleh Ibn al-Qayyim di

ص: 40

dalam kitab ſila al-Ashām, Syaikh Islam Quthbuddin al-Haydharī asy-Syafi'i di dalam kitab Al-Liwā al-Mu'allim bi Mawāthin ash-Shalāh ‘alā an-Nabī saw., Al-Hafizh as-Sa-kháwi di dalam kitab Al-Qawl al-Badī“, dan Al-Qasthal-lānī di dalam kitab Masālik al-Hunafā'. Al-Khātib di dalam kitab Syarh al-Minhāj, dan yang lainnya, berkata, "Disunnahkan memperbanyak membaca Surah al-Kahfi dan shalawat atas Nabi saw. pada hari Jumat dan malam Jumat; paling sedikit, untuk yang pertama tiga kali dan untuk yang kedua tiga ratus kali." Sementara itu, telah sah riwayat yang bersumber dari Imam Asy-Syafi'i r.a., yang mengatakan bahwa, barangsiapa yang membaca Surah al-Kahfi pada hari Jumat, iaakan diterangi oleh cahaya yang ada di antara dua Jumat. Diriwayatkan pula bahwa barangsiapa yang membaca

Surah al-Kahfi pada malam Jumat, ia akan diterangi oleh suatu cahaya antara dirinya dan Ka'bah. Membaca Surah al-Kahfi di waktu siang lebih diutamakan, dan lebih utama lagi bila ia dibaca sesudah selesai mengerjakan salat subuh, guna menyegerakan berbuat baik sebisa-bisanya. Hikmah diperintahkannya membaca Surah al-Kahfi pada hari Jumat adalah karena di dalam Surah itu Allah

ص: 41

menggambarkan suasana Hari Kiamat, sementara hari Jumat mirip dengan Hari Kiamat, karena orang banyak berkumpul untuk melaksanakan salat bersama-sama; juga karena Hari Kiamat itu terjadi pada hari Jumat, seperti yang diriwayatkan oleh Imam Muslim di dalam kitab Shahih-nya. Ramli mengatakan bahwa anjuran supaya memperbanyak pembacaan shalawat pada malam dan hari Jumat itu didasarkan pada hadis yang berbunyi, "Sesungguhnya hari kalian yang paling utama adalah hari Jumat. Oleh karena itu, perbanyaklah kalian membaca shalawat atasku, sebab shalawat yang kalian baca itu diperlihatkan kepadaku.” Nabi saw. bersabda, "Sesungguhnya semua amal itu diangkat pada hari Senin dan hari Kamis. Oleh karena itu, aku berhasrat agar amalku diangkat sementara aku dalam keadaan berpuasa.” Tentang hadis di atas, Al-Manāwī, di dalam kitab Syarh al-Jāmi' ash-Shaghir, permulaan jilid III, berkata, ”Disyariatkan berkumpul untuk membaca shalawat atas Nabi saw. pada malam Jumat dan malam Senin, sebagai-mana yang dikerjakan di masjid Jami al-Azhar, dan disuarakan dengan suara yang keras.”

ص: 42

Dikatakan bahwa shalawat atas Nabi saw. itu sudah mencakup doa di dalamnya. Ibn Marzūq berkata, "Malam Jumat lebih utama daripada malam Qadar.”

Jamāl kembali menyatakan bahwa disunnahkan membaca Surah Alu ‘Imran atas dasar hadis, "Barangsiapa yang membaca Surah Alu ‘Imrān pada hari Jumat,

niscaya dosa-dosanya ikut terbenam dengan tenggelamnya matahari pada hari itu.” Hikmahnya, kata Jamāl, adalah karena Allah menyebutkan di dalam surah itu penciptaan Nabi Adam a.s., sedangkan Adam a.s. diciptakan pada hari Jumat. Disunnahkan juga membaca Surah Hūd dan Hā Mīm Dukhān. Namun, bagi mereka yang hanya ingin memilih salah satu dari surah-surah yang disebutkan di atas, hendaklah ia memilih Surah al-Kahfi karena banyak-nya hadis yang meriwayatkannya.[]

ص: 43

ص: 44

Bab 2- Contoh-contoh Shalawat dan Riwayat Penggunaannya

Point

Shalawat atas Nabi saw. banyak sekali macamnya, namun yang paling utama dan paling sempurna adalah yang menyertakan lafal ali dan shahbi. Orang yang berpegang teguh pada satu macam sighat tentu akan memperoleh kebaikan yang besar sekali. Berikut ini akan dikemukakan beberapa macam shalawat yang antara satu dengan lainnya saling melebihi, baik karena sanad-sanad-nya yang lebih baik, atau karena ia dinisbatkan kepada ahli takwa dan orang salih. Shalawat yang akan diterangkan berikut ini adalah shalawat Ibrāhīmiyah yang merupakan shalawat yang paling utama dan paling sempurna riwayatnya. Shalawat ini dipakai di dalam salat karena telah disepakati kesahihan riwayatnya. Shalawat ini telah diriwayatkan oleh Imam Mālik di dalam kitab Al-Muwaththa’-nya; oleh Imam Al-

Bukhārī dan Imam Muslim di dalam kedua kitab Shahih.

ص: 45

mereka; serta oleh At-Turmudzī, Abū Dāwūd, dan An-Nasā'ī di dalam kitab Sunan mereka. Karena banyaknya riwayat yang menyebutkan shalawat ini, shalawat ini

mempunyai 40 macam sighat sebagaimana disebutkan oleh As-Sakhawi di dalam kitab al-Qawl al-Badī‘. Shalawat atas Nabi saw. disunnahkan untuk dibaca pada tempat-tempat tertentu sebagaimana telah dikemukakan oleh sejumlah hadis, seperti:

1. Sesudah menjawab azan.

2. Pada permulaan membaca doa, pertengahannya, dan penutupnya.

3. Pada akhir pembacaan doa qunut.

4. Pada pertengahan takbir salat Id.

5. Ketika masuk dan keluar masjid.

6. Ketika bertemu dan berpisah.

7. Ketika berlayar dan datang dari pelayaran.

8. Ketika bangun untuk melakukan salat malam.

9. Ketika selesai mengerjakan salat.

10. Ketika selesai membaca Alquran.

11. Ketika mengalami kecemasan dan kesedihan.

12. Ketika membaca hadis, menyampaikan ilmu, dan berzikir.

ص: 46

13. Ketika lupa akan sesuatu.

Diriwayatkan juga dalam sejumlah hadis dha'if, yaitu:

14. Ketika mencium HajarAswad di dalam tawaf.

15. Ketika membaca talbiyah.

16. Ketika telinga berdengung.

17. Sehabis wudhu.

18. Ketika menyembelih hewan dan bersin.

Namun ada pula hadis yang melarang membacanya di dua tempat terakhir ini. Selain itu, waktu-waktu yang khusus untuk membaca shalawat berdasarkan nash adalah hari Jumat dan malam Jumat, sesuai dengan sabda Rasūlullāh saw., "Perbanyaklah kalian membaca shalawat pada malam Jumat dan hari Jumat, sebab pada saat itu shalawat kalian diperlihatkan kepadaku.” (H.R. Ath-Thabrāni di dalam kitab Al-Awsath dari Abū Hurairah r.a.). 'Umar bin Abdul Aziz r.a. menuturkan bahwa ia pernah menulis, "Sebarkanlah ilmu pada hari Jumat, sebab bencana ilmu itu adalah lupa. Perbanyaklah pula kalian membaca shalawat atas Nabi saw. pada hari Jumat.” Sementara Imam Asy-Syāfi'ī r.a. berkata, "Aku suka memperbanyak membaca shalawat dalam setiap keada-

ص: 47

an. Namun, pada malam dan hari Jumat lebih aku sukai, karena ia merupakan hari yang paling baik.” Berikut ini kami hanya akan mengemukakan beberapa contoh saja di antaranya, disertai dengan sanad-nya masing-masing.

ص: 48

SHALAWAT KE-1: «الصلاة الاولی»

اللَّهُمَّ صَلِّ على محمّدٍ و على آلِ محمَّدٍ، كما صَلَّيتَ على إبراهيمَ و بارِكْ على محمدٍ و على آلِ محمّدٍ، كَما بارَكتَ على إبراهيمَ إنّكَ حَميدٌ مَجيدٌ

(Allāhumma shalli ‘alā Muhammadin wa ‘alā āli Muhammad, kamā shallayta ‘alā āli Ibrāhīm; wa bārik ‘alā Muhammadin wa ‘alā āli Muhammad, kamā bārakta 'alā

Ibrāhīm. Innaka Hamīdun-Majīd). Artinya: Ya Allah, limpahkanlah shalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana yang telah Engkau limpahkan kepada Ibrāhīma.s. dan berkatilah pula Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah memberkati Ibrāhīm a.s. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Mahamulia.

ص: 49

Sighat shalawat di atas diriwayatkan oleh Imam Muslim dari sahabat Ibn Mas'ud al-Anshārī al-Badri r.a.

* * *

اللَّهُمَّ صَلِّ على محمّدٍ و على آلِ محمَّدٍ، كما صَلَّيتَ على إبراهيمَ و بارِكْ على محمدٍ و على آلِ محمّدٍ، كَما بارَكتَ على إبراهيمَ فِی العَالمِینَ إنّكَ حَميدٌ مَجيدٌ

(Allāhumma shalli ‘alā Muhammadin wa'alā āli Muhammad, kamā shallayta ‘alā Ibrāhīm, wa bārik 'alā Muhammadin wa ‘alā āli Muhammad, kamā bārakta ‘alā Ibrāhīm. Fil ‘ālamīna innaka Hamīdun-Majīd). Artinya: Ya Allah, limpahkanlah shalawat atas Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah melimpahkan shalawat atas Ibrāhīm a.s. Berkatilah pada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah memberkati Ibrāhīm a.s. di alam raya ini, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Mahamulia.

Sighat shalawat di atas diriwayatkan oleh Imam Mālik

ص: 50

di dalam kitab Al-Muwaththa’, Abū Dāwūd, At-Turmudzi, An-Nasā’ī, dan Al-Bayhaqī di dalam Ad-Da'awāt; juga dari sahabat Ibn Mas'ûd r.a.

اللَّهُمَّ صَلِّی عَلَی مُحَمَّدٍ النَّبِیِّ الأُمِّیِّ وَعَلَی آلِ مُحَمَّدٍ کَمَا صَلَّیْتَ عَلَی إِبْرَاهِیمَ وَعَلَی آلِ إِبْرَاهِیمَ إنّكَ حَميدٌ مَجيدٌ

(Allāhumma shalli‘alā Muhammadin-nabiyyil-ummiyyi wa ‘alā āli Muhammad, kamā shallayta ‘alā Ibrāhīm wa ‘alā āli Ibrāhīm. Innaka Hamīdun-Majid). Artinya:

Ya Allah, limpahkanlah shalawat atas Muhammad, Nabi yang ummī, dan atas keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah melimpahkan shalawat kepada Ibrahim dan keluarga Ibrāhīm. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Mahamulia. Sighat di atas diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Ibn Hibbān, Ad-Dāruquthnī, dan Al-Bayhaqi; juga dari Ibn Masūd r.a.

ص: 51

اللَّهُمَّ صَلِّ على آلِ محمَّدٍ، كما صَلَّيتَ على آلِ إبراهيمَ .اللَّهُمَّ بارِكْ على آلِ محمّدٍ، كَما بارَكتَ على آلِ إبراهيمَ

(Allāhumma shalli ‘alā āli Muhammadin kamā shallayta 'alā āli Ibrāhīm. Allāhumma bārik ‘alā āli Muhammadin kamā bārakta ‘alā āli Ibrāhīm).

Artinya: Ya Allah, limpahkanlah shalawat kepada keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah melimpahkan shalawat kepada keluarga Ibrāhīm. Ya Allah, berkatilah keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah memberkati keluarga Ibrāhīm. Saghat ini diriwayatkan oleh Ismail al-Qadhi dari beberapa sumber, dari ‘Abdurrahmān bin Basyīr dan Ibn Mas‘ūd.

اللَّهُمَّ صَلِّ على محمّدٍ و على آلِ محمَّدٍ، كما صَلَّيتَ على آلِ إبراهيمَ إنّكَ حَميدٌ مَجِيدٌ، اللَّهُمَّ بارِكْ على محمدٍ و على آلِ محمّدٍ، كَما

ص: 52

بارَكتَ عَلى الِ إبراهيمَ إنّكَ حَميدٌ مَجيدٌ

(Allāhumma shalli ‘alā Muhammadin wa ‘alā āli Muhammad, kamā shallayta 'alā āli Ibrāhīm. Innaka Hamidun-Majid. Allāhumma bārik 'alā Muhammadin wa'alā āli

Muhammadin kamā bārakta ‘alā āli Ibrāhīm. Innaka Hamidun-Majid).

Artinya: Ya Allah, limpahkanlah shalawat atas Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah melimpahkan shalawat atas keluarga Ibrāhīm. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Mahamulia. Ya Allah, berkatilah Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah memberkati keluarga

Ibrāhīm. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Mahamulia.

Sighat shalawat di atas diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhārī dan Imam Muslim dari sahabat Abdurrahmān bin Abī Layli r.a.

اللَّهُمَّ صَلِّ على مُحَمَّدٍ و عَلى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيتَ على آلِ إبراهيمَ

ص: 53

إنّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ.اللَّهُمَّ بارِكْ على محمدٍ و على آلِ محمّدٍ، كَما بارَكتَ على آلِ إبراهيمَ إنّكَ حَميدٌ مَجيدٌ.

(Allāhumma shalli ‘alā Muhammadin wa'alā āli Muhammad, kamā shallayta ‘alā Ibrāhīm wa'alā āli Ibråhim. Innaka Hamīdun-Majīd. Allāhumma bārik ‘alā Muham-

madin wa 'alā āli Muhammadin, kamā bārakta ‘alā āli Ibrāhīm. Innaka Hamidun-Majīd).

Artinya: Ya Allah, limpahkanlah shalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah melimpahkan shalawat kepada keluarga Ibrāhīm. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Mahamulia. Ya Allah, berkatilah Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah mem-

berkati keluarga Ibrāhīm. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Mahamulia. Sighat di atas juga diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhā-rī, juga dari sahabat Abdurrahmān bin Abū Layli.

ص: 54

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَی مُحَمَّدٍ وَ آلِ مُحَمَّدٍ، کَمَا صَلَّیْتَ عَلَی إِبْرَاهِیمَ، و آلِ إِبْرَاهِیمَ وَبَارِکْ عَلَی مُحَمَّدٍ وَ آلِ مُحَمَّد، کَمَا بَارَکْتَ عَلَی إِبْرَاهِیمَ و آلِ إِبْرَاهِیمَ، إِنَّکَ حَمِیدٌ مَجِیدٌ

(Allāhumma shalli ‘alā Muhammadin wa āli Muhammad, kamā shallayta ‘alā Ibrāhīm wa āli Ibrāhīm; wa bārik ‘alā Muhammadin wa āli Muhammad, kamā bārakta ‘alā Ibrāhīm wa äli Ibrāhim. Innaka Hamīdun-Majīd).

Artinya: Ya Allah, limpahkan shalawat atas Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah melimpahkan shalawat kepada Ibrāhīm dan keluarga Ibrāhīm; berkatilah pula Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah memberkati Ibrāhīm dan keluarga Ibrāhīm. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Mahamulia. Sighat ini diriwayatkan oleh Imam Asy-Syāfi'īr.a. dari sahabat Ka'ab bin 'Ajrah r.a.

ص: 55

اللَّهُمَّ اجعَل صَلَوَاتِکَ و بَرَکَاتِکَ علی مُحَمَّدٍ کَمَا جَعَلتَها عَلَی ابرهیم انَّکَ حَمیدٌ مَجیِدٌ

(Allāhumāj’al shalawātika wa barakātika ‘alā Muhammadin kamā ja’altahā 'alā Ibrāhīm. Innaka Hamidun Majid).

Artinya: Ya Allah, limpahkanlah shalawat dan berkah-Mu kepada Muhammad sebagaimana telah Engkau limpahkan kepada Ibrāhim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Mahamulia.

Sighat di atas diriwayatkan oleh Isma'il al-Qadhi dari Al-Hasan sebagai hadis mursal.

اللَّهُمَّ اجعَل صَلَوَاتِکَ و بَرَکَاتِکَ علی مُحَمَّدٍ وَ ال مُحمّدٍ کَمَا جَعَلتَها عَلَی ابرهیم وعَلَی الِ ابرهیم انَّکَ حَمیدٌ مَجیِدٌ

(Allāhummaj‘al shalawātika wa barakātika ‘alā Muhammadin wa ‘alā āli Muhammad, kamā ja altahā ‘alā Ibrahīm wa ‘alā āli Ibrāhīm. Innaka Hamīdun-Majīd).

ص: 56

Artinya: Ya Allah, limpahkanlah shalawat dan berkah-Mu kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana telah Engkau limpahkan kepada Ibrāhīm dan keluarga Ibrāhīm. Sesungguh-nya Engkau Maha Terpuji lagi Mahamulia.

Sighat shalawat di atas diriwayatkan oleh Ibn Abi Syaibah dan Sa'id bin Manshūr dari Al-Hasan sebagai hadis mursal.

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَی مُحَمَّدٍ عَبْدِکَ وَرَسُولِکَ، وَ اهلِ بیتهِ کَمَا صَلیتَ علی اِبرَهیم اِنَّکَ حَمیدٌ مجِید

(Allāhumma shalli ‘alā Muhammadin, 'abdika wa rasūlika, wa ahli baytihi, kamā shallayta ‘alā Ibrāhīm. Innaka Hamīdun-Majīd).

Artinya: Ya Allah, limpahkanlah shalawat atas Muhammad, hamba dan

ص: 57

utusan-Mu, juga atas Ahlul Baitnya, sebagaimana Engkau telah melimpahkan shalawat kepada Ibrāhīm. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Mahamulia.

Sighat ini diriwayatkan oleh Ismāʻīl al-Qadhi dari sahabat Ibrāhīm an-Nakha’ī sebagai hadis mursal.

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَی مُحَمَّدٍ عَبْدِکَ وَرَسُولِکَ، کَمَا صَلَّیْتَ عَلَی إِبْرَاهِیمَ، وَبَارِکْ عَلَی مُحَمَّدٍ وَآلِ مُحَمَّدٍ، کَمَا بَارَکْتَ عَلَی إِبْرَاهِیمَ وَآلِ إِبْرَاهِیمَ

(Allāhumma shalli Ⓡalā Muhammadin ‘abdika wa rasūlika, kamā shallayta ‘alā Ibrāhim; wa bārik ‘alā Muhammadin wa āli Muhammad, kamā bārakta ‘alā Ibrāhīm wa āli Ibrā-him).

Artinya: Ya Allah, limpahkanlah shalawat atas Muhamınud, hamba dan utusan-Mu, sebagaimana Engkau telah melimpahkan shalawat kepada Ibrāhīm. Berkatilah Muhammad dan keluarga Muham-

ص: 58

mad, sebagaimana Engkau telah memberkati Ibrāhīm dan keluarga Ibrāhīm. Sighat di atas diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhārī dari sahabat Abū Sa'īd al-Khudri r.a.

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَی مُحَمَّدٍ وَعَلَی أَزْوَاجِهِ وَذُرِّیَّتِهِ، کَمَا صَلَّیْتَ عَلَی آلِ إِبْرَاهِیمَ، وَبَارِکْ عَلَی مُحَمَّدٍ وَ أَزْوَاجِهِ وَذُرِّیَّتِهِ، کَمَا بَارَکْتَ عَلَی إِبْرَاهِیمَ، إِنَّکَ حَمِیدٌ مَجِیدٌ

(Allāhumma shalli ‘alā Muhammadin wa ‘alā azwājihīwa dzurriyyatihi, kamā shallayta ‘alā āli Ibrāhīm; wa bārik ‘alā Muhammadin wa azwājihi wa dzurriyyatihi, kamā bārakta ‘alā Ibrāhīm. Innaka Hamīdun-Majid). Artinya: Ya Allah, limpahkanlah shalawat atas Muhammad serta para istri dan keturunannya, sebagaimana Engkau telah melimpahkan shalawat kepada keluarga Ibrāhīm; berkatilah pula Muhammad serta para istri dan keturunannya, sebagaimana Eng-

ص: 59

kau telah memberkati Ibrāhīm. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Mahamulia. Sighat shalawat di atas diriwayatkan oleh Imam Al- Bukhārī, Imam Muslim, dan yang lainnya dari sahabat Abū Hāmid as-Sā'īdī r.a.

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَی مُحَمَّدٍ وَعَلَی أَزْوَاجِهِ وَذُرِّیَّتِهِ، کَمَا صَلَّیْتَ عَلَی آلِ إِبْرَاهِیمَ، وَبَارِکْ عَلَی مُحَمَّدٍ وَ أَزْوَاجِهِ وَذُرِّیَّتِهِ، کَمَا بَارَکْتَ عَلَی آلِ إِبْرَاهِیمَ، إِنَّکَ حَمِیدٌ مَجِیدٌ

(Allāhumma shalli ‘alā Muhammadin wa ‘alā azwājihi wa dzurriyyatihi, kamā shallayta 'alā āli Ibrāhīm; wa bārik 'alā Muhammadin wa azwājihi wa dzurriyyatihi, kamā bārakta ‘alā āli Ibrāhīm. Innaka Hamīdun-Majid).

* Artinya:

Ya Allah, limpahkanlah shalawat atas Muhammad dan semua istri serta keturunannya sebagaimana Engkau telah melimpahkan shalawat kepada keluarga Ibrāhīm, berkatilah pula

ص: 60

Muhammad dan semua istri serta keturunannya, sebagaimana Engkau telah memberkati keluarga Ibrāhīm. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Mahamulia.

Sighat di atas diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Abū Dāwūd, juga dari sahabat Abū Hāmid.

***

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَی مُحَمَّدٍ وَعَلَی أَزْوَاجِهِ وَذُرِّیَّتِهِ، کَمَا صَلَّیْتَ عَلَی آلِ إِبْرَاهِیمَ، وَبَارِکْ عَلَی مُحَمَّدٍ وَ أَزْوَاجِهِ وَذُرِّیَّتِهِ، کَمَا بَارَکْتَ عَلَی آلِ إِبْرَاهِیمَ فیِ العَالَمِینَ إِنَّکَ حَمِیدٌ مَجِیدٌ

(Allāhumma shalli ‘alā Muhammadin wa'alā azwājihi wa dzurriyyatihi, kamā shallayta ‘alā āli Ibrāhīm; wa bārik ‘alā Muhammadin wa azwājihi wa dzurriyyatihi, kamā bārakta 'alā āli Ibrāhīm. Fil ‘ālamīna innaka Hamidun- Majīd).

Artinya: Ya Allah, limpahkanlah shalawat atas Muhammad dan semua istri serta keturunannya, sebagaimana Engkau telah melimpah-

ص: 61

kan shalawat atas keluarga Ibrāhīm; berkatitah pula Muhammad dan semua istri serta keturunannya, sebagaimana Engkau telah memberkati keluarga Ibrāhīm. Di alam raya ini sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Mahamulia.

Sighat shalawat di atas diriwayatkan oleh Ibn Mājah, juga dari Abū Hāmid.

اللّهم صَلّ علي مُحَمَّدٍ و علي آل مُحَمَّدٍ وَ بارِكْ علي مُحَمَّدٍ و آل مُحَمَّدٍ وَ ارْحَمْ مُحمداً وَ آلَ مُحمّدٍ كَما صلّيتَ وَ بارَكْتَ و تَرحَّمتَ عَلَي ابراهيم إِنَّکَ حَمِیدٌ مَجِیدٌ

(Allāhumma shalli ‘alā Muhammadin wa'alā āli Muhammad. Wa bārik ‘alā Muhammadin wa āli Muhammad. Warham Muhammad waāla Muhammad. Kamã shallayta

wa bārakta wa tarahhamta 'alā Ibrāhīm wa 'alā āli Ibrāhīm, innaka Hamīdun-Majid).

Artinya: Ya Allah, limpahkanlah shalawat atas Muhammad dan keluarga

ص: 62

Muhammad; berkatilah Muhammad dan keluarga Muhammad; serta sayangilah Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah melimpahkan shalawat, berkat, dan rahmat kepada Ibrāhīm dan keluarga Ibrāhīm. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Mahamulia.

Sighat ini diriwayatkan oleh Al-Hākim dari sahabat ‘Abdullāh bin Mas'ûd r.a.

Dalam tasyahud akhir, Imam Asy-Syāfi'i r.a. menganggap shalawat atas Nabi saw. sebagai salah satu dari rukun salat. Beliau biasa memakai shalawat berikut ini:

ٱللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَیِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَیِّدِنَامُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَیِّدِنَاإِبْرَاهِيمَ وعَلَى آلِ سَیِّدِنَاإِبْرَاهِيمَ وَ بَارِكْ عَلَى سَیِّدِنَامُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَیِّدِنَامُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَیِّدِنَاإِبْرَاهِيمَ و عَلَى آلِ سَیِّدِنَاإِبْرَاهِيمَ فِي ٱلْعَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ

(Allāhumma shalli ‘alā Sayyidin, Muhammadin wa'alā

āli Sayyidinā Muhammad, kamā shallayta ‘alā Sayyidinā

ص: 63

Ibrāhīma wa ‘alā āli Sayyidină Ibrāhīm; wa bārik ‘alā Say- yidinā Muhammadin wa ‘alā āli Sayyidinā Muhammad, kamā bārakta 'alā Sayyidinā Ibrāhīm wa 'alā āli Sayyidinā Ibrāhīm. Fil ‘ālamīna innaka Hamidun-Majid). Artinya: Ya Allah, limpahkanlah shalawat kepada junjungan kami, Muhammad, dan kepada keluarga junjungan kami, Muhammad, sebagaimana Engkau telah melimpahkan shalawat kepada junjungan kami Ibrāhīm dan keluarga Ibrāhīm; berkatilah pula junjungan kami, Muhammad, dan keluarga junjungan kami, Muhammad, sebagaimana Engkau telah memberkati junjungan kami, Ibrāhīm, dan keluarga Ibrāhīm. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Mahamulia.

Selain itu, beliau juga suka memakai sighat shalawat lainnya yang diriwayatkan oleh Imam Mālik di dalam kitab Al-Muwaththa'. Shalawat di atas juga diriwayatkan

oleh Abū Dāwūd, At-Turmudzī, An-Nasā'ī, dan Al-Bayhaqi dari Ibn Mas'ud r.a., dengan ditambah lafal sayyidinā untuk Nabi Muhammad dan Nabi Ibrāhīm a.s.

Tambahan lafal sayyidină boleh jadi sebagai adab dari beliau, atau mungkin pula mengikuti ucapan Rasūlullāh

ص: 64

saw. dalam salah satu sabdanya yang mengatakan:

و انا سیِّدُ وَلَدِ آدامَ و لآ فَخرَ

(Wa ana sayyidu waladi ādama wa lā fakhr). Artinya: Aku adalah sayyid (penghulu) manusia dan tidak sombong. Rasūlullāh saw. juga bersabda, ditujukan kepada

Sa'ad bin Mu'adz:

قُومُوا الی سَیِدِکُم

(Qūmū ilā sayyidikum). Artinya: Berdirilah

kalian untuk menyambut sayyid (penghulu) kalian!

Dalam hal ini, Imam Asy-Syāfi'i r.a. telah mengamal-kan shalawat yang dianggap oleh beliau paling sahih sanad-nya.[]

ص: 65

SHALAWAT KE-2: «الصلاة الثانیة»

صَلّی اللهُ عَلَى مُحَمَّدٍ

(Shalallāhu'alā Muhammad).

Artinya: Semoga Allah mencurahkan shalawat kepada Muhammad.

Penjelasan dan Kegunaannya

Imam Asy-Sya'rānī menuturkan bahwa Nabi saw. bersabda, "Barangsiapa yang membaca shalawat ini, berarti ia telah membukakan bagi dirinya tujuh puluh pintu rahmat, dan ditanamkan Allah kecintaan kepada dirinya dalam hati umat manusia.” Diceritakan, seorang penduduk negeri Syam datang menghadap Rasûlullāh saw. seraya berkata, "Ya Rasūlul-

ص: 66

lāh, ayah saya sudah sangat tua, namun beliau ingin sekali melihat Anda.” Rasulullāh menjawab, "Bawa dia kemari!” Orang itu berkata, "la buta, tidak bisa melihat.”

Rasūlullāh lalu bersabda, “Katakanlah kepadanya supaya ia mengucapkan Shalallāhu'alā Muhammad selama tujuh minggu setiap malam. Semoga ia akan melihatku dalam mimpi dan dapat meriwayatkan hadis dariku.” Anjuran Rasulullah itu dituruti oleh orang tersebut. Benar saja, ternyata ia bisa bermimpi melihat Rasūlullāh

saw. serta meriwayatkan hadis dari beliau.[]

ص: 67

SHALAWAT KE-3: ٱللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِه وسَلِّم

(Allāhumma shalli ‘alā Muhammad wa ‘alā ālihi wa sallim).

Artinya: Ya Allah, limpahkanlah shalawat dan salam kepada Muhammad dan keluarganya.

Penjelasan dan Kegunaannya

Diriwayatkan dari sahabat Anas bin Malik r.a. bahwa Rasūlullāh saw. bersabda, "Barangsiapa yang mengucapkan Allāhumma shalli ‘alā Muhammad wa 'alā ālihi wa sallim ketika ia berdiri, dosa-dosanya akan diampuni sebelum ia duduk. Barangsiapa yang mengucapkannya ketika duduk, dosa-dosanya akan diampuni sebelum ia berdiri."[]

ص: 68

SHALAWAT KE-4: الصلاة الرابعة

اللهُمَّ صَلِّ علی مُحَمَّدٍ عَبدِکَ وَ نَبِیِّکَ النّبِیّ الاُمِّیِّ

(Allāhumma shalli ‘alā Muhammadin ‘abdika wa nabiyyi- kan-nabiyyil-ummiy).

Artinya: Ya Allah, limpahkanlah shalawat atas Muhammad, hamba dan nabi-Mu, nabi yang ummī.

Penjelasan dan Kegunaannya

Imam Al-Ghazālī di dalam kitab Al-Thyā' mengatakan bahwa Rasulullāh saw. bersabda, “Barangsiapa yang mengucapkan shalawat atasku pada malam Jumat sebanyak delapan puluh kali, Allah akan mengampuni dosa-dosa- nya selama delapan puluh tahun.”

ص: 69

Kemudian ditanyakan, "Ya Rasūlullāh, bagaimana cara memberi shalawat kepadamu itu?" Rasulullah menjawab, "Allāhuma shall alā Muhammad abdika ua Nabiyyikan-nabiyyil-ummiy.” Diriwayatkan bahwa, barangsiapa yang membacanya setiap hari dan setiap malam sebanyak 500 kali, niscaya dia tidak akan mati sebelum berjumpa dengan Nabi saw. dalam keadaan sadar.

ص: 70

SHALAWAT KE-5: الصلاة الخامسة

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَی مُحَمَّدٍ وَ عَلَی آلِ مُحَمَّدٍ حَتَّی لا یَبْقَی مِنْ صَلاةِ شَیْ ءٌ، وَ ارْحَمْ مُحَمَّداً وَ آلَ مُحَمَّدٍ حَتَّی لا یَبْقَی مِنْ رَحْمَةِ شَیْ ءٌ،وَ بَارِکْ عَلَی مُحَمَّدٍ وَ آلِ مُحَمَّدٍ حَتَّی لا یَبْقَی مِنَ الْبَرَکَةِ شَیْ ءٌ،وَ سَلِّمْ عَلَی مُحَمَّدٍ وَ عَلَی آلِ مُحَمَّدٍ حَتَّی لا یَبْقَی مِنَ السَّلامِ شَیْ ءٌ

(Allāhumma shalli ‘alā Muhammadin wa ‘alā āli Muhammadin hattā lā yabqā minash-shalāti syay', warham Muhammadan wa āla Muhammadin hattā lā yabqa minarrahmati syay', wa bārik ‘alā Muhammadin wa ‘alā āli Muhammadin hattā lā yabqa minal-barakati syay', wa sallim ‘alā Muhammadin wa'alā āli Muhammadin hattā lā yabqā minas-salāmi syay').

Artinya:

Ya Allah, limpahkanlah shalawat atas Muhammad dan keluarga

ص: 71

Muhammad sehingga tidak tersisa lagi satu shalawat pun; sayangilah Muhammad dan keluarga Muhammad sehingga tidak lagi tersisa satu rahmat pun; berkatilah Muhammad dan keluarga Muhammad sehingga tidak lagi tersisa satu berkah pun; dan limpahkanlah kesejahteraan kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sehingga tidak lagi tersisa satu kesejahteraan pun.

Penjelasan dan Kegunaannya

Al-Fāsi berkata, "Shalawat ini disebutkan oleh Jābir dari sahabat Ibn 'Umar r.a. Disebutkannya pula keutamaan yang besar dari shalawat ini dan kebajikan bagi seorang laki-laki yang mengucapkannya di hadapan Nabi saw.”[]

ص: 72

SHALAWAT KE-6: الصلاة السادسة

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَی مُحَمَّدٍ وَّ اَنْزِلْهُ الْمُنزَلَ الْمُقَرَّبَ مِنکَ یَوْمَ الْقِیَامَة

(Allāhumma shalli ‘alā Muhammadin wa anzilhul-munzalal-muqarraba minka yawmal-qiyāmah).

Artinya: Ya Allah, limpahkanlah shalawat atas Muhammad, dan tempatkanlah ia di tempat yang dekat dengan-Mu di Hari Kiamat.

Penjelasan dan Kegunaannya

Shalawat ini dikemukakan oleh Ath-Thabrānī, Ahmad, Al-Bazzār, dan Ibn `Ashim dari sahabat Ruwayfi' bin Tsābit al-Anshārī, Rasūlullāh saw. bersabda, “Barangsiapa yang mengucapkan shalawat atasku dengan shalawat ini, berarti ia berhak mendapatkan syafaatku."[]

ص: 73

SHALAWAT KE-7: الصلاة السابعة

اَللّهَّم َصَّل عَلی رُوحِ مُحمَّدٍ فِی الاَرواحِ وَ َصَّل عَلی جَسَدِ مُحمَّدٍ فِی الاَجسادِ وَ عَلی قَبرِ فِی القُبُورِ

(Allāhumma shalli ‘alā rūhi Muhammadin fil-arwāh, wa alā jasadihi fil-ajsād, wa ‘alā qabrihi fil-qubūr). Artinya: Ya Allah, limpahkanlah shalawat kepada ruh Muhammad di alam ruh, kepada jasadnya di alam jasad, dan kepada kuburnya di alam kubur.

Penjelasan dan Kegunaannya

Imam Asy-Sya'rānī menuturkan bahwa Nabi saw. telah bersabda, “Barangsiapa yang mengucapkan shalawat

ص: 74

atasku dengan cara yang dikemukakan dalam shalawat ini, ia akan melihatku di alam mimpi. Barangsiapa yang melihatku di alam mimpinya, ia akan melihatku di Hari Kiamat. Barangsiapa yang melihatku di Hari Kiamat, aku akan memberinya syafaat. Barangsiapa yang aku beri syafaat, niscaya ia akan minum dari telagaku dan diharamkan jasadnya oleh Allah dari neraka.”[]

ص: 75

SHALAWAT KE-8: الصلاة الثامنة

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّد في الأَوَّلِينَ وَالآخِرِينَ وَفِي الْمَلأِ الأَعْلَى إِلَى يَوْمِ الْدِّينِ

(Allāhumma shalli “alā Muhammadin wa'alā āli Muhammadin, fil-awwalīna wal-akhirīna wa fil-mala’il-a‘lā ilā yaw-middin).

Artinya: Ya Allah, limpahkanlah shalawat kepada Muhammad dan kepada keluarga Muhammad, di kalangan orang-orang dulu maupun orang-orang setelahnya, serta di alam arwah sampai Hari Kiamat.

ص: 76

Penjelasan dan Kegunaannya

Imam Asy-Sya'rānī menuturkan bahwa seorang laki-laki menghadap Rasulullāh saw. ketika beliau sedang duduk di dalam masjid. Orang itu berkata, Assalāmu alaykum, wahai ahli kemuliaan!” Orang itu lalu didudukkan oleh Nabi saw. di tengah-tengah, yaitu antara beliau dan Abū Bakar r.a. Orang-orang yang hadir ketika itu menjadi heran menyaksikan hal itu hingga Nabi saw. menjelaskan, "Jibril a.s. telah datang kepadaku memberitahukan bahwa orang ini telah memberi shalawat kepadaku dengan shalawat yang belum pernah dibaca oleh seorang pun sebelumnya.” Lalu Abū Bakar bertanya, "Bagaimana shalawatnya, ya Rasūlullāh?"

Kemudian Rasūlullāh saw. menyebutkan shalawat tersebut di atas. []

ص: 77

SHALAWAT KE-9: الصلاة التاسعة

اللَّهُمّ صَلِّ علی سَیِّدِنامُحَمَّد عَبدِک و نبیکَ وَ رَسولِکَ النبیِّ الامیّ و علی آله و ازواجه و ذریّته وسلَّم عَدَدَ خَلقِکَ و رِضا نَفسِکَ و زِنَةَ عَرشِکَ و مِدادَ کَلِماتِکَ

(Allāhumma shalli ‘alā Sayyidinā Muhammadin ‘abdika, wa nabiyyika, wa rasūlikan-nabiyyil-ummiyvi; wa ‘alā ālihi, wa azwājihi, wa dzurriyyatih; wa sallim ‘adada khalqika, wa ridhā nafsika, wa zinata 'arsyika, wa midāda kalimātik).

Artinya: Ya Allah, limpahkanlah shalawat dan salam atas Sayyidinā Muhammad-hamba-Mu, Nabi-Mu, dan Rasul-Mu, Nabi yang ummi, juga atas keluarganya, istri-istrinya, dan keturunan-

ص: 78

nya, sebanyak jumlah makhluk-Mu, keridhaan diri-Mu, hiasan Arsy-Mu, dan tinta kalimat-Mu.

Penjelasan dan Kegunaannya

Al-Hāfizh as-Sakhāwi menuturkan, "Seandainya seseorang bersumpah bahwa ia akan mengucapkan shalawat yang paling utama, maka shalawat ini telah membebaskan ia dari sumpahnya itu. Pen-syarah kitab Dalā'il mengatakan, bahwa lafal shalawat ini diambil dari hadis Ummul Mu'minin, Juwayriyah.()

ص: 79

SHALAWAT KE-10: الصلاة العاشرة

اَللّهُمَّ صَلِّ عَلِی سَیِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلاةً تُنَجِیْنَا بِهَا مِن جَمِیِعِ الاَهْوَالِ وَ الآفَاتِ وَ تَقضِیْ لَنَا بِهَا مِن جَمِیْعِ الحَاجَاتِ وَ تُطَهِّرُنَا بِهَا مِنْ جَمِیْعِ السَّیِّئاتِ وَ تَرفَعُنَا بِهَا أعْلَی الدَّرَجَاتِ وَ تُبَلِّغُنَا بِهَا أقْصَی الغَایَاتِ مِن جَمِیعِ الخَیْرَاتِ فِی الحَیاه وَبَعدَ المَمَاتِ

(Allāhumma shalli ‘alā Sayyidinā Muhammadin shalātan tunjīnā bihā min jamī’il-ahwāli wal-āfāt, wa taqdhī lanā bihājamī'il-hājāt, wa tuthahhirunā bihā min jamī'is-sayyi'āt, wa tarfa'unā bihā ‘indaka aʻlad-darajāt, wa tuballi- ghunā bihā aqshal-ghāyāt, min jamī-al-khayrāti fil-hayāti wa ba'dal-mamāt).

Artinya: Ya Allah, limpahkanlah shalawat atas junjungan kami, Mu-

ص: 80

hammad, dengan suatu shalawat yang menyebabkan kami selamat dari semua ketakutan dan malapetaka, yang menyebabkan Engkau menunaikan semua hajat kami, yang menyebabkan Engkau menyucikan kami dari semua kejahatan, yang menyebabkan Engkau mengangkat kami ke derajat yang tinggi di sisi-Mu, dan yang menyebabkan Engkau menyampaikan semua cita-cita kami berupa kebaikan-kebaikan dunia dan akhirat.

Penjelasan dan Kegunaannya

Shalawat tersebut di atas disebutkan di dalam kitab Dalā’il. Dalam syarah kitab tersebut disebutkan riwayat dari Hasan bin 'Ali al-Aswanī. Ia berkata, "Barangsiapa

yang membaca shalawat ini dalam setiap perkara penting atau bencana sebanyak seribu kali, niscaya Allah akan melepaskan bencana itu darinya, dan menyampaikan apa yang diinginkannya.” Syaikh yang salih, Mūsā adh-Dharīr rahimahullāh, bertutur sebagai berikut: Pada suatu hari, ketika kami sedang melakukan pelayaran di laut yang sangat luas, sekonyong-konyong bertiup angin yang sangat kencang, sehingga mem-

ص: 81

buat suasana di atas kapal kalang-kabut. Tiba-tiba mata saya mengantuk, lalu tertidur. Dalam tidur itu, saya bermimpi melihat Rasulullāh saw., lalu beliau berkata, "Katakanlah kepada para penumpang kapal ini supaya mereka mengucapkan shalawat... (seperti yang tersebut di atas) seribu kali." Setelah terbangun, saya menceritakan mimpi itu kepada para penumpang lainnya. Kemudian kami melakukan apa yang diperintahkan oleh beliau tadi. Baru saja kami membaca shalawat itu tiga ratus kali, keadaan pun menjadi tenang kembali. []

ص: 82

SHALAWAT KE-11: الصلاة الحادیة عشر

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَیِّدِنَا مُحَمَّدٍ بَحْرِ أَنْوَارِکَ وَمَعْدَنِ أَسْرَارِکَ وَعَرُوسِ مَمْلَکَتِکَ وَإِمَامِ حَضْرَتِکَ وَطِرَازِ مُلْکِکَ وَخَزَائِنِ رَحْمَتِکَ وَطَرِیقِ شَرِیعَتِکَ الْمُتَلَذِّذِ بِتَوْحِیدِکَ إِنْسَانِ عَیْنِ الْوُجُودِ وَالسَّبَبِ فِی کُلِّ مَوْجُودٍ عَیْنِ أَعْیَانِ خَلْقِکَ الْمُتَقَدِّمِ مِنْ نُورِ ضِیَائِکَ صَلَاةً تَدُومُ بِدَوَامِکَ وَتَبْقَى بِبَقَائِکَ لَا مُنْتَهَى لَهَا دُونَ عِلْمِکَ صَلَاةً تُرْضِیکَ وَتُرْضِی وَتَرْضَى بِهَا عَنَّا یَا رَبَّ الْعَالَمِینَ

(Allāhumma shalli ‘alā Sayyidinā Muhammadin bahri anwārik, wa ma‘dini asrárik, wa‘arūsi mamlakatik, wa imā-mi hadhratik, wa thirāzi mulkik, wa khazā'ini rahmatik, wa thariqi syarī‘atik al-mutaladzdzidzi bi tawhīdik; insani ‘aynil-wujūdi was-sababi fi kulli mawjūd; ‘ayni a'yāni khalqik; al-mutaqaddimi min-nūri dhiyā’ik—shalātan tadūmu bi dawāmik wa tabqā bibaqā'ik. Lā muntahā lahā dūna ‘ilmika shalātan turdhīka wa turdhīhi wa tardhā bihā ‘annā, yā Rabbal-'ālamīn).

ص: 83

Artinya: Ya Allah, limpahkanlah shalawat atas junjungan kami, Muhammad samudera cahaya-Mu, tambang rahasia-Mu, singgasana kerajaan-Mu, imam hadirat-Mu, bingkai kerajaan-Mu, perbendaharaan rahmat-Mu, dan jalan syariat-Mu; yang mendapat kelezatan dengan tauhid-Mu, iman yang menjadi sebab segala yang maujud, penghulu para makhluk-Mu, yang memperoleh pancaran sinar cahaya-Mu—dengan shalawat yang kekal sekekal diri-Mu, yang tetap sebagaimana tetap-

Mu, dan yang tidak ada akhir di balik ilmu-Mu; juga dengan shalawat yang meridhakan-Mu, dan meridhakannya serta meridhakan kami dengannya, duhai Tuhan semesta alam.

Penjelasan dan Kegunaannya

Sayyid Ahmad ash-Shāwi dan yang lainnya mengatakan, "Shalawat ini saya dapatkan tertulis di atas sebongkah batu dengan tulisan qudrati. Shalawat ini dinamakan sha-

ص: 84

lawat 'Cahaya Kiamať. Shalawat ini disebut demikian karena banyaknya cahaya yang akan diperoleh oleh orang yang membacanya pada Hari Kiamat kelak.”

Di dalam syarah atas kitab Dala'il disebutkan, sebagian pemuka para wali mengatakan, bahwa shalawat ini berbanding dengan 14.000 shalawat lainnya. []

ص: 85

SHALAWAT KE-12: الصلاة التالیة عشر

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَی مُحمَّدٍ بعَدَدِ مَن صَلِّی عَلیه و صَلِّ علی مُحمَّدٍ بِعدَدِ مَن لم یُصَلِّ علیه وَ صَلِّ عَلَی مُحَمَدٍ کَمَا اَمرتَ بِالصلاةِ عَلیهِ وَ صَلِّ عَلی مُحمَّدٍ کَمَا تُحبُّ ان یصلی علیه و صَلِّ علی مُحمَّدٍ کما تَنبغِی الصلاةُ عَلَیه

Allāhumma shalli ‘alā Muhammadin bi ‘adadi man shal-lā ‘alavh, wa shalli ‘alā Muhammadin bi ‘adadi man-lam yushalli 'alayh, wa shalli ‘alā Muhammadin kamā amarta bish-shalāti 'alayh, wa shalli ‘alā Muhammadin kamā tuhibbu an-yushallā 'alayh, wa shalli ‘alā Muhammadin kamā tanbaghish-shālatu 'alayh).

Artinya: Ya Allah, limpahkanlah shalawat kepada Muhammad sebanyak jumlah orang yang bershalawat kepadanya; limpahkanlah sha-

ص: 86

lawat kepada Muhammad sebanyak jumlah orang yang tidak bershalawat kepadanya; limpahkanlah shalawat kepada Muhammad sebagaimana shalawat yang Engkau perintahkan kepadanya; limpahkanlah shalawat kepada Muhammad sebagaimana Engkau suka agar dibacakan shalawat atasnya; dan limpahkanlah pula shalawat kepada Muhammad sebagaimana seharusnya shalawat atasnya.Shalawat tersebut di atas dinamakan Ash-Shalāh al-Adādiyyah.[]

ص: 87

SHALAWAT KE-13: الصلاةالثالثة عشرة

ٱللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى نَبینا مُحَمَّدٍ کُلَّماَ ذَکَرکَ الذَاکِرونَ وَ غَفَلَ عَن ذِکرِکَ الغَافِلونَ

(Allāhumma shalli ‘alā Nabiyyinā Muhammadin kullamā dzakarakadz-dzākirūna wa ghafala ‘an dzikrikal-ghāfilūn).

Artinya: Ya Allah, limpakanlah shalawat atas Nabi kami, Muhammad, selama orang-orang yang ingat menyebut-Mu dan orang-orang yang lalai melupakan untuk menyebut-Mu.

Penjelasan dan Kegunaannya

Shalawat ini dan shalawat sebelumnya (no. 12) adalah dua sighat shalawat dari Imam Asy-Syāfi'i r.a. Berkaitan dengan shalawat pertama (no. 12) telah

ص: 88

diceritakan di dalam syarah atas kitab Dalā’il, bahwa Imam Asy-Syāfi'i pernah bermimpi bertemu seseorang, lalu dikatakan kepadanya, "Apa yang telah diperbuat Allah atas diri Anda?" Imam Asy-Syāfi'i menjawab, "Allah telah mengampuni diriku." "Dengan amal apa?” orang itu bertanya lagi. "Dengan lima kalimat yang aku pergunakan untuk memberi shalawat kepada Nabi saw.” jawab Imam Asy-Syāfi'i. "Bagaimana bunyinya?” Lantas beliau mengucapkan shalawat tersebut di atas.

Sedangkan berkaitan dengan shalawat kedua (no. 13), Al-Mazani bertutur sebagai berikut: Saya bermimpi melihat Imam Asy-Syāfi'ī r.a. Lalu saya bertanya kepada beliau, "Apa yang telah diperbuat Allah terhadap diri Anda?" Beliau menjawab, "Allah telah mengampuni diriku berkat shalawat yang aku cantumkan di dalam

kitab Ar-Risālah, yaitu: Allāhumma, shalli ‘ala Muhammad kullamā dzakarakadz dzākirūn wa shalli ‘ala Muhammad kullama ghafala ‘an dzikrikal ghāfilūn.”

ص: 89

Sementara itu, Imam Al-Ghazālī di dalam kitab Al-Ihya' menuturkan hal berikut: Abū al-Hasan asy-Syāfi'i menuturkan, "Saya telah bermimpi melihat Rasulullah saw., lalu saya bertanya, 'Ya Rasūlullāh, dengan apa Asy-Syāfi'i diberi pahala karena ucapannya dalam kitab Ar-Risālah: Wa Shallallāhu 'alā Muhammaddin kullamā dzukarahudz- dzākirūn wa ghafala ‘an dzikrihil ghāfilūn?' Rasūlullāh menjawab, 'la tidak ditahan untuk dihisab."" []

ص: 90

SHALAWAT KE-14: الرابعة عشرة

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى نُورِ الأَنْوَارِ. وَسِرِّ الأَسِرَارِ. وَتِرْيَاقِ الأَغْيَارِ. وَمِفْتَاحِ بَابِ الْنَسَارِ. سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُخْتَارِ. وَآلِهِ الأَطْهَارِ. وَأَصْحَابِهِ الأَخْيَارِ. عَدَد نِعَمِ الله وَأِفْضَالِهِ

(Allāhumma shalli ‘alā nūril-anwār, wa sirril-asrár, wa tirvāqil-aghyār, wa miftāhi bābil-yasār; Savvidină Muhammadinil-mukhtar, wa ālihil-ath-hāri, wa ashhābihil-akh-yār; 'adada ni amillāhi wa ifdhālih).

Artinya: Ya Allah, limpahkanlah shalawat atas cahaya di antara segala cahaya, rahasia di antara segala rahasia, penawar duka, dan pembuka pintu kemudahan, yakni Sayyidinā Muhammad, munusia pilihan, juga kepada keluarganya yang suci dan sahabat-

ص: 91

nya yang baik, sebanyak jumlah kenikmatan Allah dan karunia-Nya.

Penjelasan dan Kegunaannya

Shalawat ini bersumber dari Sayyid Ahmad al-Badawi r.a. Sayyid Ahmad Rusian mengomentari shalawat ini, "Shalawat ini sangat mujarab untuk menunaikan hajat,

mengusir kesusahan, menolak bencana, dan memperoleh cahaya; bahkan sangat manjur untuk segala keperluan."]

ص: 92

SHALAWAT KE-15: الصلاة الخامسة عشرة

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ النَّبیّ الاُمّیّ وَ علی آلهِ و صَحبِهِ وَ سَلِّم عَدَدَ مَا عَلِمتَ وَ زِنَة ماَ عَلِمتَ وَ مِلَءَ مَا عَلِمتَ

(Allāhumma shalli ‘alā Muhammadin-nabiyyil-ummiyyi wa ‘alā ālihi wa shahbihi wa sallim; ‘adada mā 'alimta, wa zinata mā ‘alimta, wa mila mā 'alimta).

Artinya: Ya Allah, limpahkanlah shalawat dan salam atas Muhammad, Nabi yang ummī; juga kepada keluarga dan para sahabatnya, sebanyak jumlah apa Yang Engkau ketahui, seindah apa Yang Engkau ketahui, dan sepenuh apa Yang Engkau ketahui.

Penjelasan dan Kegunaannya

Shalawat ini bersumber dari Sayyid Syamsuddin Mu-

ص: 93

hammad al-Hanafi r.a. (Sultan Hanafi). Ia termasuk salah seorang keturunan Abū Bakar ash-Shiddiq r.a. Ia telah menjabat kedudukan sebagai kutub para wali (quthb aw-livā”) selama 46 tahun 3 bulan dan beberapa hari. Selama masa jabatannya itu, ia merupakan quthb ghawts mufrad jamʻi. Banyak sekali cerita-cerita berkenaan dengan riwayat hidup dan karamahnya. Di antaranya, ia tidak pernah berdiri satu kali pun bila menyambut kedatangan para raja. Bahkan, jika ada salah seorang di antara raja-raja itu datang kepadanya, raja tersebut merendahkan diri di hadapannya, duduk dengan sopan tanpa menoleh ke kiri dan ke kanan selama berada di hadapan beliau. []

ص: 94

SHALAWAT KE-16: الصلاة السادسة عشرة

اللهم صلی و سلِّم وَ بارِک عَلی مُحَمَّدٍ نورِ الذَاتی وَ السِرِّ الساری فِی سَائرِ الآسمَاء وَ الصفَات

(Allāhumma shalli wa sallim wa bărik ‘alā Muhammadin, nūridz-dzāti was-sirris-sārī fi-sā'iril-asmā'i wash-shifāt). Artinya:Ya Allah, limpahkan shalawat, salam, dan berkah, kepada Muhammad-cahaya zat dan rahasia yang berjalan di malam har—di dalam seluruh asma dan sifat.

Penjelasan dan Kegunaan

Shalawat di atas bersumber dari Sayyidinā Abū al-Hasan asy-Syādzilī r.a. Ia berbanding dengan seratus ribu shala-

ص: 95

wat lainnya. Ada yang mengatakan bahwa shalawat ini berguna untuk melepaskan kesulitan.[]

ص: 96

SHALAWAT KE-17: الصلاة السابعة عشرة

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلى سَیِّدِنَا مُحَمَّدٍ الفاتِحِ لِمَا أُغْلِقَ و الخاتِمِ لِمَا سبق و النَاصِرِ الحَقِّ بِالحَقِ و الهَادِی إلى صِرَاطِکَ المُسْتَقِیمِ صلی الله علیه و عَلَى آلِهِ و اصحابه حَقَّ قَدْرِهِ و مِقْدَارِهِ العَظِیمِ

(Allāhumma shalli wa sallim wa bārik ‘alā Sayyidinā Muhammadinil-fātihi limā ughliqa, wal-khātimi limā sabaqa, wan-nāshiril-haqqa bil-haqqi, wal-hādī ilā shirāthikal-mustaqim. Shallallāhu 'alayhi wa ‘alā ālihi wa ashhăbihi haqqa qadrihi wa miqdārihil-'azhīm).

Artinya: Ya Allah, limpahkanlah shalawat, salam, dan berkah atas Sayyidinā Muhammad-pembuka hal-hal yang terkunci; penutup

ص: 97

perkara-perkara yang sudah berlalu; penolong kebenaran dengan kebenaran; dan penunjuk jalan kepada jalan-Mu yang lurus. Semoga Allah senantiasa melimpahkan shalawat kepada-nya, juga kepada keluarga dan para sahabatnya, sesuai dengan derajat dan kedudukannya yang tinggi.

Penjelasan dan Kegunaannya

Shalawat di atas berasal dari Sayyid Abū al-Makārim Syaikh Muhammad Syamsuddīn bin Abī al-Hasan al-Bakrī r.a. Di antara khasiat shalawat ini adalah, bahwa bagi siapa saja yang membacanya, walaupun hanya satu kali seumur hidupnya, ia tidak akan masuk neraka. Sebagian ulama Maroko mengatakan, bahwa shalawat ini turun ke atasnya dalam satu shahīfah dari Allah. Ada pula yang mengatakan bahwa, satu kali shalawat ini menyamai sepuluh ribu—bahkan ada yang menyatakan pula, enam ratus ribu-shalawat lainnya. Barangsiapa yang menda- wam-kan (membiasakan secara rutin) membacanya selama empat puluh hari, Allah akan mengampuninya dari segala dosanya. Barangsiapa yang membacanya sebanyak seribu kali pada malam Kamis, Jumat atau Senin, ia akan

ص: 98

berkumpul dengan Nabi saw. Akan tetapi, sebelumnya hendaklah ia melakukan salat sunnah empat rakaat. Pada rakaat pertama ia membaca Surah al-Fātihah dan al-Qadr. Pada rakaat kedua sesudah al-Fātihah ia membaca Surah az-Zalzalah. Pada rakaat ketiga sesudah al-Fātihah ia membaca Surah al-Kāfirūn. Pada rakaat keempat sesudah al-Fātihah ia membaca Surah al-Mu'awwidzatayn (Surah al-Falaq dan an-Nās). Hendaklah ia membakar kemenyan Arab ketika membaca shalawat tersebut.[]

ص: 99

SHALAWAT KE-18: الصلاة الثامنة عشرة

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ عَدَدَ مَا فِي عِلْمِ الله صَلاَةً دَائِمَةً بِدَوَامِ مُلْكِ الله

(Allāhumma shalli ‘alā Sayyidina Muhammadin ‘adada mā fī ‘ilmillāhi, shalātan dā'imatan bidawāmi mulkillāh).

Artinya: Ya Allah, limpahkanlah shalawat kepada Sayyidina Muhammad, sebanyak apa yang ada di dalam pengetahuan Allah, dengan shalawat yang kekal sebagaimana kekalnya kerajaan Allah.

Penjelasan dan Kegunaannya

Sayyid Ahmad ash-Shāwī, dengan menukil dari ulama lainnya, mengatakan bahwa shalawat tersebut di atas me-

ص: 100

nyamai 600.000 shalawat lainnya. Shalawat ini dikenal dengan sebutan, "Shalawat Kebahagiaan.” Sedangkan Syaikh Dahlan memberikan komentarnya, "Shalawat ini merupakan sighat shalawat yang sempurna. Orang yang membacanya secara rutin tiap-tiap hari Jumat sebanyak seribu kali akan menjadi orang yang bahagia di dunia dan akhirat.”[]

ص: 101

SHALAWAT KE-19: الصلاة التاسعة عشرة

اللهم صلی و سلِّم وَ بارِک عَلیِ سَیّدِنَا محمدٍ وَ علی آلِهِ عَدَدَ کَمَال لِلَهِ وَ کَماَ یَلیِقُ بِکَمَالِهِ

(Allāhumma shalli wa sallim wa bārik ‘alā Sayyidinā Muhammadin, wa 'alā ālihi, 'adada kamālillāhi wa kamā yali-qu bikamālih).

Artinya: Ya Allah, limpahkanlah shalawat, salam, dan berkah, kepada Sayyidinā Muhamamd dan keluarganya; sebanyak kesempurnaan Allah dan segala yang sesuai dengan kesempurnauan-Nya itu.

Penjelasan dan Kegunaannya

Shalawat ini dikenal di kalangan ahli tarekat sebagai shalawat "Kamāliyah.” Mereka telah memilih shalawat tersebut

ص: 102

sebagai wirid karena pahalanya yang tidak terhingga. Ada yang menyatakan bahwa shalawat ini menyamai pahala 14.000 shalawat lainnya.[]

ص: 103

SHALAWAT KE-20: الصلاة العشرون

اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكَ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ النَّبِيِّ الأُمِّيِّ الْحَبِيبِ الْعَالِي الْقَدْرِ الْعَظِيمِ الْجَاهِ وَعَلَى آلِهِ و صَحبِهِ وَ سَلِّم

(Allāhumma shalli wa sallim wa bārik ‘ală Sayyidinā Muhammadinin-nabiyyil-ummiyyil-habībil-'ālil-qadril-azhi- mil-jāhi,wa ‘alā ālihi wa shahbihi wa sallim).

Artinya: Ya Allah, limpahkanlah shalawat, salam, dan berkah kepada penghulu kami, Muhammad-Nabi yang ummi, yang terkasih, yang tinggi kedudukannya, dan yang besar wibawanya; juga kepada keluarga dan para sahabatnya.

ص: 104

Penjelasan dan Kegunaannya

Tentang shalawat ini, ada yang mengatakan bahwa Nabi saw. bershalawat atas dirinya dengan shalawat tersebut.[]

ص: 105

SHALAWAT KE-21: الصلاة الحادیة والعشرون

اَللّهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ عَلي' سَيِّدِنا مُحَمَّدٍ وَ عَلي' الِ سَيِّدِنا مُحَمَّدٍ في كُلِ لَمْحَةٍ وَ نَفَسٍ بِعَدَدِ كُلِّ مَعْلُومٍ لَّكَ

(Allāhumma shalli wa sallim ‘alā Sayyidinā Muhammadin, wa ‘alā āli Sayyidinā Muhammadin, fi kulli lamhatin wa nafasin, bi ‘adadi kulli ma‘lūmin lak).

Artinya: Ya Allah, limpahkanlah shalawat dan salam kepada Sayyidinā Muhammad dan keluarga Sayyidinā Muhammad, di dalam setiap kedipan mata dan tarikan napas, serta sebanyak jumlah ilmu yang Engkau miliki.

Penjelasan dan Kegunaannya

Shalawat ini diterima oleh Maulānā Syaikh al-Hindi dari

ص: 106

Nabi saw. Di antara keistimewaannya adalah jika Anda membacanya secara rutin, Anda akan memperoleh ilmu dan rahasia langsung dari Nabi saw.[]

ص: 107

SHALAWAT KE-22: الصلاة الثانیة والعشرون

اللَّهُمَّ صَلِّ صَلاَةً کَامِلَةً وَ سَلِّمْ سَلاَماً تَامًّا عَلَى سَیِّدِنَا مُحَمَّدٍ الذی تَنْحَلُّ بِهِ الْعُقَدُ وَ تَنْفَرِجُ بِهِ الْکُروبُ وَ تُقْضَى بِهِ الْحَوَائِجُ وَ تُنَالُ بِهِ الرَّغَائِبُ وَ حُسْنُ الْخَوَاتِمِ وَ یُسْتَسْقَى الْغَمَامُ بوَجْهِهِ الْکَرِیمِ وَ عَلى آلِهِ و صحبه فِی کُلِّ لَمْحَةٍ وَ نَفَسٍ بِعَدَدِ کُلِّ مَعْلُومٍ لَکَ

(Allāhumma shalli shalātan kāmilatan, wa sallim salāman tāmman ‘alā Sayyidinā Muhammadinil-ladzī tanhallu bihil-‘uqadu, wa tanfariju bihil-kurūbu, wa tuqdhā bihil- hawā'iju, wa tunālu bihir-raghā'ibu, wa husnul-khawā- timi, wa yustasqal-ghamāmu bi wajhihil-karīm; wa 'alā ālihi wa shahbihi fi kulli lamhatin wa nafasin, bi-adadi kulli ma'lūmin lak).

ص: 108

Artinya: Ya Allah, limpahkanlah shalawat yang sempurna dan kesejahteraan yang paripurna kepada junjungan kami, Muhammad; yang dengan perantaraan beliau itu dilepaskan semua ikatan, dilenyapkan segala kesusahan, ditunaikan segenap kebutuhan, diperoleh segala keinginan, dicapai akhir yang baik, dan diberi minum dari awan berkat wajahnya yang mulia; juga kepada keluarga dan para sahabatnya, dalam setiap kedipan mata dan tarikan napas, sebanyak jumlah pengetahuan yang Engkau miliki.

Penjelasan dan Kegunaannya

Shalawat ini lebih dikenal dengan sebutan "Shalawat Tafrijiyah.” Tentang shalawat ini, Imam Al-Qurthubī menuturkan bahwa, barangsiapa yang membacanya secara rutin setiap hari sebanyak 41 kali atau 100 kali atau lebih, Allah akan melenyapkan kecemasan dan kesusahannya, menghilangkan kesulitan dan penyakitnya, memudahkan urusannya, menerangi hatinya, meninggikan kedudukannya, memperbaiki keadaannya, meluaskan rezeki-nya, dan membukakan baginya segala pintu kebaikan, dan lain-lain. []

ص: 109

SHALAWAT KE-23: الصلاة الثالثة والعشرون

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَی مُحَمَّدٍ عَبدِک وَ رَسولِکَ النَّبیِّ الاُمیّ و علی آل مُحَمَّدٍ وَأَزْوَاجِهِ امَّهَاتِ المُومنینَ وَذُرِّیَّتِهِ، وَ اَهلِ بَیته کَمَا صَلَّیْتَ عَلَی إِبْرَاهِیمَ،وَعَلَی آلِ إِبْرَاهِیمَ فِی الْعَالَمِینَ إِنَّکَ حَمِیدٌ مَجِیدٌ اللَّهُمَّ بَارِکْ عَلَی مُحَمَّدٍ عَبدِک وَ رَسولِکَ النَّبیِّ الاُمیّ و علی آل مُحَمَّدٍ وَأَزْوَاجِهِ امَّهَاتِ المُومنینَ وَذُرِّیَّتِهِ،وَ اَهلِ بَیته کَمَا بَارَکْتَ عَلَی إِبْرَاهِیمَ و عَلَی آلِ إِبْرَاهِیمَ ، فِی الْعَالَمِینَ، إِنَّکَ حَمِیدٌ مَجِیدٌ

(Allāhumma shalli ‘alā Muhammadin ‘abdika wa rasūli- kan-nabiyyil-ummiyyi, wa ‘alā āli Muhammadin, wa azwā- jihi ummahātil-mu'minīna, wa dzurriyyatihī, wa ahli baytihī; kamā shallayta ‘alā Ibrāhīma wa ‘alā āli Ibrāhīm. Fil-'ālamīna innaka Hamīdun-Majīd.

ص: 110

Allāhumma bārik 'alā Muhammadin ‘abdika wa rasūlikan-nabiyyil-ummiyyi, wa 'alā āli Muhammadin, wa azwājihi ummahātil-mu'minina, wa dzurriyyatihi, wa ahli

baytihī; kamā bārakta ‘alā Ibrāhīma wa ‘alā āli Ibrāhīm. Fil-'ālamīna innaka Hamīdun-Majīd). .

Artinya: Ya Allah, limpahkanlah shalawat atas Muhammad—hamba dan Rasul-Mu serta Nabi yang ummī; atas keluarga Muhammad dan para istrinya, ibu kaum Mukmin, serta atas keturunan dan keluarganya—sebagaimana Engkau telah melimpahkan shalawat itu kepada Ibrāhīm dan keluarga Ibrāhīm. Di alam raya ini sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Mahamulia. ؛Ya Allah, berkatilah Muhammad-hamba dan Rasul-Mu serta Nabi yang ummī, juga keluarga dan para istrinya, ibu kaum Mukmin, serta keturunan dan Ahli Baitnya-sebagai mana Engkau telah memberkati Ihrāhīm dan keluarga Ibrāhīm. Di alam raya ini sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Mahamulia.

Penjelasan dan Kegunaannya

Shalawat ini bersumber dari Al-Hāfizh al-'Irāqi dari hadis-hadis yang sahih.[]

ص: 111

SHALAWAT KE-24: الصلاة الرابعة والعشرون

اللَّهُمَّ صَلِّ وبارک و ترحم عَلَی مُحَمَّدٍ عَبدِک و نبیکَ وَ رَسولِکَ النَّبیِّ الاُمیّ سیّدِ المُرسلینَ و امَامِ المُتَقینَ و خاتمِ النّبینَ امامِ الخَیرِ وقائدِ الخیرِ

(Allāhumma shalli wa bārik wa tarahham ‘alā Muhammadin—abdika, wa nabiyyika, wa rasulikan-nabiyyil-um-miyyi; sayyidil-mursalīna, wa imāmil-muttaqqina, wa khatamin-nabiyyīna; imāmil-khayri, wa qā'idil-khayri,

ص: 112

وَ رَسولِ الرَحمةِ وَ عَلی آزواجِهِ اُمَهآت المؤمنینَ وَ ذریّته وَ اهل بیته وَ آلِهِ وَ اَصحَبِهِ وَ آنصَارِه وَ اتباعِهِ وَ اشیاعِهِ و مُحِبّیِهِ کَمَا صَلَّیتَ وَ بَارَکتَ وَ تَرَحَّمتَ عَلیَ اِبراهِیم و عَلی آلی ابراهِیم فی العَالَمینَ انَّکَ حَمیدٌ المَجِیدٌ.

wa ra-sūlir-rahmati; wa ‘alā azwājihi ummahātil-mu'minina, wa dzurriyyatihi, wa ahli baytihi, wa ālihi, wa ashhābihi, wa anshārihi, wa atbā'ihi, wa asyyā’ihi, wa muhibbīhi-kamā shallayta, wa bārakta, wa tarahhamta ‘alā Ibrāhīm wa ‘alā āli Ibrāhīm. Fil-'ālamīna innaka Hamidun-Majid.

وَ صَلّ وَ بارِک وَ تَرَحَّم عَلیناَ مَعَهُم اَفضَلَ صَلَوَاتِکَ وَ ازکَی بَرَکَاتِکَ کُلَّمَا ذَکَرَک الذَاکِرونَ وَ غَفَلَ عَن ذِکرِکَ الغَافِلونَ عدَدَ الشَفعِ وَ الوَترِ وَ عَدَدَ کَلِمَاتِکَ تاَمَّاتِ المباَرَکات وَ عَدَدَ خَلقِکَ وَ رِضا نفسِکَ وَزِنَةَ عَرشِکَ وَ مِدادَ کَلِمَاتِکَ صَلاةً دائِمَتً بِدَوَامِکَ

Wa shalli, wa bārik, wa tarahham ‘alaynā ma'ahum; afdhala shalawātika wa azkā barakātika, kullamā dzaka-radz-dzākirūna wa ghafala ‘an dzikrikal-ghāfilūn; 'ada-

dasy-svaf i wal-watri, wa 'adada kalimātikattāmmātil-mubārakāt, wa ‘adada khalqika wa ridhā nafsika wa zinata ‘arsyika, wa midāda kalimātika; shalātan dā’imatan

bidawāmik.

ص: 113

اللهمَ البعثهُ یَوم القیامةِ مقاماً محموداً یغبِطُهُ الاَوَّلون وَ الآخِرون وَ انزِلهُ المقَامَ المُقَرَّبَ عِندَکَ یوم القِیامَةِ وَ تَقَبَّل شَفاعتهُ الکبری وَارفع دَرَجَتَهُ العُلیَا وَ آعطهِ سؤلَهُ فِی الآخِرَةِ و الاُولی کَمَا اتیتَ ابراهِمَ وَ موسی

Allāhummab‘atshu yawmal-qiyāmati maqāman- mahmūdan, yaghbithuhul-awwalūn wal-akhirūn; wa an zilhul-maqāmal-muqarraba ‘indaka yawmal-qiyāmati, wa

taqabbal syafā'atahul-qubrā, warfa' darajatahul-‘ulyā, wa a'thihi su'lahu fil-ākhirati wal-ūlā; kamā ātayta Ibrāhīma

wa Mūsā.

اللهمَ اجعل فِی المصطَفَینِ مَحَبَّتَهُ وَ فی المُقَرَّبینَ مَوَدَّتَهُ وَ فی الاعَلَینَ ذِکرَهُ وَجزِهِ عَنَّا ماَ هُوَ اهلُهُ خَیرَ ماَ جَزَیتَ نَبیاً عَن اُمَّتِهِ وَاجزِ الآنبیاءَ کُلَّهُم خَیراً وَ صَلاوَاتُ اللهِ وَ صَلاوَاتُ المؤمنینَ عَلی محمدٍ

Allāhummaj‘al fil-mushthafayna mahabbatahu, wa fil-muqarrabīna mawaddatahu, wa fil-a‘layna dzikrahu wajzihi ‘annā mā huwa ahluhu, khayra mājazayta nabiy-

van ‘an ummatihi; wajzil-anbiyā’a kullahum khayran shalawātullāhi wa shalawātul-mu'minina ‘alā Muham-

ص: 114

النبیِّ الُامّیِّ السلامُ علیکُ ایُّهاالنبیُّ وَرَحمةاللهِ وَ بَرَکاَتهُ وَ مغفِرُتُهُ وَ رِضوَنُهُ اللهمُّ ابلِغُه مِنَا السلامَ واردُدهُ عَلینا مِنهُ السلَامَ وَ اتبِعهُ عن اُمَّتِهِ وَ ذرِّیتِهِ ماَ تَقَرَّ بِهِ عَینُهُ یاَ رَبَّ العَالَمین

nabiyyil-ummī. Assalāmu 'alayka ayyuhan-nabiy- yu, wa rahmatullāhi, wa barakātuhu, wa maghfiratuhu, wa ridhwānuh. Allāhumma ablighhu minnas-salāma, ardud ‘alaynā min-hussalāma, wa atbi'hu min ummatihi wa dzurriyyati- hi, mā taqarra bihi ‘aynuhu, yā Rabbal-'ālamīn).

Artinya: Ya Allah, limpahkanlah shalawat, berkah, dan rahmat-Mu kepada Muhammad-hamba, Nabi, dan utusan-Mu; Nabi yang ummī, penghulu para rasul, imam orang-orang yang bertakwa, dan penutup para nabi; Imam kebaikan dan panglima kebaikan, serta rasul rahmat; juga kepada istri-istrinya, ibu kaum beriman, dan kepada keturunan dan Ahli Baitnya; kepada keluarga dan para sahabatnya, para penolong dan para pengikutnya, serta umat dan para pencintanya-sebagaimana

Engkau telah melimpahkan shalawat, berkah, dan rahmat kepada Ibrāhīm dan keluarga Ibrāhīm. Di alam raya ini sesungguh-nya Engkau Maha Terpuji, lagi Maha Mulia. Limpahkanlah pula shalawat, berkah, dan rahmat atas kami bersama mereka, dengan shalawat-Mu yang paling utama dan berkah-Mu yang paling suci; selama orang-orang yang

ص: 115

ingat menyebut nama-Mu dan orang-orang yang lalai melupakan-Mu; sebanyak jumlah yang genap dan yang ganjil; sebanyak jumlah kalimat-Mu yang sempurna dan diberkati; dan sebanyak jumlah makhluk-Mu, keridhaan diri-Mu, perhiasan Arsy-Mu, dan tinta kalimat-Mu— shalawat yang kekal sekekal diri-Mu.

Ya Allah, bangkitkanlah dia pada Hari Kiamat kelak pada derajat kedudukan yang terpuji, yang diinginkan oleh orang-orang dulu maupun orang-orang setelahnya; tempatkanlah dia pada tempat yang dekat dengan-Mu pada Hari Kiamat; perkenankanlah syafaatnya yang besar; angkatlah derajatnya yang tinggi; dan berikanlah kepadanya semua permintaannya di akhirat dan di dunia, sebagaimana yang telah Engkau berikan kepada Ibrāhīm dan Mūsa. Ya Allah, jadikanlah kecintaannya di dalam kalangan mereka yang disucikan, kasih-sayangnya di kalangan mereka yang didekatkan, dan sebutannya di dalam kalangan mereka yang ditinggikan. Berikanlah pahala yang setimpal kepadanya dan kami sesuai dengan haknya, dengan sebaik-baik pahala yang Engkau berikan kepada para nabi dari umatnya. Berikanlah kebaikan kepada semua nabi. Shalawat Allah dan kaum Mukminin senantiasa terlimpah kepada Muhammad, Nabi yang ummi. Salam sejahtera tercurah atasmu, duhai Baginda Nabi,

ص: 116

serta rahmat Allah, berkah-Nya, ampunan-Nya, dan keridha-an-Nya. Ya Allah, sampaikanlah salam kami kepadanya, balaslah salam kami olehnya, dan tetapkanlah pada umat dan keturunannya amal perbuatan yang akan menyenangkan hatinya, duhai Tuhan semesta alam.

Penjelasan dan Kegunaannya

Shalawat ini adalah shalawat yang dikumpulkan oleh Al-Hāfizh as-Sakhawi di dalam kitab Al-Qawl al-Badī“. Disebutkan pula oleh Ibn al-Hajar di dalam Ad-Durr al-Mandhūdh bahwa ia menghimpun segala lafal yang diriwayatkan.[]

ص: 117

SHALAWAT KE-25: الصلاة الخامسة والعشرون

اللهم صلّی عَلی سیِّدِنا محمدٍ النَّبیِّ الاُمِّیِّ وَ عَلی آلِهِ وَ صَحبِهِ وَ سلِّم کُلَّماَ ذَکَرَکَ ذَاکِرونَ وَ غَفَلَ عَن ذِکرِکَ الغَافِلون

(Allāhumma shalli ‘alā Sayyidinā Muhammadinin-nabiy-yil-ummiyyi wa ‘alā ālihi wa shahbihi wa sallim, kullamā dzakarakadz-dzākirūna wa ghafala ‘an dzikrikal-ghāfi-

ص: 118

عَدَدَ ماَ احَطَ بِهِ عِلمُ اللهِ وَ جَزی بِهِ قَلَمُ اللهِ وَنَفَذَ بِهِ حُکمُ اللهِ وَ وَسِعَهُ عِلمُ اللهِ وَ عَدَدَ کلِّ شیءٍ وَ اَدفَعَ کلِّ شیءٍ وَمِلِءَ کُلِّ شیءٍ وَ عَدَدَ خَلقِ اللهِ وَ زنةَ عَرشِ اللهِ وَ رِضا نَفسِ اللهِ وَ مِدَادَ کَلِمَاتِ اللهِ وَ عَدَدَ ماَ کاَنَ و ما یَکونُ وَ ماَ هُوَ کائنٌ فی عِلمِ اللهِ صَلاة تَستَغرِقُ العَدَّ وَ تُحیطُ بِالحَدِّ صَلاةً دَائمةً بِدَوَامِ مُلک الله باقیةً بِبَقاء اللَهِ

‘adada mā ahātha bihi ‘ilmullāhi, wa jazā bihi qala- mullāhi, wa nafadza bihi hukmullāhi, wa wasi'ahu 'ilmul-lāh; wa ‘adada kulli syay’in, wa adh‘āfa kulli syay’in, wa

mila kulli syay’; wa ‘adada khalqillāhi, wa zinata ‘arsyillāhi, wa ridhā nafsillāhi, wa midāda kalimātillāh; wa ‘adada mā kāna, wa mā yakūnu, wa mā huwa kā’inun fī ‘ilmil- lāh—shalātan tastaghriqul-'adda wa tubīthu bil-haddi; shalātan dā’imatan bidawāmi mulkillāhi, bāqiyatan biba-qā'illāh).

Artinya: Ya Allah, limpahkanlah shalawat dan salam atas junjungan kami, Muhammad, Nabi yang ummī; juga kepada keluarga dan para sahabatnya, selama orang-orang yang ingat menyebut-Mu dan orang-orang yang lalai melupakan-Mu—sebanyak apa yang diliputi oleh ilmu Allah, dituliskan oleh kalam Allah, diterapkan dalam hukum Allah, dan seluas ilmu Allah; sebanyak jumlah segala sesuatu, berlipat gandanya segala sesuatu, dan sepenuh segala sesuatu; serta sebanyak makhluk Allah, perhiasan Arsy Allah, keridhaan Allah, tinta kalimat Allah; serta semua yang telah terjadi, yang akan terjadi, dan semua yang ada di dalam ilmu Allah—dengan shalawat yang mengha-

ص: 119

biskan seluruh bilangan dan meliputi seluruh batasan; juga dengan shalawat yang berkesinambungan dengan kekalnya kerajaan Allah dan abadi dengan keabadian Allah.

Penjelasan dan Kegunaannya

Shalawat ini disebutkan oleh Syaikh ad-Dayrabī di dalam Mujarrabāt-nya. Ia termasuk sighat yang sangat bagus sekali untuk memberi shalawat kepada Nabi saw.

Ada yang berpendapat bahwa orang yang membaca-nya secara rutin selama sepuluh malam-tiap-tiap malam sebanyak seratus kali, pada saat hendak berbaring tidur di tempat tidurnya, sambil menghadap kiblat dan dalam keadaan suci yang sempurna—akan bermimpi melihat Nabi saw.[]

ص: 120

SHALAWAT KE-26: الصلاة السادسة والعشرون

اَللّهُمَّ صَلِّ عَلي سَيِّدِنا مُحَمَّدٍ وَ عَلي الِهِ وَ صَحْبِهِ وَ سَلِّمْ بِعَدَدِ کُلِّ حَرفٍ جَرَی بِهِ القَلم

(Allāhumma shalli ‘alā Sayyidina Muhammadin, wa ‘alā ālihi, wa shahbihi, wa sallim; bi 'adadi kulli harfin jarā bihil-qalam).

Artinya:

Ya Allah, limpahkanlah shalawat dan salam kepada Sayyidinā Muhammad, serta keluarga dan para sahabatnya, sebanyak jumlah huruf yang digoreskan oleh pena.

Penjelasan dan Kegunaannya

Shalawat ini disebutkan oleh pengarang kitab Bughyah al-Mustarsyidīn, Mufti Hadramaut, Sayyid Syarīf ‘Abdur-rahmān bin Muhammad Bā'alawī.

ص: 121

Di antara faedah shalawat ini disebutkan oleh Quthb al-Haddād. Ia mengatakan bahwa yang menjadikan seseorang meninggal dunia dalam keadaan baik (husnul khāti-inah) adalah jika tiap-tiap selesai mengerjakan salat maghrib ia mengucapkan, Astaghfirullāh al-ladzī lā ilāha illā Huwal Hayyul Qayyūm, al-ladzī lā yamūtu wa atūbu ilayh, Rabbigh-firlī,” kemudian diikuti oleh pembacaan shalawat di atas. Barangsiapa yang membaca kalimat-kalimat di atas sebelum berbicara tentang yang lainnya, niscaya ia akan meninggal dalam keadaan beriman.[]

ص: 122

SHALAWAT KE-27: الصلاة السابعة والعشرون

اَللّهُمَّ صَلِّ و سلم عَلي' سَيِّدِنا مُحَمَّدٍ عَبْدِكَ وَ النَّبيِّكَ ،وَ رَسُلِكَ النَبيَّ الْاُمِّيِ وَ عَلي' الِ مُحَمَّدٍ صلاةً تَكُونُ لنا رضاءً ولحَقه أداءً وأعطه الوسيلة و المقام المحمود الذی وعدته وَ اجْزِهِ عَنَّا ما هو اهله و اجزه أَفْضَلَ مَا جَزَیتَ نَبیّاً عَنْ أُمَّتِهِ. و صَلِ عَلی جَمیعِ اِخوانِه مِنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ .اللّهُمَّ صَلِّ عَلى مُحَمَّدٍ فِي الأوَّلِينَ وَصَلِّ عَلى مُحَمَّدٍ فِي الآخِرِينَ وَصَلِّ عَلى مُحَمَّدٍ الی یوم الدین.ااَللّهُمَّ صَلِّ عَلَی رُوحِ مُحمَّدٍ فِی الاَرواحِ وَ صَلِّ عَلَی جَسَدِ مُحمَّدٍ فِی الاَجسادِ وَ صَلِّ عَلَی قَبرِ مُحمَّدٍ فِی القُبُورِ اجْعَلْ شَرَائِفَ صَلَوَاتِكَ وَ نَوَامِيَ بَرَكَاتِكَ و رافة تَحَنُنکَ و رضوانِکَ علی محمد عبدِکَ و نبیکَ وَ رَسُولِکَ و سَلِم تسلیماً کثیراً

ص: 123

(Allāhumma shalli wa sallim ‘alā Sayyidinā Muham-madin-'abdika, wa nabiyyika, wa rasūlikan-nabiyyil- umiyyi; wa 'alā āli Muhammadin—shalātan takūnu lanā

ridhā'an wa lihaqqihi adā'an; wa a'thihil-wasīlata wal-ma-qāmal-mahmūdal-ladzī wa'adtahu, wajzihi ‘annā mā hu-wa ahluhu, wajzihi afdhala mā jazayta nabiyyan 'an um-matih; wa shalli ‘alā jamī' i ikhawānihi minan-nabiyyina, wash-shiddiqīna, wasy-syuhadā’i, wash-shalihin. Allāhumma shalli ‘alā Muhammadin fil-awwalīna, wa shalli ‘alā Muhammadin fil-akhirīna, wa shalli 'alā Mu- hammadin ilā yawmiddīn. Allāhumma shalli ‘alā rūhi Muhammadin fil-arwāhi, wa shalli ‘alā jasadihi fil-ajsādi, wa ‘alā qabrihi fil-qubūri; wajʻal syarā'ifa shalawatika, wa nawāmiya barakātika, wa ra'fata tahannunika wa ridhwanika ‘alā Muhammadin-‘abdika, wa nabiyyika,wa rasūlika; wa sallim taslīman ka- tsīrā).

Artinya: Ya Allah, limpahkanlah shalawat dan salam kepada junjungan kami, Muhammadhamba, Nabi, dan Rasul-Mu, Nabi yang ummī; juga kepada keluarga Muhammad, dengan shalawat

ص: 124

yang menjadikan kerelaan bagi kami dan penunaian bagi haknya. Berikanlah kepadanya wasilah dan kedudukan yang terpuji yang telah Engkau janjikan. Balaslah ia dari kami dengan balasan yang sepantasnya; dan balaslah ia dengan balasan yang paling baik daripada balasan yang telah Engkau berikan kepada seorang nabi dari umatnya. Limpahkanlah pula shalawat-Mu atas segenap saudara-saudaranya dari golongan para nabi, shiddiqūn, syuhada, dan orang-orang salih. Ya Allah, limpahkanlah shalawat kepada Muhammad di kalangan umat terdahulu, dan limpahkanlah shalawat kepada Muhammad sampai Hari Kiamat. Ya Allah, limpahkanlah shalawat kepada ruh Muhammad di dalam alam ruh, limpahkanlah shalawat kepada jasadnya di dalam alam jasad, dan limpahkanlah kepada kuburnya di dalam alam kubur. Jadikanlah semulia-mulia shalawal-Mu, setinggi-tinggi berkah-Mu, selembut-lembut kasih sayang-Mu dan ridha-Mu kepada Muhammad-hamba, Nabi, dan Rasul-Mu; serta berikanlah kesejahteraan yang banyak kepadanya.

Penjelasan dan Kegunaannya

Shalawat tersebut di atas dikemukakan oleh Imam Al-“Arif Syihābuddin Ahmad as-Suhrāwardi di dalam kitab-

ص: 125

nya ‘Awārif al-Ma'ārif; telah pula dikemukakan oleh Syaikh Nabhāniy di dalam kitabnya, Afdhal ash-Shalawāt ‘an Sayyidis Sādāt, yang di dalamnya diterangkan banyak sekali faedah untuk masing-masing bagian darinya. Diriwayatkan dari Al-Faqih ash-Shālih 'Umar bin Sa'id bahwa Rasūlullāh saw. bersabda, “Barangsiapa yang mengucapkan shalawat tersebut setiap hari 33 kali, Allah akan membukakan baginya (pintu) antara kuburnya dan kuburku."[]

ص: 126

SHALAWAT KE-28: الصلاة الثامنة والعشرون

صَلَواتُ اللهِ وَ صَلَواتُ مَلائِکَتِهِ وَ أنْبِیائِهِ وَ رُسُلِهِ وَ جَمیعِ خَلْقِهِ عَلی مُحَمَّدٍ وَ آلِ مُحَمَّدٍ وَ السَّلامِ عَلَیْهِ وَ رَحَمهُ اللهِ وَ بَرَکاتُهُ

(Shalawātullāhi, wa malā’ikatihi, wa anbiyā’ihi, wa jamii khalqihi ‘alā Muhammadin wa āli Muhammad; wa 'alayhi wa 'alayhimussalāmu, wa rahmatullāhi, wa barakātuh).

Artinya:

Shalawat Allah, malaikat-Nya, para nabi-Nya, dan seluruh makhluk-Nya, semoga senantiasa tercurah kepada Muhammad dan keluarga Muhammad; atasnya serta atas mereka tercurah salam, rahmat, dan berkah Allah.

Penjelasan dan Kegunaannya

Shalawat di atas bersumber dari Imam 'Ali bin Abi Thālib

ص: 127

yang kemudian diwartakan oleh Abū Mūsā al-Madi-nī r.a.[]

ص: 128

SHALAWAT KE-29: الصلاة التاسعة والعشرون

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلى مَن روحهُ مِحرَابُ الأروَاح والمَلائکةِ والکَونِ اللَّهُمَّ صَلِّ عَلى مَن هو امامُ الانبیاء والمُرسَلینَ، اللَّهُمَّ صَلِّ عَلى مَن هو امَامُ اهل الجَنّةِ عِبادِ اللهِ المؤمنینَ

(Allāhumma shalli ‘alā man rūhuhu mihrābul-arwāhi wal-malā'ikati wal-kaun. Allāhumma shalli ‘alā man huwa imāmul-anbiyā'i wal-mursalīn. Allāhumma shalli ‘alā

man huwa imāmu ahlil-jannati ‘ibādillāhil-mu'minīn).

Artinya:

Ya Allah, limpahkanlah shalawat kepada orang yang ruhnya menjadi mihrab arwah, malaikat, dan seluruh alam. Ya Allah, limpahkanlah shalawat kepada orang yang menjadi imam para nabi dan rasul. Ya Allah, limpahkanlah shalawat kepada orang yang menjadi pemimpin penduduk surga, yaitu hamba-hamba Allah yang beriman.

ص: 129

Penjelasan dan Kegunaannya

Shalawat ini adalah shalawat Sayyidah Fāthimah az-Zahrā' r.a. Pengarang kitab Al-Ibrīz, Sayyid ‘Abdul ‘Azīz ad-Dabbāgh, telah banyak membicarakan shalawat ini di dalam kitabnya tersebut. Yang ingin mengetahui tentang shalawat ini secara lebih luas dapat meneliti kitab tersebut.[]

ص: 130

SHALAWAT KE-30: الصلاة الثلاثون

اللهم يَا دَائِمَ الْفَضْلِ عَلَى الْبَرِيَّةِ يَا بَاسِطَ الْيَدَيْنِ بِالْعَطِيَّةِ يَا صَاحِبَ الْمَوَاهِبِ السَّنِيَّةِ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ آلِهِ خَيْرِ الْوَرَى بتحيَّةٍ وَ اغْفِرْ لَنَا يَا ذَا الْعُلَى هَذِهِ الْعَشِيَّةِ

(Allāhumma yā Dā'imal-fadhli ‘alal-bariyyah, wa yā Bāsi-thal-yadayni bil-‘athiyyah, wa ya Shāhibal-mawāhibis-sa-niyyah, shalli ‘alā Muhammadin khayril-warā bitahiyyah, waghfir lanā yā Dzal-'ulā hādzihil--asyiyyah).

Artinya: Ya Allah, Tuhan yang selalu memberikan karunia kepada manusia; Tuhan yang selalu membukakan tangan-Nya lebar-lebar dengan pemberian, Tuhan yang mempunyai pemberian-pemberian yang mulia, limpahkanlah shalawat atas Muhammad, se-

ص: 131

baik-baik manusia, dengan penghormatan; ampunilah pula kami, duhai Tuhan Yang Mahatinggi, di sore ini.

Penjelasan dan Kegunaannya

Shalawat ini bersumber dari sahabat ‘Abdullāh bin `Abbās r.a. dan dikemukakan oleh Abū Mūsā al-Madini r.a.[]

ص: 132

SHALAWAT KE-31: الصلاة الحادیة والثلاثون

اَللّهُمَّ صَلِّ عَلی مُحَمَّدٍ و علی آلِهٖ وَاَصْحَابِهٖ وَاَوْلاَدِهٖ وَاَزْوَاجِهٖ وَذُرِّیَّتِهٖ وَاَهْلِ بَیْتِ و اَصهَاره و اَنصَاره و اَشیَاعه و مُحبیه و اُمَّته و عَلینَا مَعَهم اَجمَعینَ یا اَرحَمَ الرّاحِمینَ

(Allāhumma shalli ‘alā Muhammadin wa ‘alā ālihi, wa ash-hābihi, wa awlādihi, wa azwājihi, wa dzūrriyyatihi, wa ahli baytihi, wa ashhārihi, wa anshārihi, wa asyyā'ihi, wa muhibbīhi, wa ummatih; wa 'alaynā ma'ahum ajma-‘īna, yā Arhamarrāhimīn).

Artinya: Ya Allah, limpahkanlah shalawat atas Muhammad dan atas keluarganya, sahabat-sahabatnya, anak-anaknya, istri-istrinya, keturunannya, Ahli Baitnya, para penolongnya, para pengikut-nya, para pencintanya, dan umatnya; dan jadikanlah kani ber-

ص: 133

sama mereka semua, duhai Tuhan Yang paling penyayang di antara semua penyayang.

Penjelasan dan Kegunaannya

Shalawat ini dikemukakan di dalam kitab Asy-Syifā' dari Hasan al-Bashrī. Beliau berkata, “Barangsiapa yang ingin minum dari piala dengan minuman telaga Rasūlullāh saw., hendaklah ia membaca shalawat ini."[]

ص: 134

SHALAWAT KE-32: الصلاة الثلاثة و الثلاثون

صَلِّی اللهُ عَلَى سَیدِنا مُحمدٍ کُلما ذکره الذاکرون، وَغَفل عن ذکره الغافِلوُنَ ، و صَلِّی عَلَیه فی الأَوَّلینَ والاخِرِینَ اَفضَلَ واَکثَرَ و ازکَی ما صَلِّی عَلَی احَدٍ من امتِهِ بصَلَاته علیه والسلام علیهِ ورحمة اللہ وبرکاته، وجزاه الله عَنَّ افضل ماجزی مرسلاً عَمَّن أُرسِلَ إلیه ،

(Shallallāhu ‘alā Sayyidinā Muhammadin kullamā dzaka-rahudz-dzākirūna wa ghafala 'an dzikrihil-ghāfilūn; wa shallā 'alayhi fil-awwalīna wal-ākhirīna afdhala wa aktsara wa azkā mā shallā 'alā ahadin min ummatihi bishalātihi 'alayh; wassalāmu 'alayhi wa rahmatullāhi wa barakātuh; wa jazāhullāhu 'annā afdhala mājazā mursalan 'amman ursila ilayh

فانَّه اَنقَذَنَابه من الهَلَکَة وَجَعَلَنَا فی خَیرِ أمَةٍ أُخرِجَت للِنَّاس داینینَ بدِنِیه الذِی ارتضی وَاصطَفی به ملائکته ومن انعَمَ عَلیهم مِن خَلقِه فلم تُمسِ بنا نِعمِةٌ ظَهَرت ولا بَطَنَت نلنَا بها حظا فی دینٍ و دنیا رُفعَ بها عنا مکروهٌ فیهما اوفی واحِدٍ منهما الآومحمدُ صل الله علیه وسلمَ سببُها القائِدُ إلی خَیرِها الهادی إلی

Fa ‘innahu angadzanā bihi minal-halakati wa ja‘alanā fi khayri ummatin ukhrijat linnāsi dāyinīna bidīnihil-ladzir-tadhā wash-thafā bihi malā’ikatahu wa man an‘ama 'alayhim min khalqih. Fa lam tumsi binā ni'matun zhaharat walā bathanat nilnā bihā hazhzhan fi dinin wa dunyā wa rufi'a bihā 'annā makrūhun fi himā aw fi wāhidin minhumā illā wa Muhammadun shallal-lāhu 'alayhi wa sallama, sababuhal-qā'idu ilā khayrihal-

ص: 135

رُشدِها الذائذُ عَنِ الهلکَةِ وموارد السوء فِی خِلافِ الرُشد المُنَبِّهُ للأَسبَابِ التی تُوردُ الهَلَکَةَ القائِمُ بِالنَصیحَةِ فی الإرشاد والإنذار منها. وصلی الله علی سیدنا و سلّمَ کَمَا صَلیَ عَلَی إِبْرَاهِیمَ و آلِ إِبْرَاهِیمَ، إِنَّکَ حَمِیدٌ مَجِیدٌ

hādi ilā rusydihadz-dzā'idu ‘anil-halakati wa mawāridis-sū’i fi khilāfir-rusydil-munabbihu lil-asbābillatī tūridul- halakatal-qā’imu bin-nashīhati fil-irsyādi wal-indzāri

minhā. Wa Shallallāhu 'alā Sayyidinā Muhammadin wa ālihi wa sallama, kamā shallā alā Ibrāhīma wa āli Ibrā- him. Innahu Hamīdun-Majid).

ص: 136

Artinya: Semoga Allah melimpahkan shalawat kepada Sayyidinā Muhammad, selama orang-orang yang ingat menyebut nama-Nya dan selama orang-orang yang lalai melupakan-Nya. Semoga Dia melimpahkan shalawat kepadanya di kalangan orang-orang terdahulu dan setelahnya, dengan shalawat yang paling utama, paling banyak, dan paling baik daripada shalawat yang dilimpahkan-Nya kepada salah seorang dari umatnya dengan shalawatnya kepadanya. Salam sejahtera atasnya, teriring rahmat Allah dan berkah-Nya. Semoga Allah membalasnya dari kami dengan balasan yang lebih baik daripada balasan-Nya kepada kami dari orang-orang yang diutus kepadanya. Sebab, dia telah melepaskan kami dari kebinasaan, dan menjadikan kami sebaik-baik umat yang dikeluarkan bagi manusia, beragama dengan agamanya yang telah diridhai dan dipilih oleh para

ص: 137

malaikat-Nya dan orang-orang yang telah diberi-Nya nikmat di antara makhluk-Nya. Oleh karena itu, tidaklah kami mendapat nikmat-baik yang nyata maupun yang tersembunyi, yang kami peroleh dengannya dalam urusan agama dan dunia, dan diangkatkannya keburukan dari kami di dalam keduanya atau di dalam salah satu dari keduanya, melainkan Muhammad saw'.-lah yang menjadi sebabnya; yang memimpin kepada kebaikannya; yang menunjukkan kepada tuntunannya; yang

membebaskan dari kebinasaan dan tempat-tempat jahut, yang mengingatkan sebab-sebab yang mendatangkan kebinasaan; yang tegak melaksanakan nasihat, tuntunan, dan peringatan darinya. Semoga shalauat dan salam Allah selalu tercurah kepada Sayyidina Muhammad dan keluarganya, sebagaimana Dia telah mencurahkan shalawat kepada Ibrāhīmn dan keluarganya. Sesungguhnya Dia Maha Terpuji lagi Mahamulia.

Penjelasan dan Kegunaannya

Shalawat di atas bersumber dari Imam Asy-Svāfifīr.a. dan mempunyai penyempurnaan di dalam Ar-Risālah oleh Imam Asy-Syafi'ī. Shalawat ini banyak sekali faedahnya, terutama bila dibaca sesudah membaca Shalawat Nurul Qiyāmah, yaitu shalawat nomor 11.[]

ص: 138

SHALAWAT KE-33: الصلاة الرابعة والثلاثون

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلى سَیِّدِ سادات وَ مُرادِ الاراداتِ محمد حَبیبِکَ المُکرَّمِ وَ عَلیَ آلِهِ وَ صَحبِهِ وَسَلِّم

(Allāhumma shalli ‘alā Sayyidis-sādāti wa Murādil-irādāti Muhammadin habībikal-mukarrami, wa ‘alā ālihi wa shahbihi wasallim).

Artinya: Ya Allah, limpahkanlah shalawat dan salam ulas pemimpin para pemimpin dan tujuan dari semua keinginan, Muhammad, kekasih-Mu yang dimuliakan; juga atas keluarga dan para sahabatnya.

Penjelasan dan Kegunaannya

Shalawat ini bersumber dari Sayyidi Abū Thāhir bin Sayyid Ali Wafā'.j

ص: 139

SHALAWAT KE-34: الصلاة الرابعة والثلاثون

اَلّلهُمَّ صَلِّ عَلی سَیِّدنا مُحَمَّدٌ الذی اشرَقَت بِهِ الظُلَم اَلّلهُمَّ صَلِّ عَلی سَیِّدنا مُحَمَّدٌ المبعوث بِالرَّحمةِ لِکُلِّ الآُمَم اللهمَّ صلّی علی سیّدنا محمد المُختارِ لِلسَّیِّادَةِ وَ الرسالَةِ قَبلَ خَلقِ اللّوحِ وَ القَلمِ

(Allāhumma shalli ‘alā Sayyidinā Muhammadinil-ladzi asyraqat bihizh-zhulam. Allāhumma shalli ‘alā Sayyidinā Muhammadinil-mabʻūtsi bir-rahmati likullil-umam.

Allāhumma shalli ‘alā Sayyidinā Muhammadinil-mukh-tāri lissiyādati war-risālati qabla khalqillāhi wal-qalam.

ص: 140

اَلّلهُمَّ صَلِّ عَلی سَیِّدنا مُحَمَّدٌ الموصوفِ بافضَلِ الاخلاقِ وَ الشیَم اَلّلهُمَّ صَلِّ عَلی سَیِّدنا مُحَمَّدٌ المخصوصِ بِجَوَامِعِ الکلِمِ وَ خوَّاصِ الحِکَم

Allāhumma shalli ‘alā Sayyidina Muhammadinil-maw-shūfi bi afdhalil-akhlāqi wasy-syiyam. Allāhumma shalli 'alā Sayyidină Muhammadinil-makhshūshi bi jawāmi'il-

kalimi wa khawwāshil-hikam.

اَلّلهُمَّ صَلِّ عَلی سَیِّدنا مُحَمَّدٌ الذی کانَ لا تُنتَهکُ فی مَجَلِیسِ الحُرُمُ وَ لاَ یُقضی عَمن ظَلَم, اَلّلهُمَّ صَلِّ عَلی سَیِّدنا مُحَمَّدٌ الذی کاَنَ اِذاَ مَشَی تُظَلِّلُهُ الغَمَامَةُ حَیثُمَا یَمَّم

Allāhumma shalli ‘alā Say-yidinā Muhammadinil-ladzī kāna lā tuntahiku fi majā- lisil-hurumu wa lā yughdhī ‘amman zhalam. Allāhumma shalli ‘alā Sayyidinā Muhammadinil-ladzīkāna idzā ma- syā tuzhalliluhul-ghamāmatu haytsu mā yammam.

اَلّلهُمَّ صَلِّ عَلی سَیِّدنا مُحَمَّدٌ الذی اَثنیَ عَلیهِ رَبُّ العِزَّةِ فی سالِفِ القِدَم. اَلّلهُمَّ صَلِّ عَلی سَیِّدنا مُحَمَّدٌ الذی صَلَّ عَلیهِ اللهُ فی مُحکَمٍ کِتَابِهِ وَ اَمَرَناعَن نُصَلِّی عَلَیهِ

Allāhumma shalli ‘alā Sayyidina Muhammadinil-ladzī ats-nā'alayhi Rabbul-'izzati fi sālifil qidam. Allāhumma shalli ‘alā Sayyidina Muhammadinil-ladzī shallā 'alayhillāhu fi muhkami kitābihi wa amaranā an nushalliya ‘alayhi wa

ص: 141

وَ نُسلِّم صَلیَ اللَهُ عَلَیهِ وَ عَلی آلِهِ وَ اَصحَابِهِ وَ اَزواجِهِ ما اِنهَلَتِ الدیم وَ مَا جُرَّت عَلی مُذنِبین اذیالِ الکِرم وَ سَلَّمَ تَسلِیماً وَ شَرَّفَ وَ کَرَّم

wa nusallim. Shallallāhu 'alayhi, wa 'alā ālihi, wa ashhābihi, wa azwājihi, mā inhallatid-dim; wa mā jurrat ‘alal-mudz- nibina adzyālul-kiram; wa sallama taslīman wa syarrafa wa karram).

Artinya: Ya Allah, limpahkanlah shalawat atas Sayyīdina Muhammad, yang dengannya kegelapan menjadi terang. Ya Allah, limpahkanlah shalawat atas Sayyidina Muhammad, yang diutus dengan rahmat bagi setiap umat. Ya Allah, limpahkanlah shalawat atas Sayyidinā Muhammad, yang dipilih untuk memimpin risalah sebelum diciptakan Lawh dan Qalam. Ya Allah, limpahkanlah shalawat atas Sayyidinā Muhammad, yang disifati dengan akhlak dan perangai yang utama. Ya Allah, limpahkanlah shalawat atas Sayvidinā Muhammad, yang dikhususkan dengan kalimat yang menyeluruh dan hikmah tertentu. Ya Allah, limpahkanlah shalawat kepada Sayyidina Muhammad, yang tidak dilanggar kehormutan di majelisnya, dan tidak dibiarkan orang yang menganiayanya. Ya Allah, limpahkanlah shalawat kepada Sayyidinā Muhammad, yang bisa berjalan dinaungi oleh awan ke mana dia menuju. Ya Allah, limpahkanlah shalawat kepada Sayyidinā Muhammad yang dipuji oleh Tuhan kemuliaan di

ص: 142

masa lalu. Ya Allah, limpahkanlah shalawat kepada Sayyidinā Muhammad, yang dilimpahi shalawat oleh Allah di dalam Kitab-Nya yang sempurna dan kita diperintahkan-Nya supaya bershalawat kepadanya. Semoga Shalawat Allah selalu dicurahkan kepadanya; kepada keluarganya, sahabat-sahabatnya, dan

istri-istrinya-selama hujan turun dengan deras dan selama orang-orang berdosa mendapat uluran kemurahan. Semoga Allah melimpahkan kepadanya salam sejahtera, kehormatan, dan kemuliaan.

Penjelasan dan Kegunaannya

Shalawat di atas bersumber dari Sayyid Al-Fakihanī, pengarang kitab Al-Fajr al-Munir fi ash-Shalāh ‘alal Basyir an-Nadzīr.)

ص: 143

SHALAWAT KE-35: الصلاة الخامسة والثالثون

اَلّلهُمَّ صَلِّ عَلی سَیِّدنا مُحَمَّدٌ وعلی آله وصَحبِه وَسلِّم عَدَدَ ما أحَاطَ به علمُک وجَری به قَلَمُکَ ونَفَذَ به حُکمُکَ فی خَلقِکَ و اَجرِ لُطفِکَ فی اُمُورِنَاوالمسلمینَ

(Allāhumma shalli ‘alā Sayyidinā Muhammadin, wa ‘alā ālihi, wa shahbihi wa sallim; ‘adada mā ahātha bihi ‘ilmu-ka, wa jarā bihi qalamuka, wa nafadza bihi hukmuka fi khalqika; wa ajri luthfika fi umūrină wal-muslimīn).

Artinya: Ya Allah, limpahkanlah shalawat dan salam kepada junjungan kami, Muhammad, juga kepada keluarganya, sahabat-sahabat-nya—sebanyak jumlah apa-apa yang diliputi oleh ilmu-Mu, iligariskan oleh qalam-Mu, dan ditetapkan dalam hukum-Mu

ص: 144

terhadap makhluk-Mu. Curahkanlah kelembutan-Mu di dalam seluruh urusan kami dan kaum Muslim. []

ص: 145

SHALAWAT KE-36: الصلاة السادسة والثلاثون

اَلّلهُمَّ صَلِّ عَلی سَیِّدنا مُحَمَّدٌ وعلی اله وصحبه صَلَاةً تَتَفَاضَلُ عَلی کُلِّ صَلاةٍ صَلّا ها المُصَلّونَ من اوّل الدَّهرِ الی الاخِرِهِ کَفَضِل اللهِ علی خَلقِهِ وَ مِلءَ المیزان ومُنتَهَی العِلمِ

(Allāhumma shalli ‘alá Sayydinā Muhammadin wa'alā ālihi wa shahbihi, shalātan tatafādhdhalu ‘alā kulli shalā- tin, shallāhal-mushallūna min awwalid-dahri ilā ākhirihi; kafadhlillāhi ‘alā khalqihi, wa mil-al-mīzāni, wa muntahal- ‘ilm).

Artinya: Ya Allah, limpahkanlah shalawat kepada Sayyidinā Muham-mad, keluarganya, dan para sahabatnya—dengan shalawat

ص: 146

yang melebihi shalawat-shalawat yang diucapkan oleh orang- orang yang bershalawat dari permulaan masa sampai akhir-nya; seperti keutamaan Allah atas makhluk-Nya, sepenuh neraca dan penghabisan ilmu. Penjelasan dan Kegunaannya Shalawat ini dan shalawat sebelumnya (no. 35) ada di dalam kitab Masālik al-Hunafā'. Tentang shalawat ini, Imam Al-Ghazālī, mengutip perkataan Al-Qasthalānī, mengatakan, "Kedua shalawat ini dibaca bersama shalawat no. 27 supaya mendapatkan keutamaan yang tidak terhingga.

ص: 147

SHALAWAT KE-37: الصلاة السابعة والثلاثون

اَلّلهُمَّ صَلِّ عَلی سَیِّدنا مُحَمَّدٌ عَدَدَ القُرآنِ حرفاً حَرفاً وَ صَلِّ عَلِ سَیِّدِنا مُحَمد عَدَدَ کُلِّ حرفٍ الفاً الفا. وصلِّ وسَلِّم عَلَی سَیِّدنا مُحَمَّدٌ عدد کلِ اَلفٍ ضِعَفاً ضعفاَ

(Allāhumma shalli wa sallim ‘alā Sayyidinā Muhammad, ‘adadal-qur-āni harfan harfā; wa shalli ‘alā Sayyidina Muhammad, 'adada kulli harfin alfan alfa; wa shalli wa sallim 'ală Sayyidinā Muhammad, ‘adada kulli alfin dhi'fan dhifa).

Artinya: Ya Allah, limpahkanlah shalawat dan salam kepada Sayyidinā Muhammad, sebanyak jumlah huruf-huruf di dalam Alquran; limpahkanlah shalawat dan salam kepada Muhammad, sebanyak jumlah tiap-tiap huruf yang dilipatgandakan sejuta; dan

ص: 148

limpahkanlah shalawat dan salam kepada Sayyidinā Muhammad, sebanyak jumlah tiap-tiap seribu yang dilipatgandakan.[]

ص: 149

SHALAWAT KE-38: الصلاة الثامنة والثلاثون

اَلّلهُمَّ صَلِّ عَلی سَیِّدنا مُحَمَّدٌ صلاةًلاحِقَةً بِنورِهِ اَلّلهُمَّ صَلِّ عَلی سَیِّدنا مُحَمَّدٌ صلاةً مقرونَةً بِذِکرِهِ ومَذکُورِهِ .اَلّلهُمَّ صَلِّ عَلی سَیِّدنا مُحَمَّدٌ صلاةً مُنَوِّرَةً لقَبرهِ بأکمَلِ تَنویره. اَلّلهُمَّ صَلِّ عَلی سَیِّدنا مُحَمَّدٌ صلاةً

(Allāhunima shalli ‘alā Sayyidina Muhammadin, shalātan lāhiqatan binūrih. Allāhumma shalli ‘alā Sayyidinā Muhammadin, shalātan maqrūnatan bidzikrihi wa madzkūrih. Allāhumma shalli ‘alā Sayyidina Muhammadin, shalātan munawwiratan liqabrihi bi akmali tanwirih. Allāhunima shalli ‘alā Sayyidina Muhammadin, shalatan

ص: 150

شارحةًلِصَدرِهِ لِسُرُورِهِ. وصَلّی عَلی لجَمِیع اِخوانِه مِنَ الأنبِیَاء والأولیَاءِ صلاةً بِعَدَدِ النُورِ وَ ظُهُورِهِ

syārihatan lishadrihi mūjibatan lisurūrih. Wa shalli ‘alā jamī'i ikhwānihi minal-anbiya'i wal awliyā'i, shalātan bi 'adadin-nūri wa zhuhūrih).

Artinya: Ya Allah, limpahkanlah shalawat kepada Sayyidina Muhammad, dengan shalawat yang bertemu dengan cahayanya. Ya Allah, limpahkanlah shalawat kepada Sayyidinā Muhammad, dengan shalawat yang bergandengan dengan sebutan dan yang disebutnya. Ya Allah, limpahkanlah, shalawat kepaula Sayyidinā Muhammad, dengan shalawat yang menerangi kuburnya dengan seterang-terangnya. Ya Allah, limpahkanlah shalawat kepada Sayyidinā Muhammad, dengan shalawat yang melapangkan dadanya dan menyebabkan kegembiraannya. Limpahkanlah pula shalawat kepada semua saudaranya dari golongan para nabi dan uuli, dengan shalawat sebanyak jumlah cahaya dan kemunculannya.

Penjelasan dan Kegunaannya

Shalawat ini dan shalawat sebelumnya (no. 37) dikemuka-kan oleh Al-Qasthalāni di dalam kitab Masālik al-Hunafā'.

ص: 151

Beliau menghimpun sepuluh shalawat yang tidak dinisbahkan kepada seorang pun. Sebagian orang salih mengatakan bahwa faedah shalawat ini banyak sekali, di antaranya adalah untuk menyembuhkan sakit mata dan memudahkan naza' (saat dicabut nyawa). ()

ص: 152

SHALAWAT KE-39: الصلاة التاسعة والثلاثون

اَلّلهُمَّ صَلِّ عَلی سَیِّدنا مُحَمَّدٌ و علی آل سیِّدنا مُحَمَّدٌ عَدَدَ کُلِّ داءٍ وَ دَواءٍ وَ بارِک وَ سَلِّم عَلَیهِ وَ عَلَیهِم کَثِیراً

(Allāhumma shalli ‘alā Sayyidina Muhammadin wa'alā āli Sayyidina Muhammad, ‘adada kulli dā'in wa dawā'in; wa barik wa sallim 'alayhi wa 'alayhimn katsira).

Artinya: Ya Allah, limpahkanlah shalawat kepada Sayyidinā Muhammad dan kepada keluarga Sayyidina Muhammad, sebanyak jumlah penyakit dan obat; serta berkati dan sejahterakanlah mereka sebanyak-banyaknya.

Penjelasan dan Kegunaannya

Shalawat ini bersumber dari Maulānā Syaikh Khālid an-

ص: 153

Naqsyabandī, pembaharu tarekat Naqsyabandiyah. Beliau mengatakan bahwa shalawat ini merupakan perisai yang sangat ampuh untuk menghadapi penguasa yang

lalim. Ketika mengakhiri pembacaan shalawat ini, kata katsiran diulang berkali-kali.[]

ص: 154

SHALAWAT KE-40: الصلاة الاربعون

اَلّلهُمَّ صَلِّ عَلی سَیِّدنا مُحَمَّدٌ عَبدِکَ وَ نَبِّیِّکَ وَ رَسولِکَ النبیِّ الاُمِّیِّ وَ عَلیَ آلِهِ وَ صَحبِهِ وَ سَلِّم بِقَدرِ عَظَمَةِ ذاَتِکَ فی کُلِّ وَقتٍ وحینٍ

(Allāhumma shalli ‘alā Sayyidinā Muhammadin, 'abdika, wa nabiyyika, wa rasūlikan-nabiyyil-ummiyyi; wa ‘alā ālihi wa shahbihi wa sallim, biqadri ‘azhamati dzātika fi kulli Waqtin wahin).

Artinya:

Ya Allah, limpahkanlah shalawat dan salam kepada Sayyidinā Muhammadhamba, Nabi, dan Rasul-Mu, Nabi yang ummi; kepada keluarganya dan para sahabatnya, sesuai dengan kadar kebesaran Zat-Mu, dalam setiap waktu dan saat.

ص: 155

Penjelasan dan Kegunaannya

Shalawat ini termasuk shalawat kesempurnaan. Di antara faedahnya dikatakan bahwa shalawat ini menyamai seratus ribu shalawat lainnya. Ada yang mengatakan bahwa shalawat ini bersumber dari Imam Abū al-Hasan al-Syādzilī, namun tidak pasti. []

ص: 156

SHALAWAT KE-41: الصلاة الحادیة والاربعون

اللهم صَلِّ عَلی سَیِّدنا مُحَمَدِ وَ علی آلِهِ صَلاةً تَزِنُ الاَرضینَ وَ السمَوَاتِ عَدَدَ مَا فی عِلمِکَ وَ عَدَدَ جَوَاهِرِ اَفرادِ کُرَةِ العَالَمِ وَ اضعَافَ ذَلِک اِنَّکَ حَمِیدٌ مَجِید

(Allāhumma shalli ‘alā Sayyidinā Muhammadin wa ‘alā alihi, shalātan tazinul-aradhīna was-samāwāti ‘adada mā fi “ilmika, wa ‘adada jawāhiri afrādi kuratil-'ālami, wa adh‘āfa dzālik. Innaka Hamidun-Majid).

Artinya: Ya Allah, limpahkanlah shalawat kepada Sayyidinā Muhammad dan keluarganya, dengan shalawat yang setimbang dengan bumi dan langit; sebanyak jumlah apa-apa yang ada di dalam ilmu- Mu; serta sebanyak jumlah partikel dari semua benda yang

ص: 157

ada di bola bumi dan berlipat-lipat ganda dari itu. Sesungguh-nya Engkau Maha Terpuji lagi Mahamulia.

Penjelasan dan Kegunaannya

Shalawat ini disebutkan di dalam kitab Kunüz al-Asrár. Tentang shalawat ini, Syaikh al-Iyāsy berkata, "Shalawat ini mempunyai rahasia yang sangat besar dan fadhilah yang sangat banyak serta menyamai 100.000 shalawat lainnya.[]

ص: 158

SHALAWAT KE-42: الصلاة الثانیة والاربعون

اللهم صَلِّ عَلی سَیِّدنا محمدِ الحَبِیبِ المحبوب شَافِی العِلَلِ وَ مُفَرِّجِ الکُروب وَ عَلی آلِهِ وَ صَحبِهِ وَ سَلِّم

(Allāhumma shalli'alā Sayyidinā Muhammadinil-habībil- mahbūb, syāfiyil-'ilali, wa mufarrijil-kurūb; wa ‘alā ālihi wa shahbihi wa sallim).

Artinya: Ya Allah, limpahkanlah shalawat dan salam kepada Sayyidinā Muhammad—kekasih dan yang dikasihi, penyembuh penyakit dan pelepas kesusahan; juga kepada keluarganya dan para sahabatnya.

Penjelasan dan Kegunaannya

Tentang shalawat ini, Syaikh Yūsuf an-Nabhānī menjelas-

ص: 159

kan, ”Syaikh Hasan Abū Halawah al-Ghazză yang berdiam di Al-Quds telah mengajarkan shalawat ini kepada saya. Hal itu disebabkan ketika saya mengadukan kepada-nya penyakit cemas dan susah yang saya derita. Setelah saya baca shalawat tersebut, lenyaplah segala penderitaan saya berkat shalawat dengan sighat tersebut di atas. [1

ص: 160

SHALAWAT KE-43: الصلاة الثلاثة والاربعون

اَلّلهُمَّ صَلِّ عَلی سَیِّدنا مُحَمَّدٌ النبِّیِ الآُمِّیِّ الطَاهِرِ الزَکی صَلاةً تُحَلُّ بِهَا العُقَدُ وَ تُفَکُّ بِهَ الکُرُوب

(Allāhumma shalli ‘alā Sayyidinā Muhammadinin-nabiy-yil-ummī, ath-thāhiriz-zakiy; shalātan tuhallu bihal-'uga-du wa tufakku bihal-kurūb).

Artinya: Ya Allah, limpahkanlah shalawat kepada Sayyidinā Muhammad, Nabi yang ummi, yang suci dan bersih; dengan shalawat yang melepaskan segala ikatan dan melenyapkan segala kesusahan.

Penjelasan dan Kegunaannya

Shalawat ini disebutkan oleh Az-Zubaydi di dalam kitab-

ص: 161

nya, Ash-Shīlāt u'a al-Awā'id. Sebagian orang salih mengatakan bahwa shalawat ini sangat manjur untuk melenyapkan kesusahan.[]

ص: 162

SHALAWAT KE-44

عَلَیکَ یا رَسولَ اللهِ مِن صَلَوَاتِ اللهِ وَ تَسلِمَاتِهِ وَ تَحیَّاتِهِ وَ بَرُکَاتِهِ فِی کُلِّ لَحضَةٍ مَا یُمَاثِلُ فَضلَکَ العَظِیم وَ یُعادِلُ قَدرَکَ العَظیم وَ یَجمَعُ لَکَ فَضائِلَ جَمیع انواع الصَلَاةِ وَ التَسلیم

('Alayka yā Rasulallāhi, min shalawātillāhi, wa taslīmātihi wa tahiyyātihi, wa barakātih; fi kulli lahzhatin mã yumā- tsilu fadhlakal-'azhīm, wa yu'ādilu qadrakal-azhim, wa yajma'u laka fadhā'ila jamii anwā‘ish-shalāti wat-taslim).

Artinya:

Kepadamulah, ya Rasulullāh, mengalir shalawat Allah, salam- Nya, tahiyat-Nya, dan berkah-Nya; dalam tiap-tiap saat yang memadai dengan kedudukanmu yang agung dan derajatmu yang tinggi; berkumpul bagimu segala keutamaan semua jenis shalawat dan salam.

ص: 163

Penjelasan dan Kegunaannya

Shalawat di atas termasuk yang menghimpun seluruh shalawat. )

ص: 164

SHALAWAT KE-45: الصلاة الخامسة والاربعون

اللهمَ صَلِ عَلیَ سَیدِنَا مُحَمَّد السَابِقِ لِلخَلقِ نُورُه ، وَرَحمَةٌ لِلعَالَمِینَ ظُهورُهُ ، عَدَدَ مَن مَضَی مِن خَلقِکَ وَمَن بَقِیَ وَمَن سَعِدَ مِنهُم، وَمَن شَقِیَ، صَلاَةً تَستَغرِقُ العَدَ وَ تُحِیطُ بِاِلحَدِّ صلاةً لَاغَایَةَ لَهَا وَلا مُنتَهَی وَلا اِنقِضَاءَ ، صَلاَةً دَاِئمَةً وَبِدَوَامِکَ وَعَلَی الَهِ وَصَحبِهِ وَسَلِم تَسلِیمًامِثلَ ذَلِکَ

(Allāhumma shalli ‘alā Sayyidinā Muhammadinis-sābiqi lil-khalqi nūruh, wa rahmatun lil 'ālamīna zhuhūruh; ‘adada man madhā min khalqika, wa man baqiya, wa man sa'ida minhum, wa man syaqiy; shalātan tastaghriqul- ‘adda, watuhīthu bil-haddi; lā ghāyata lahā, wa lă mun- tahā, wa lan-qidhā'; shalātan dā’imatan bidawāmika, wa ‘alā ālihi wa shahbihi, wa sallim taslīman mitsla dzālik).

ص: 165

Artinya: Ya Allah, limpahkanlah shalawat kepada Sayyidinā Muhammad, yang cahayanya bagi makhluk telah mendahului, dan kemunculannya merupakan rahmat bagi alam; sebanyak jumlah makhluk-Mu yang lalu maupun yang akan datang, serta yang berbahagia di antara mereka maupun yang celaka-dengan shalawat yang menghabiskan segala hitungan dan meliputi segala batasun; dengan shalawat yang tidak akan habis, berakhir, dan selesai; serta dengan shalawat yang terus-menerus dengan keabadian-Mu, juga kepada keluarganya. Limpahkanlah pula kesejahteraan yang banyak seperti itu.

Penjelasan dan Kegunaannya

Pen-syarah kitab Dalā'il mengatakan bahwa Sayyid Abdul Qadir al-Jaylani menutup hizb-nya dengan shalawat ini. Dinukil pula dari ucapan As-Sakhawī, bahwa shalawat ini mempunyai keistimewaan; satu shalawat ini berbanding sepuluh ribu shalawat lainnya. Sementara Imam Muhyiddin al-Yamānī, yang bergelar ”Junayd dari negeri Yaman," mengatakan, "Barangsiapa yang mengucapkan shalawat ini sepuluh kali, pagi

ص: 166

dan sore, ia berhak mendapat keridhaan Allah Yang Mahabesar; aman dari kemurkaan-Nya; mendapat curahan rahmat yang berlimpah; terpelihara dengan pemeliharaan Ilahi dari segala marabahaya, dan mendapatkan kemudahan dalam segala urusan.”[]

ص: 167

SHALAWAT KE-46: الصلاة السادسة والاربعون

اللَّهُمَّ اجْعَلْ أفَضَلَ صَلَوَاتِكَ أَبَدَاً وأَنْمَى بَرَكَاتِكَ سَرمَدًا وَأَزكَى تَحِيَاتِكَ فَضْلاً وَعَدَدًا علی اشرف الخَلاَئِقِ الإنسَانِیةِ ومَجمَعَ الحَقَائِق الإیمَانیَة ، وطورالتَجَلیَاتِ الإحسانیَة ومُقدم جَیشِ المُرسَلین ، وقائدِ رَکبِ الاَنبیَاء المکرَمین، وأفضل الخلائق أجمعین، حامِل لواء العزِّ الاعَلَی، ومَالِک اَزمّةِ المَجدِ الاَسنَی، شَاهِدِ اَسرَارِالاَزَل، وَمُشَاهِدِ اَنوَار السَوَابق الأولَی ، وَتَرجُمَانِ لِسَانِ القِدَم، ومنبَعِ العِلمِ و الحلم وَالحِکَم مَظهَر سِرِّ الجودِ الجُزئِی والکلی، وانسَانِ عَنِ الوُجُودِ العُلوِی والسُفلَی ، روحِ جَسَدِ الکَونَینِ ، وَعَینِ حَیَاةِ الدَارَین، المتحَقِّقِ بِاَعلَی رُتَبِ العُبُودِیَةِ المُتَخَلِقِ بأخلَاقِ المَقامَات الإصطافَائیة الخَلِیلِ الاعظَم وَ الحَبیبِ الاَکرَم سَیِّدِنا مُحَمَّدِ ابن عَبدِ اللَهِ ابن عبدِ المُطَلِّب وَ عَلَی سَائرِ الاَنبِیاءِ وَ المُرسَلِنَ وَ عَلی آلِهم وَ صَحبِهِم اَجمَعِین وَ کُلَّماَ ذَکَرَک الذَکِرون وَ غَفَلَ عن ذِکرکَ الغَافِلون

(Allāhummaj“al afdhala shalawātika ‘abadā, wa anmā ba-rakātika sarmadā, wa azkā tahiyyātika fadhlā; wa ‘adā ‘alā asyrafil-khalā’iqil-insāniyyah, wa majma‘al-haqā'iqil-īmāniyyah, wa thürit-tajalliyātil-ihsāniyyah; wa muqad- damil-jaysyil-mursalin, wa qā'idi rakbil-anbiyā'il-mukar- rarnin; wa afdhalil-khala'iqi ajma'in; hamili liwa'il-izzil- aʻlā, wa māliki ‘azimmatil-majdil-asnā, syāhidi asrāril-azal, wa musyāhidi anwāris-sawābiqil-uwal; wa tarjumāni lisa- nil-qidam, wa manba`il-'ilmi wal-hilmi wal-hikam; mazh- hari sirril-jūdil-juz'ī wal-kulli, wa insani 'aynil-wujūdil- ‘ulwiyyi was-suflī; rūbi jasadil-kawnayn, wa 'ayni hayātid- dārayn; al-mutahaqqiqi bi a'lā rutabil ‘ubūdiyyah, al-mu-takhalligi bi akhlaqil-maqamatil-ishthifa'iyah; al-khalilil- a'zham, wal-habībil-akram; Sayyidinā Muhammadinibni ‘Abdillāhibni ‘Abdil-Muththalib; wa ‘alā sā'iril-anbiyâ’i wal-mursalina, wa 'alā ālihim wa shahbihim ajma'īn; kul-lamā dzakarakadz-dzākirūn wa ghafala ‘an dzikrikal-ghāfilūn).

ص: 169

Artinya: Ya Allah, limpahkanlah shalawat-Mu yang paling utama selalu, berkah-Mu yang paling berkembang selamanya, dan tahiyat- Mu yang paling baik keutamaan dan jumlahnya; kepada semulia-mulia makhluk manusia, kumpulan hakikat iman, dan batas kebaikan yang tampak; pemimpin bala tentara kaum Muslim, penghulu barisan para nabi yang dimuliakan, dan seutama-utama makhluk dari semuanya; pembawa panji kemuliaan dan ketinggian, pemilik kendali kemuliaan, dan yang menyaksikan rahasia azali, sumber ilmu, kesantunan, dan hikmah; penumpilan rahasia kemurahan secara sebagian dan keseluruhan; manusia ‘aynil wujūd, ruh jasad dua alam, dan mata kehidupan dua tempat; jung memastikan dengan tingkat ubudiah yang tertinggi dan yang berakhlak dengan akhlak kedudukan-pilihan;

sahabat yang terbesar dan kekasih yang dimuliakan, yaitu Sayyidinā Muhammad bin Abdillah bin Abdil Muththalib; juga atas seluruh nabi dan rasul, serta atas keluarga dan sahabat mereka semuanya-sebanyak orang yang ingat menyebut nama-Mu dan orang yang lalai melupakan-Mu.

ص: 170

Penjelasan dan Kegunaannya

Sayyid Ahmad ash-Shāwī, di dalam kitab Syarh Wird ad-Dardir mengatakan bahwa, shalawat ini dinukil oleh Huj- jatul Islam Al-Ghazali dari Quthb al-Idrūs, dan dinama kan Syams al-Kanzil Adham. Sebagian ulama lain mengatakan bahwa, shalawat ini dinukil dari Quthb ar-Rabbânī Sayyid Abdul Qadir al-Jaylāni.

Barangsiapa yang membaca shalawat ini sesudah shalat Isya, sebelumnya membaca Surah al-Ikhlāsh dan al-Mu'awwidzatayn sebanyak 33 kali, maka ia akan bermimpi bertemu dengan Rasūlullāh saw.[]

ص: 171

SHALAWAT KE-47: الصلاة السابعة والاربعون

اسالُکَ اللهم ان تُصَلِّیَ و تسلم عَلَی سَیِّدِ المُرسَلین وَ امَامِ المتَّقین الذی خَلَقتَهُ مِن جَلالِکَ وَ زَیَّنتَهُ بِجَمَالِکَ وَ تَوَجَهتَهُ بِکَمَالِکَ وَ اَهَلتَهُ لِرؤیَةِ ذاتِکَ وَ جَعَلتَهُ مَحَلّاً لِاسمَائکَ وَ صِفَاتِک وَ قَرَنتَ اسمَهُ بِاسمِکَ وَ طاَعَتَهُ بِطاَعَتِک مُحَمَّدِ ابنِ عَبدِ للهِ

(As’alukallāhumma an tushalliya wa tusallima ‘alā Say-yidil-mursalin wa imāmil-muttaqin; alladzī khalaqtahu min jalālika, wa zayyantahu bijamālika, wa tawajjahtahu bikamālik, wa ahhaltahu liru’yati Dzātika, wa ja‘altahu mahallan li-asmā’ika wa shifātik; wa qarantasmahu bis-mika wa thā'atahu bi thā'atik, Muhammadinibni 'Abdillāh

ص: 172

وَ آلهِ وَ صَحبِهِ الدَاعِینَ الَی الله. اَلّلهُمَّ صَلِّ عَلی سَیِّدنا مُحَمَّدٌ نَائب حَضرَةِ ذَاتِکَ المُتَحَقِّقِ بِاَسمَائِکَ وَ صِفَاتِکَ الجَامِعِ بَینَ الوُجُودِ وَ العَدَم وَ البَرزَخِ الفَاصِلِ بَینَ الحُدُوث وَ القِدَم عینَ الآحَدِیَّةِ الَذِی انفَتَحَ بِهِ کُلُّ مَقفُول وَ انجَبَرَ بِهِ کُلُّ مَکسُور وَ انعتَقَ بِهِ کُلُّ مَقهور

wa alihi wa shahbihid-dāʻīna ilallāh. Allāhumma shalli ‘ală Sayyidinā Muhammadin nā’ibi hadhrati Dzātika, al-mutahaqqiqi bi asmā’ika wa shifā-tika, al-jāmi`i baynal-wujūdi wal-'adam; wal-barzakhil- fashili baynal-hudütsi wal-qidam; 'aynal-ahadiyyatil-ladzin-fataha bihi kullu maqfūl, wan-jabara bihi kullumaksūr, wan-'ataqa bihi kullu maqhūr).

Artinya:

Aku memohon kepada-Mu, ya Allah, agar Engkau melimpahkan shalawat dan salam kepada penghulu para rasul dan pemimpin orang-orang takwa; yang telah Engkau ciptakan dengan kebesaran-Mu dan Engkau hiasi dengan keelokan-Mu; yang Engkau mahkotai dengan kesempurnaan-Mu dan Engkau jadikan orang yang berhak memandang Zat-Mu; yang Engkau jadikan ia sebagai tempat bagi asma dan sifat-Mu; yang Engkau gandengkan namanya dengan nama-Mu serta

ketaatan kepadanya dengan ketaatan kepada-Mu—— yakni

ص: 173

Muhammad bin Abdillāh, serta para keluarga dan sahabatnya yang menyeru kepada Allah. Ya Allah, limpahkanlah shalawat kepada Sayyidinā Muhammad-wakil hadirat Zat-Mu; yang memastikan dengan asma dan sifat-Mu; yang mengumpulkan antara yang ada dan tiada; pemisah antara yang baru dan yang lama; pemimpin

orang-orang yang terbuka dengannya segala yang terkunci, menjadi pulih setiap yang pecah, dan menjadi merdeka kembali setiap yang dikalahkan.

Penjelasan dan Kegunaannya

Shalawat ini berasal dari Sayyidi Muhyiddin bin al-'Arabi, yang disebutkannya di dalam hizb-nya, At-Tawhī d. Telah pula dinukil oleh Syaikh An-Nabhānī, dan kami

menukilnya dari beliau.[]

ص: 174

SHALAWAT KE-48: الصلاة الثامنة والاربعون

اَلّلهُمَّ اَجعَل افضَلَ الصَلَوات وَ اسمَی البَرَکَات وَ ازکَی التَحیَّاتِ فِی جَمِیعِ الاَوقآت عَلَی اشرَفِ المخلُوقات سَیِّدِنا و مَولانا محَمَّد اَکمَلِ اَهلِ الارضِ وَ السَمَوَاتِ وَ سَلِّم عَلَیهِ یا رَبَّنَا اَزکَی التَحِیَّاتِ فِی جَمِیعِ الحَضَراتِ وَاللَّحَظَات

(Allāhumajʻal afdhalash-shalawāt, wa asmal-barakāt, wa azkat-tahiyyati fi jami'il-awqat, 'ala asyrafil-nakhluqat, Sayyidinā wa Mawlānā Muhammadin, akmali ahlil-ardhi was-samāwāti; wa sallim 'alayhi, yâ Rabbanā azkat-tahiy-yāt. Fījamī`il-hadharāti wallahazhāt).

Artinya: Ya Allah, limpahkanlah seutama-utama shalawat, setinggi-tinggi berkah, dan sebaik-baik penghormatan di dalam setiap waktu;

ص: 175

kepada semulia-mulia makhluk, Sayyidinā dan Maulana Muhammad, sesempurna-sempurna penduduk bumi dan langit. Limpahkanlah pula kesejahteraan kepadanya, duhai Tuhan kami, sebaik-baik penghormatan, di dalam setiap kehadiran dan pandangan

Penjelasan dan Kegunaannya

Shalawat ini bersumber dari Sayyid Abū al-Hasan asy-Syādzili. Beliau membuka hizb-nya, Al-Luthf dengan shalawat ini. []

ص: 176

SHALAWAT KE-49: الصلاة التاسعة والاربعون

اللهمَّ صَلِّ عَلِیَ الذَاتِ المُحَمَّدیة اللَّطِیفَة الاَحَدِیَّةِ شَمسِ سَمَاء الآسرُرِ وَ مَظهِرِ الآنوَارِ وَ مرکَزِ مَدَارِ الجَلال وَ قُتُبِ فَلَکِ الجَمال

(Allāhumma shalli ‘alā dzātil-Muhammadiyyah, al-lathi-fatil-ahadiyyah; syamsi sama'il asrariwa mazhharil-anwar, wa markazi madāril-jalāl, wa quthubi falakil-jamāl.

اللهمَ بِسِرِّهِ لَدَیکَ وَ بِسَیرِهِ الَیکَ وَ بِسَیرِهِ اِلَیک. آمِن خَوفیِ وَ اقِل عثَرَتِی وَ اَذهِب حُزنِی وَ حِرصی وَ کُن لی وَ خُذلِی اِلَیکَ مِنِّی وَارزُقنِی الفَنآءَ عَنِّی

Allāhumma bisirrihi ladayka wa bisayrihi ilayk. Amin khawti, wa aqil 'atsratī, wa 'adz-hib huzni, wa hirshi wa kun li, wa khudzlī ilayka minnī, warzuqnil-fanā'a ‘annī,

ص: 177

وَ لاَ تَجعَلنِی مَفتوناً بِنَفسِی وَاکشِف لی عن کُلِّ سِرٍ مَکتُوم وَ حَیُّ یَا قَیُّوم

wa lā taj‘alni maftūnan binafsī, waksyif lî‘an kulli sirrin maktūm; vā Hayyu yā Qayyūm).

Artinya:

Ya Allah, limpahkanlah shalawat kepada Zat Muhammad yang halus dan tunggal; matahari langit rahasia ; tempat pemunculan cahaya; pusat peredaran kebesaran; dan kutub falak keindahan. Ya Allah, dengan rahasianya di sisi-Mu, dan dengan perjalanannya kepada-Mu, amankanlah rasa takutku; kurangilah kesalahanku; lenyapkanlah kesedihan dan ketamakanku; dan jadilah Penolongku. Bawalah aku kepada-Mu, karuniakan kepadaku fanā dari diriku, dan janganlah Engkau jadikan

diriku mendapat cobaan dengan nafsuku. Singkapkanlah bagiku semua rahasia yang tersembunyi, duhai Tuhan Yang Maha-hidup dan Maha mandiri.

Penjelasan dan Kegunaannya

Shalawat ini berasal dari Sayyid Ibrāhīm ad-Dasūqi, yang dipakai sebagai pembuka hizb oleh Ad-Dardir. Hal ini menunjukkan keutamaan shalawat ini yang sangat besar.[]

ص: 178

SHALAWAT KE-50: الصلاة الخمسون

اللهمَّ لَکَ الحَمدُ بِعَدَدِ مَن حَمِدَکَ وَ لَکَ الحَمدُ بِعَدَدِ مَن لَم یَحمَدُک وَ لَکَ الحَمدُ کَما تُحِبُّ ان تُحمَد

(Allāhumma lakal-hamdu bi 'adadi man hamidak, wa lakal-hamdu bi 'adadi man lam yahmaduk, wa lakal-hamdu kamā tuhibbu an tuhmad.

اللهمَّ صَلِّی عَلی مُحَمَّدٍ بِعَدَدِ مَن صَلّیَ عَلَیه وَ صَلِّ عَلیَ مُحَمَّدٍ بِعَددِ مَن لَم یُصَلِّ عَلَیهِ وَ صَلِّ عَلی مُحَمَّد کَماَ تُحِبُّ عَن یُصَلَّ عَلَیه

Allāhumma shalli ‘alā Muhammadin bi ‘adadi man shallā 'alayh, wa shalli ‘alā Muhammadin bi ‘adadi man lam yushalli 'alayh, wa shalli ‘alā Muhammadin kamā

tuhibbu an yushallā 'alayh).

Artinya:

Ya Allah, bagi-Mu-lah segala pujian sebanyak jumlah orang

ص: 179

yang memuji-Mu; bagi-Mu-lah pujian sebanyak orang yang tidak memuji-Mu; dan bagi-Mu-lah pujian sebagaimana Engkau suka untuk dipuji. Ya Allah, limpahkanlah shalawat kepada Muhammad sebanyak jumlah orang yang bershalawat kepadanya, limpahkanlah shalawat kepada Muhammad sebanyak jumlah orang yang tidak

bershalawat kepadanya, dan limpahkanlah shalawat kepadanya sebagaimana Engkau suka supaya diucapkan shalawat atasnya.

Penjelasan dan Kegunaannya

As-Sakhawi bertutur sebagai berikut: Kami menuturkan riwayat dari Ath-Thabrānī di dalam kitab Ad-Du'ü', bahwa beliau bermimpi melihat Nabi saw. dalam sifatnya yang telah sampai beritanya kepada kita. Lalu beliau berkata, Assalamu 'alayka ayyuhan Nabiyyu wa rahmatullāhi wa barakātuh. Ya Rasūlullāh, Allah telah engilhami aku beberapa kalimat!” Rasulullāh bertanya, "Apakah itu?” “Allāhumma lakal hamdu ... (hingga akhir shalawat tersebut di atas)."

Lalu Rasūlullah saw. tersenyum hingga tampak gigi serinya memancarkan cahaya yang cemerlang. []

ص: 180

SHALAWAT KE-51: الصلاة الحادیة والخمسون

اللهمَ صَلّی وَ سَلِّم عَلَی سَیّدِنا مُحمّدٍ قَد ضَاقَت حِیلَتی اَدرِکنِی یاَ رَسُولَ لله

(Allāhumma shalli wa sallim ‘alā Sayyidinā Muhammad. Qad dhāqat hīlati, adrikni, ya Rasūlallāh).

Artinya: Ya Allah, limpahkanlah shalawat dan salam kepada junjungan kami, Muhammad. Telah sempit rasanya upayaku, tolonglah aku ya Rasûlullāh.

Penjelasan dan Kegunaannya

Ibn `Abidin menukil shalawat ini dari seorang hamba yang salih, Ahmad al-Halabi, yang berdiam di Damaskus. Dia bertutur bahwa ada sebagian menteri Damaskus menangkapnya, sehingga pada malam itu, ia merasa sangat

ص: 181

susah sekali. Lalu ia bermimpi melihat Rasulullah saw. Baginda Nabi menenteramkan hatinya dan mengajarkan kepadanya sighat shalawat ini. Baginda Nabi mengatakan bahwa barangsiapa yang membacanya maka Allah akan menghilangkan kesulitannya. Ketika ia terbangun, lalu dibacanya shalawat itu, dan akhirnya, berkat Rasūlullāh saw., kesulitannya itu lenyap. Kemudian Ibn 'Abidin mengatakan bahwa beliau telah mencoba membaca shalawat itu berkali-kali, dan ter-

nyata memang sangat cepat sekali untuk menghilangkan kesulitan.[]

ص: 182

SHALAWAT KE-52: الصلاة الثانیة والخمسون

اَلّلهُمَّ صَلِّ وسلم علی مولانا مُحَمد وعلی اله عَدَدَ الاعَدَادِ کُلِّهَا مِن حَیثُ انتهاؤها فی علمک و من حَیثُ لَا اعَدَادَ مِن حَیثُ اِحَاطَتُکَ بِمَا تَعلَمُ لِنَفسِکَ مِن غَیر اِنتِهاءٍ انَّکَ عَلی کُلِّ شَئٍ قَدیرٌ

(Allāhumma shalli wa sallim ‘alā Mawlānā Muhammadin, wa ‘alā ālihi ‘adadal-a'dādi kullihā; min haytsun-tihā'uhā fī‘ilmika; wa min haytsu lā a'dāda, min haytsu ihāthatu- ka, bimā ta‘lamu linafsika min ghayrin-tihā'. Innaka ‘alā kulli syai'in Qadir).

Artinya: Ya Allah, limpahkanlah shalawat dan salam kepada Maulana Muhammad dan keluarganya, sebanyak jumlah hitungan se-

ص: 183

muanya; dari akhirnya dalam ilmu-Mu, dari mana tidak ada hitungan dalam lipitan-Mu; dan dengan apa-apa yang Engkau ketahui bagi diri-Mu tanpa akhir. Sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu.

Penjelasan dan Kegunaannya

Shalawat ini bersumber dari seorang arif yang besar dan wali yang terkenal; lautan ilmu syariat, tarekat dan hakikat, yakni Sayyid Ahmad bin Idrīs; pemuka tarekat Idrīsi-yah yang merupakan anak cabang dari tarekat Syādzili- yah.[]

ص: 184

SHALAWAT KE-53: الصلاة الثالثة والخمسون

اَلّلهُمَّ صَلِّ عَلی سَیِّدنا مُحَمَّدٌ وَ عَلی آلهِ صَلاة اهل السَمَواتِ وَ الآرضِین عَلَیهِ وَ اجرِ یاَ مولانا لُطفَکَ الخَفِّیَ فِی امرِی وَ اَرِنِی سِرب جَمَلِ صُنعِکَ فیماَ آمُلُهُ مِنکَ یَا رَبَّ العَالَمِین

(Allāhumma shalli ‘alā Sayyidinā Muhammadin wa ‘alā ālihi, shalāta ahlis-samāwati wal-ardhīna 'alayhi, wa ajri yā Mawlānā luthfakal-khafiyya fi amrī, wa arini sirra jamāli shun‘ika fimā āmuluhu minka, ya Rabbal-'ālamīn).

Artinya: Ya Allah, limpahkanlah shalawat atas Sayyidinā Muhammad dan keluarganya, dengan shalawat penduduk langit dan bumi kepadanya. Alirkanlah, duhai Maulaku, kelembutan-Mu yang tersembunyi dalam urusanku. Tampakkanlah rahasia keindahan ciptaan-Mu dalam perkara-perkara yang aku cita-citakan dari-Mu, duhai Tuhan semesta alam.

ص: 185

Penjelasan dan Kegunaannya

Shalawat ini oleh sebagian ulama dinisbahkan kepada Sayyid Abdullāh al-Alami. Di antara khasiatnya yang terkenal adalah bahwa, barangsiapa yang membacanya sebanyak seribu kali, niscaya Allah akan melenyapkan kesusahannya. []

ص: 186

SHALAWAT KE-54: الصلاة الرابعة والخمسون

اللهم صَلِّی عَلی مُحَمَّدِ وَ عَلی آل محمد صَلاةً تَکونُ لَکَ رضاَءً وَ لِحَقِّهِ اداءً وَ اعطِهِ الوَسیلَةَ وَ المَقَامَ الذی وَ عَدتَهُ

(Allāhumma shalli ‘alā Muhammadin wa ‘alā āli Muhammadin, shalātan takūnu laka ridhā'an, wa lihaqqihi adā- an, wa a'thihil-wasīlata wal-maqāmal-ladzī a'adtah).

Artinya:

Ya Allah, limpahkanlah shalawat kepada Muhammad dan kepada keluarga Muhammad, dengan shalawat yang menjadikan ridha bagi-Mu dan penunaian bagi haknya; berikanlah kepadanya wasilah dan kedudukan yang telah Engkau janjikan.

Penjelasan dan Kegunaannya

Diriwayatkan oleh Sya'rānī bahwa, Nabi saw. pernah me-

ص: 187

nerangkan tentang shalawat ini dalam sabdanya, "Barangsiapa yang membacanya, ia berhak mendapatkan syafaatku."[]

ص: 188

SHALAWAT KE-55: الصلاة الخامسة والخمسون

اللهم صَلّی عَلَی مُحَمَّد عَبدِکَ وَ رَسولِکَ وَ صَلِّی عَلی المُومنینَ وَ المومنات وَ المُسلِمِینَ وَ المُسلِمات

(Allāhumma shalli‘alā Muhammadin ‘abdika wa rasūlika, wa shalli ‘alal-mu'minina wal-mu'mināti wal-muslimīna wal-muslimāt).

Artinya: Ya Allah, limpahkanlah shalawat kepada Muhammad, hamba dan Rasul-Mu, serta limpahkanlah pula shalawat kepada kaum Mukminin dan Mukminat, Muslimin dan Muslimat.

Penjelasan dan Kegunaannya

Imam Syafrānī menuturkan bahwa Rasūlullāh saw. bersabda, "Muslim mana saja yang tidak mampu untuk

ص: 189

memberikan sedekah, hendaklah ia membaca shalawat ini. Tidaklah seorang Mukmin kenyang berbuat kebaikan hingga ia berakhir ke surga.” Hadis di atas dikemukakan oleh beberapa pemuka ahli hadis dari sahabat Abū Sa'id al-Khudri r.a.[/

ص: 190

SHALAWAT KE-56: الصلاة السادسة والخمسون

اللهم یاَ رَبَّ مُحَمَّدٍ وَ آل مُحَمَدٍ صَلّی عَلی مُحَمَّدٍ وَ آل مُحَمَد الدَرَجَةَ وَ الوَسِیلةَ فِی الجَنة یَا رَبَّ مُحَمَّدِ وَ آلِ مُحَمَّد اجزِ مُحَمَّداً صَلَّ اللهُ عَلَیهِ مَا هُوَ اَهلُهُ

(Allāhumma, yā Rabba Muhammadin wa ali Muhammadin, shalli ‘alā Muhammadin wa āli Muhammad, wa "ali Muhammadanid-darajata wal-wasīlata fil-jannah. Ya

Rabba Muhammadin wa āli Muhammadin, ajzi Muhammadan; shallallāhu ´alayhi mā huwa ahluh).

Artinya: Ya Allah, ya Tuhan Muhammad dan keluarga Muhammad, limpahkanlah shalawat atas Muhammad dan keluarga Muhammad, serta berikanlah kepada Muhammad derajat dan wasilah di dalam surga. Duhai Tuhan Muhammad dan keluarga

ص: 191

Muhammad, berilah ganjaran kepada Muhammad. Semoga Allah melimpahkan shalawat kepadanya sesuai dengan apa yang sepantasnya baginya.

Penjelasan dan Kegunaannya

Di dalam kitab Syarh Dalā'il disebutkan bahwa Nabi saw. telah bersabda, “Barangsiapa di antara umatku yang membaca shalawat ini, baik di waktu pagi maupun di

waktu petang, berarti ia telah membuat malaikat pencatat amal menjadi kepayahan selama seribu hari, juga diampuni dosa-dosanya dan dosa-dosa kedua orangtuanya.” Di dalam kitab Syarh al-Fasī dijelaskan bahwa shala- wat ini diangkat dari hadis Jabir bin 'Abdillāh r.a., dan disebutkan faedah yang banyak baginya.

Sementara Al-Hāfizh as-Sakhawi berkomentar, "Seandainya ada orang bersumpah hendak mengucapkan shalawat yang paling utama, lalu ia membaca shalawat ini, niscaya ia telah memenuhi sumpahnya itu."[]

ص: 192

SHALAWAT KE-57: الصلاة السابعة والخمسون

اللهم صَلِّ عَلَی محَمَّد فِی الأوَلینَ ، وَصَلِّی عَلَی مُحَمَّدِ فِی الاَخِرینَ ، وَصَلی عَلَی مُحَمد فِی النَّبیّین ، وَصَلی عَلَی مُحَمَّد فِی المُرسَلِین وَصَلِّ عَلی مُحَمَّد فِی المَلَإ الأعلَی إلیَ یَومِ الدِین

(Allāhumma shalli ‘alā Muhammadin fil-awwalīn, wa shalli ‘alā Muhammadin fil-ākhirīn, wa shalli ‘alā Muhamadin fin-nabiyyin, wa shalli ‘alā Muhammadin fil-mursalin, wa shalli 'alā Muhammadin fil-malā'il a‘lā ilā yawmiddin).

Artinya: Ya Allah, limpahkanlah shalawat kepada Muhammad di kalangan orang-orang dahulu, limpahkanlah shalawat kepada Muhammad di kalangan orang-orang kemudian, limpahkanlah shalawat kepada Muhammad di kalangan para nabi, lim-

ص: 193

pahkanlah shalau'at kepada Muhammad di kalangan para rasul, dan limpahkanlah shalawat kepada Muhammad di tempat yang tinggi sampai Hari Kiamat.

Penjelasan dan Kegunaannya

Tentang shalawat ini, barangsiapa yang membacanya sebanyak tiga kali di waktu sore dan tiga kali di waktu pagi, niscaya akan sirnalah dosa-dosanya, terhapuslah segala kesalahannya, tetaplah kesenangannya, dikabulkan doa-nya, dikabulkan cita-citanya, dan dia ditolong menghadapi musuh-musuhnya. []

ص: 194

SHALAWAT KE-58: الصلاة الثامنة والخمسون

اللهمَ صَلِّ عَلَی سَیّدِنَا مُحَمَدٍ الذی مَلَأتَ قَلبَهُ مِن جَلَالِکَ وَعَینَهُ مِن جَمَالِکَ، فَاَصبَحَ فَرِحاً مسرُورا، مویُّداً مَنصُورَا وَعَلَی ألهِ وَصَحبِهِ وَسَلِّم تَسلِیمَا، وَالحَمدُ لِلّهِ عَلَی ذَلِکَ

(Allāhumma shalli ‘alā Sayyidina Muhammadinil-ladzī mala'ta qalbahu min jalālika, wa ‘aynahu min jamālik; fa ashbaha farihan-masrūrā, mu'ayyadan manshūrā;wa 'alā ālihi wa shahbihi wa sallim taslīmā; wal-hamdu lillāhi 'alā dzālik).

Artinya: Ya Allah, limpahkanlah shalawat kepada Sayyidina Muhammad yang telah Engkau penuhi hatinya dengan keagungan-Mu, dan telah Engkau penuhi matanya dengan sifat keindahanMu, sehingga ia menjadi senang-gembira, terbantu dan terto-

ص: 195

long; juga kepada keluarganya dan para sahabatnya. Limpahkanlah pula kesejahteraan yang banyak kepada mereka semua- nya. Segala puji bagi Allah atas semua itu.

Penjelasan dan Kegunaannya

Di antara yang dikatakan orang tentang shalawat ini adalah bahwa Abū ‘Abdullāh an-Nu'man pernah bermimpi melihat Nabi saw., lalu ia bertanya, "Ya Rasūlullāh, shalawat manakah yang paling utama?" Beliau menjawab, "Katakanlah ... (lalu Baginda Nabi menyebutkan shalawat ini).” Ada lagi cerita lainnya tentang shalawat ini, seperti yang disebutkan di dalam kitab Dalā'il al-Khayrāt. [1

ص: 196

SHALAWAT KE-59: الصلاة التاسعة والخمسون

اللهم اِنّیِ اسالُکَ بِکَ اَن تُصَلِّیَ عَلیَ سَیِّدِنا مُحَمَّد وَ عَلیَ سَائرِ الآنبیاء وَ المُرسَلین وَ عَلی آلِهِم وَ صَحبِهِم اجمَعِین وَ اَن تَغفِرَ لی مَا مَضی تَحفَظَنی فیماَ بَقِیَ

(Allāhumma inni as'aluka bika an tushalliya 'alā Sayyidinā Muhammadin, wa ‘alā sā’iril anbiyā'i wal-mursalina, wa ‘alā ālihim wa shahbihim ajma'in; wa an taghfira lī mā madhā wa tahfazhani fi mā baqiya).

Artinya: Ya Allah, aku memohon kepada-Mu dengan-Mu, semoga Engkau melimpahkan shalawat kepada Sayyidinā Muhammad, kepada seluruh nabi dan rasul, serta kepada keluarga dan sahabat mereka semuanya; serta semoga Engkau mengampuni dosa-

ص: 197

dosaku yang telah lalu dan Engkau memelihara diriku dari dosa-dosa yang tersisa.

Penjelasan dan Kegunaannya

Shalawat ini berasal dari Sayyid Ibrāhīm al-Matbulī.

ص: 198

SHALAWAT KE-60: الصلاة الستون

اللهم صَلِّ وَ سَلِّم وَ باَرِک عَلیَ سَیِّدِنا مُحَمَّد الرَئوفُ الرَحیم ذِی الخُلُقِ العَظیِم وَ عَلیَ آلِهِ وَ اَصحاَبِهِ وَ ازوَاجِهِ فِی کُلِّ لَحظَةٍ عَدَدَ کُلِّ حَادِیثٍ وَ قَدِیم

(Allāhumma shalli wa sallim wa bārik ‘alā Sayyidina Mu- hammadinirra’ūfir-rahīm, dzil-khuluqil-'azhīm; wa'alā ālihi, wa ashhābihi, wa azwājihi, fi kulli lahzhatin; ‘adada kulli haditsin wa qadim).

Artinya: Ya Allah, limpahkanlah shalawat, salam, dan berkah kepada Sayyidinā Muhammad, yang pemaaf dan penyayang, serta yang mempunyai akhlak yang agung; juga kepada keluarganya, sahabat-sahahatnya, dan istri-istrinya di setiap saat, sebanyak jumlah semua yang baru dan yang lama.

ص: 199

Penjelasan dan Kegunaannya

Shalawat ini lebih dikenal dengan sebutan shalawat Ar-Rauf ar-Rahim. Sayyid Ahmad ash-Shāwi mengatakan, "Shalawat ini termasuk sighat shalawat yang paling mulia. Oleh karena itu, seyogianya diperbanyak membacanya.”[]

ص: 200

SHALAWAT KE-61: الصلاة الحادیة والستون

اللهُمَّ صَلِ وَسَلِّم وَبَارِک عَلَی سَیِدِنَا مُحَمَّد وَعَلَی أَلِهِ عَدَدَ ِانعَامِ اللهِ وَاِفضَالِهِ

(Allāhumma shalli wa sallim wa bārik ‘alā Sayyidinā Muhammadin, wa 'alā ālihi, ‘adada in'āmillāhi wa ifdhālih).

Artinya:

Ya Allah, limpahkanlah shalawat, salam, dan berkah kepada Sayyidinā Muhammad dan kepada keluarganya, sebanyak jumlah nikmat Allah dan karunia-Nya.

Penjelasan dan Kegunaannya

Shalawat di atas lebih dikenal dengan sebutan shalawat Al-In'ăm. Khasiatnya adalah seperti yang dikatakan oleh

ص: 201

Sayyid Ahmad ash-Shāwī, yakni membuka pintu kenikmatan dunia dan akhirat bagi pembacanya, sementara pahalanya tidak terhingga.[]

ص: 202

SHALAWAT KE-62: الصلاة الثانیة والستون

اللهُمَ صَلی عَلَی النُوراللاَمِع ، وألقَمَر السَاطعِ ، والبَدرِ الطَالِع والفَیض الهَامِعِ، وَالمَدَدِ الوَاسِعِ، وَالحَبِیبِ الشَافِعِ ، وَالنَبیّ الشَارِع، والرَسُولِ الصَادِعِ، وَالمَأمُورِالطائع، والمُخَاطبِ السَامِع، والسَّیفِ القَاطِع ، وألقَلبِ الخَاشِع، وَالطَرفِ الدَامِع، سَیِّدِنَا مُحَمَّد وَعَلَی اَلِه وَاَولاَدِهِ الکرام، وَاَصحَابِهِ العِظَام، وَاَتبَاعِهِم مِنَ اَهُل السُنَّة وَالإِسلَام

(Allāhumma shalli ‘alan-nūril-lāmi', wal-qamaris-sāthi“, wal-badrith-thāli', wal-faydhil-hāmi', wal-madadil-wāsi-, wal-habībisy-syāfi', wan-nabiyyisy-syāri', war-rasülish- shādi', wal-ma'murith-thā'i', wal-mukhāthabis-sāmi“, was-sayfil-qăthi', wal-qalbil-khāsyi', wath-tharfid-dāmi“; Sayyidinā Muhammadin wa ‘alā ālihi wa awlādihil-kirām,

ص: 203

wa ashhābihil--izbām, wa atbāʻihim min ahlis-sunnati wal- Islám).

Artinya:

Ya Allah, limpahkanlah shalawat kepada cahaya yang berkilau, bulan yang memancar, purnama yang baik, hujan yang melimpah, pertolongan yang luuus, kekasih yang menolong, Nabi yang membuat undang-undang, Rasul yang menjelaskan, orang yang diperintah yang taat, kawan bicara yang mendengarkan, pedang yang tajam, hati yang khusyuk, mata yang mengucurkan air muita, yakni Sayyidina Muhammad; juga kepada keluarganya dan anak-anaknya yang mulia; kepada sahabat-sahabatnya yang agung; serta kepada para pengikutnya di antara ahli sunnah dan Islam.[]

ص: 204

SHALAWAT KE-63: الصلاة ثالثة والستون

اللهمَّ صَلی عَلَی سَیّدِنَا مُحَمَّد صَلَاةً تُکتَبُ بِهَا السُطُور، وَتُشرَحُ بِهَا الصُدُورُ و تَهُونُ بها جَمِیعُ الأمُور، بِرَحمَةٍ مِنکَ یَاغَفُور وَعَلَی اَلِهِ وَصَحبِهِ وَسَلِم

(Alláhumma shalli ‘ală Sayyidina Muhammadin—shalā- tan tuktabu bihas-suthūr, wa tusyrahu bihas-shudūr, wa tahūnu bihā jamī’ul-umūr-birahmatin minka yā Gha-

für; wa 'ala ālihi wa shahbihi wa sallim).

Artinya: Ya Allah, limpahkanlah shalawat dan salam kepada Sayyidinā Muhammad-shalawat yang dengannya dituliskan garis-garis, dilapangkan dada, serta dimudahkan segala urusan, berkat rahmat dari-Mu, duhai Tuhan Yang Maha Pengampun--serta kepada keluarga dan para sahabatnya. []

ص: 205

SHALAWAT KE-64: الصلاة الرابعة والستون

اللَهُمَّ صَلِ عَلَی سَیدنَامُحَمَّدٍ وَمَن وَالَاهُ، عَدَدَ مَاتَعلَمُهُ؛ مِن بَدءِ الأَمرِ إِلَی مُنتَهَاهُ وَعَلَی اَلِهِ وَصَحبِهِ وَسَلُّم

(Allāhumma shalli'alā Sayyidina Muhammadin wa man wālāh, ‘adada mā ta'lamuhu min bad'ilari ila muntahāhu wa ‘alā ālihi wa shahbihi wa sallim).

Artinya: Ya Allah, limpahkanlah shalawat dan salam kepada Sayyidinā Muhummud dan orang-orang yang menolongnya, sebanyak jumlah apa yang Engkau ketahui dari permulaan urusan sampai akhirnya, serta kepada keluarga dan sahabat-sahabatnya.

Penjelasan dan Kegunaannya

Shalawat ini dan dua shalawat sebelumnya (no. 62 dan

ص: 206

63) bersumber dari Sayyid Ahmad ar-Rifā'ī r.a. dan termasuk shalawat Al-Jawāmi' al-Kawāmil (kumpulan kesempurnaan).

Dikatakan bahwa, barangsiapa yang membacanya (yang mana saja dari keduanya) sesudah salat subuh atas niat dan keinginan apa saja, niscaya akan diperolehnya

dengan izin Allah.[]

ص: 207

SHALAWAT KE-65: الصلاة الخامسة والستون

اللهم بِکَ تَوَسَّلتُ وَ مِنکَ سَالتُ وَ فِیکَ لَا فی شَئٍ سِوَاکَ رَغِبتُ لاَ اسألُ مِنکَ سِوَاکَ وَلاَ اَطلُبُ مِنکَ اِلَّا اِیَّاکَ اللَهُمَّ وَ اتَوَسَّلُ اِلَیکَ فِی قَبولِ ذَلِکَ بِالوَسیلَةِ العُظمیَ و الفَضِیلَةِ الکُبریَ سَیِّدِنَا مُحَمَّد المُصطَفَی وَ الصَفِیِّ المُرتضَی وَ النَبِیِّ المُجتَبیَ وَ بِهِ اَسآَلُکَ عَن تُصَلِّیَ عَلَیهِ صَلاةً اَبَدِّیَّةً دَیمُومِیَّةً قَیُّومِیَّة اِلاهیّةً رَبّاَنِّیَّه بِحَیثُ یَشهَدُ لی ذَلِکُ فی عَین کَمَالِهِ بِشَهادَةِ مَعَارِفِ ذَاتِهِ وَ عَلیَ آلِهِ وَ صَحبِهِ کَذَلِکَ فاِنَّکَ وَلِیُّ ذَلِکَ وَ لاَ حَولَ وَلا قُوَّةَ اِلّاَ بِاللَّهِ العَلِیِّ العَظیم

(Allāhumma bika tawassaltu, wa minka sa'altu, wa fika lā

fi syay'in siwāka raghibtu. Lā as’alu minka siwāka wa lā

athlubu minka illā iyvāka.

ص: 208

Allāhumma wa atawassalu ilayka fi qabāli dzālika bil- wasīlatil-uzhmāwal-fadhilatil-kubrā, Sayyidinā Muhammadinil-mushthafa, wash-shafiyyil-murtadhā, wan-nabiy-

yil-mujtabā; wa bihi as’aluka an tushalliya ‘alavhi--sha- lātan abadiyyatan daymūmiyyatan qayyūmiyyah, ilāhiy- yatan Rabbaniyyah-bihaytsu yasyhadu lī dzālika fi'ayni

kamālihi, bisyahādati ma'ārifi dzātih; wa ‘alā ālihi wa shahbihi kadzālika. Fa innaka Waliyu dzālik. Wa lā hawla wa là quwwata illā billāhil ‘aliyyil ‘azhim).

Artinya: Ya Allah, dengan-Mu aku ber-tawassul, dengan-Mu aku me- minta, kepada-Mu dan karena-Mu--bukan karena sesuatu selain Diri-Muaku rindu. Aku tidak meminta dari-Mu selain Diri-Mu dan tidak meminta dari-Mu kecuali kepada-Mu. Ya Allah, aku ber-tawassul kepada-Mu dalam perkenan itu dengan wasilah yang teragung dan keutamaan yang terbesar, yakni Sayyidină Muhammad-manusia pilihan, orang yang suci dan diridhai, serta Nabi pilihan. Dengannya aku memohon

kepada-Mu agar Engkau memberikan shalawat kepadanya dengun shalawat yang bersifat abadi, lestari, dan mandiri; serta bersifat Ilahiyah dan Rabbaniyah, di mana ia menyaksikan bagi-

ص: 209

ku hal itu di dalam mata kesempurnaannya dengan kesaksian makrifat terhadapnya; juga kepada keluarganya dan para sahabatnya. Sebah, Engkaulah penolong atas itu. Tiada upaya dan kekuatan melainkan dengan pertolongan Allah Yang Maha tinggi lagi Mahabesar.[]

ص: 210

SHALAWAT KE-66: الصلاة السادسة والستون

اللَهمَّ صَلّی عَلی احمَدِ امرِکَ وَ مُحَمَّد خَلقِکَ وَ اسعَدَ کَونِکَ اسالُکَ اللهمَّ بِهِ وَ بِهِ اسالُکَ عَن تُصَلِّی عَلَیهِ صَلاةً ذاَتِیَةً خَاصَّةً بِهِ عَامَّةً فی جَمِعِ الوَاحِدِ الحَرفِیَّةِ وَ الاسمِیّة وَ جَمِعِ مَرَاتِبِهِ العقلِّیَةِ وَ العلمیَّةِ صَلاةً مُتَّصِلةً لا یُمکِنُ انفِصالُها بِسَلبٍ وَ لاَ غَیرٍ ذَلِکَ بَل یَستَحِیلُّ عَقلاً وَ نَقلاً وَ عَلیَ آلِهِ وَ اَصحَابِهِ الاُمَّهاَتِ الجَوَامِع وَ الخَزَائِنِ المَوَانِع وَ سَلِّم تَسلِیماً کَثِیرا

(Allāhumma shalli ‘ală Ahmadi amrika, wa Muhammadin khalqika, wa as'ada kawnik. As'alukallāhumma bihi wa bihi as’aluka an tushalliya ‘alayhi; shalātan dzātiy-

yatan khāshshatan bih, ‘āmmatan fī jamī`il-wāhidil-har- fiyyati wal-ismiyyah, wa jami'i marātibihil-'aqliyyati wal-

ص: 211

‘ilmiyyah; shalātan muttashilatan là yumkinun-fishālihā bisalbin wa lā ghayri dzālika, bal yastahīlu ‘aqlan wa naq-Jā; wa 'alā ālihi wa ash-hābihil-ummahātil-jawāmi', wal-khazā’inil-mawāni'; wa sallim taslīman katsīrā).

Artinya:

Ya Allah, limpahkanlah shalawat atas Ahmad, amr-Mu; Muhammad makhluk-Mu. Aku memohon kepada-Mu, ya Allah, dengannya, dan dengannya aku memohon kepada-Mu, agar Engkau melimpahkan shalawat kepadanya; dengan shalawat yang hakiki, khusus kepadanya, yang umum dalam seluruh kesatuan huruf dan nama serta dalam seluruh tingkatan akal dan ilmu; dengan shalawat yang berkesinambungan, yang tidak mungkin dipisahkan dengan cara dicabut atau cara lainnya,

bahkan mustahil secara akal maupun naql; juga kepada keluargu dan para sahabatnya. Limpahkanlah pula kesejahteraan yang banyak kepadanya.

Penjelasan dan Kegunaannya

Shalawat ini dan shalawat sebelumnya (no. 65) adalah berasal dari ‘Arif Rabbānī, Sayyid Muhammad Wafā' asy-

ص: 212

Syādzilī r.a., yang saya nukil dari kitab Masālik al-Huna-fā'.[]

ص: 213

SHALAWAT KE-67: الصلاة السابعة والستون

اَللهمَّ صَلّی وَ سَلِّم وَ بَارِک عَلیَ مَن تَشَرَّفَت بِهِ جَمِیعُ الاَکوَان وَ صَلِّ وَ سَلِّم وَ باَرِک عَلیَ سَیِّدِنا مُحَمدٍ الذی اظهَرتَ بِهِ مَعَالِمَ العِرفَان وَ صَلِّ وَ سَلِّم وَ باَرِک عَلیَ سَیِّدِنا مُحَمَّد الذی اوضَحَ دَقَائقَ القرآن وَ صَلِّ وَ سَلِّم وَ باَرِک عَلی سَیِّدِناَ مُحَمدِ عَینَ الاَعیآن وَ السَبَبِ فی وُجُودِ کُلِّ انسان وَ صَلِّ وَ سَلِّم وَ بارِک عَلی سَیّدناَ مُحَمَّدِ الذِی شَیِّدَ آرکَانَ الشَرِعَةِ لِلعَالَمِین وَ وَاَوضَحَ افعَالَ الطَرِیقِ للسَائِلِین وَ رَمَزَ فِ عُلُومِ الحَقُیقَةِ لِلعآرِفِین فَصَلِّ وَ سَلِّم وَ بَارِکَ اللهُمَّ عَلَیهِ صَلاةً تَلِیقُ بِجَانِبِه الشَریِف وَ مَقَامِهِ المُنِیف وَ سَلِّم تَسلِماً دائماَ یا الله یا رَحمَنُ یا رَحِیمُ اللهم صَلِّ وَ سَلِّم وَ باَرِک عَلیَ سَیِّدِناَ مُحَمد

ص: 214

الذی زَیَّنَ مَقَاصِیرَ القلوب وَ اظهَرَ سَرَائرَ الغُیوبِ باَبِ کُلِّ مَطلوبٍ وَ صلِّ و سَلِّم اللَهُمَّ عَلَیهِ ماَ طَلعت شَمسُ الآکوَانِ عَلَی الوُجود وَ صَلِّ وَ سَلِّم وَ بَارِک عَلیَ مَن اَفَاضَ عَلَیناَ بِاِمداَدِهِ سَحَاِئبَ الجود یاَ اللَهُ یاَ رَحمَنُ یاَ رَحِیمُ اللهمَّ صَلِّ عَلی سَیِّدِناَ مُحَمَّدٍ صَلاةً تُدنی بَعِیدَنَا الیَ الحَضَرات الرَبَّانِیة وَ تَذهَبُ بِقَرِیبِناَ الیَ مَا لاَ نِهاَیَةَ لَهُ مِنَ المَقَاماتِ الاِحساَنِیةِ وَ صَلِّ اللُهُمَّ عَلَیهِ صَلاةً تَنشَرِحُ بِهَا الصُدور وَ تَهُونُ بِهَا الاُمُور وَ تَنکَشِفُ بِهَ السُتُورُ وَ سَلِّم تَسلِیماً کَثِیرا الیَ یَوم الدّین. آمین

(Allāhumma shalli wa sallim wa bārik‘alā man tasyarrafat bihi jami'ul-akwān, wa shalli wa sallim wa bārik 'alā Say- yidin, Muhammadinil-ladzī azhharta bihi ma‘ālimal-'ir- fān,

wa shalli wa sallim wa bārik 'alā Sayyidinā Muham-madinil-ladzī awdhaha daqā'iqal-qur'ān, wa shalli wa sal- lim wa bārik ‘alā Sayyidina Muhammadin ‘aynal-a'yān

was-sababi fi wujūdi kulli insan, wa shalli wa sallim wa

ص: 215

bārik 'alā Sayyidinā Muhammadinil-ladzī syayyada arkā- nasy-syari'ati lil-'ālamīn, wa awdhaha af‘ālaththarīqilis- sā'ilīn, wa ramaza fi ulūmil-haqiqati lil-'ārifin; fashalli

wa sallim wa bārikillāhumma 'alayhi shalātan taliqu bija- nābihisv-syarīf; wa maqāmihil-munīſ; wa sallim taslīman dā’iman, yā Allāhu, yā Rahmānu, yā Rahim.

Allāhumma shalli wa sallim wa bārik 'alā Savvidinā Muhammadinil-ladzī zayyana maqāshiral-qulūb, wa azh- hara sarā'iral-ghuyūb, bābi kulli mathlūb; wa shalli wa

sallimillāhumma 'alayhi mà thala'at syamsul-akwāni ‘alal- wujūd, wa shalli wa sallim wa bārik 'alā man afādha 'alay- nā bi imdādihi sahā'ibal-jūd. Ya Allāhu, ya Rahmānu, kā Rahim.

Allāhumma shalli ‘alā Sayvidinā Muhammadin sha- lātan tudni ba'idanā ilal-hadharātir-Rabbāniyyah, wa tadzhabu biqarībinā ilā mā lā nihāyata lahu minal-maqa-

niātil-ihsaniyyah; wa shallillāhumma 'alayhi shalātan tan-syarihu bihash-shudūr, wa tahūnu bihal-umūr, wa tan-kasyifa bihas-sutūr; wa sallim taslīman katsīran ilā yarw. middīn. Amīn).

Artinya: Ya Allah, limpahkanlah shalawat, salam, dan berkah kupac

ص: 216

orang yang karenanya seluruh alam menjadi mulia; limpah-kanlah, shalawat, salam, dan berkah kepada Sayyidina Muhammad yang Engkau tampakkan dengannya petunjuk kebajikan; limpahkanlah, shalawat, salam dan berkat kepada Sayyidinā Muhammad yang telah menjelaskan bagian terkecil dari Alquran; limpahkanlah shalawat, salam, dan berkah kepada Sayyidinā Muhammad, pemimpin orang-orang terkemuka dan penyebab keberadaan setiap manusia; dan limpahkanlah shalawat, salam, dan berkah kepada Sayyidinā Muhammad--- yang membangun tiang-tiang syariat bagi alam manusia dan jin; yang menjelaskan perilaku tarekat bagi orang-orang yang bertanya; dan yang merumuskan ilmu-ilmu hakikat bagi orang-orang arif. Limpahkanlah ya Allah, shalawat, salam, dan berkah kepadanya dengan shalawat yang sesuai dengan kedudukannya yang mulia dan derajatnya yang tinggi. Limpahkanlah kesejahteraan yang banyak dan selalu. Ya Allah, ya Rahmān, ya Rahīm. Ya Allah, limpahkanlah shalawat, salam, dan berkah kepa- da Sayyidinā Muhammad yang telah menghiasi mahligai hati, menampakkan rahasia yang gaib, dan pintu semua yang diminta. Limpahkanlah ya Allah, shalawat dan salam kepadanya selama matahari menyinari alam. Limpahkanlah shalawat, salam, dan berkah kepada orang yang telah mengucapkan kepada

ص: 217

kami dengan bantuannya, kedermawanan. Ya Allah; ya Rahmūn, va Rahim. Ya Allah, limpahkanlah shalawat kepada Sayyidinā Muhammad, dengan shalawat yang mendekatkan orang-orang jauh di antara kami ke hadirat Rabbaniyah, dan membawa orang-orang yang dekat dari kami ke magam kebajikan yang tidak berujung. Limpahkanlah ya Allah, shalawat kepadanya dengan shalauat yang melapangkan dada, memudahkan urusan, dan menyingkap tabir; serta limpahkanlah pula kesejahteraan yang banyak, sampai Hari Kiamat. Amin.

Penjelasan dan Kegunaannya

Shalawat di atas adalah yang dipakai oleh Sayyid Mushtată al-Bakrīdi saat mengakhiri urrid-nya yang dikenal dengar Wird as-Sikhr.[]

ص: 218

SHALAWAT KE-68: الصلاة الثامنة والستون

اللهمَّ صَلِ عَلَی سَیِدِنَا مُحَمَد بِکُلِّ صَلَاةٍ تُحِبُ اَن یُصَلَّی بِهَا عَلَیهِ فِی کُلّ وَقتٍ تُحِبّ اَن یُصَلَی بِهَ عَلَیهَ. اللهمَ سَلِّم عَلَی سَیدِنَا مُحَمَّد بِکُلِّ سَلَامٍ تُحِبُّ اَن یُسَلَمَ بِهِ عَلَیهِ فِی کُلِّ وَقتٍ تُحِبُّ اَن یُسَلَّمَ بِهِ عَلَیه صَلَاۃً وَسَلَامًا دَاِئمَینِ بِدَوَامِکَ عَدَدَ مَاعَلِمتَ، وَزنَةَ مَاعَلِمتَ ، وَمِلءَ مَاعَلِمتَ ، وَمِدَادَ کَلِمَاتِکَ وَاَضعَافَ اَضَعَافَ ذَلِکَ. اللهمَ لَکَ الحَمدُ وَالشّکرُ کَذَلِکَ عَلَی ذَلِکَ فِی کُلِّ ذَلِکَ، وَعَلَی اَلِهِ وَصَحبِهِ وَاِخوَانِهِ

(Allāhumma shalli 'alā Sayyidinā Muhammadin bikulli shalātin tuhibbu an-yushallā bihā 'alayhi fi kulli waqtin tuhibbu an-yushallā bihi 'alayh.

Allāhumma sallim ‘alā Sayyidinā Muhammadin bi-kulli salāmin tuhibbu an-yusallama bihi 'alayhi fi kulli

ص: 219

waqtin tuhibbu an-yusallama bihi 'alayh. Shalātan wa salāman dā’imayni bidawāmika ‘adada mā'alimta, wa zi-nata mā 'alimta, wa mila mã ‘alimta; wa midāda kalimā-

tik, wa adh'āfa adh‘āfa dzālik. Allāhumma lakal-hamdu wasy-syukru kadzālik 'alā dzālika fi kulli dzālik, wa 'alā ālihi wa shahbihi wa ikhwa-nih).

Artinya:

Ya Allah, limpahkanlah shalawat atas Sayyidina Muhammad dengan semua shalawat yang Engkau sukai baginya, dan dalam setiap waktu yang Engkau sukai atasnya. Ya Allah, limpahkanlah kesejahteraan kepada Sayyidinii Muhammad dengan semua kesejahteraan yang Engkau sukai baginya, dan dalam setinp waktu yang Engkau sukai atasnya. Shalawat dan salam semoga selalu (tercurah) menurut keabdian-Mu, sebanyak jumlah yang Engkau ketahui, setimbang dengan apa yang Engkau ketahui, sepenuh apa yang Engkau ketahui, dan sebanyak tinta kalimat-Mu, serta berlipat-lipat ganda dari itu. Ya Allah, bagi-Alu-lah pujian dan syukur sebanycık itu pula, atas semua itu dan di dalam semua itu; juga kepada keluarganya, sahabat-sahabatnya, dan saudara-saudaranya.

ص: 220

Penjelasan dan Kegunaannya

Shalawat ini berasal dari Sayyid Murtadhã az-Zubaydī. []

ص: 221

SHALAWAT KE-69: الصلاة التاسعة والستون

اللهمَّ صَلِّ عَلَی سَیّدنَا مُحَمَّد صَلَاةً تَکُونُ لَنَا عِندَاللهِ بَابًا مَشهُوداً ، وَعِندَ اَعداَئهِ حِجَابًا مَسدُودًا وَعَلیَ اَلِهِ وَصَحبِهِ وَسَلِّم

(Allāhumma shalli ‘alā Sayyidinā Muhammadin shalātan takūnu lanā ‘indallāhi bāban masyhūdā, wa 'inda a'dā ihi hijāban masdūdā; wa ‘alā ālihi wa shahbihi wa sallim).

Artinya: Ya Allah, limpahkanlah shalawat dan salam kepada Sayyidinā Muhammad, dengan shalawat yang menjadi pintu yang disaksikan bagi kami di sisi Allah, dan yang menjadi tirai yang tertutup di sisi musuh-musuhnya juga kepada keluarga dan para sahabatnya. []

ص: 222

SHALAWAT KE-70: الصلاة السبعون

اللهمَّ اِنّی اَسئَالُکَ بِاسمِکَ الأَعظَم المَکتُوبِ مِن نُورِ وَجهِکَ الأَعلَی المُؤَیّد، الدَائِمِ البَاقِیَ المُخَلّد ، فِی قَلبِ رَسُولِکَ وَنَبِیِّکَ مُحَمَّد ، وَاَسئالُکَ بِاسمِکَ الأَعظَم الوَاحِدِ بِوَحدَة الَاحَد ،المَعَالیً عَن وَحدَةِ الکَمِّ وَالعَدَدِ، المُقَدَّسِ عَن کُلِّ اَحَد، وَبِحَقِّ بِسم اللهِ الرَحمَن الرَّحِیم قُل هُوَ اللهُ اَحَد ، اَللهُ الصَّمَد لَم یَلِد وَلَم یُولَد، وَلم یَکُن لَهُ کُفُواً اَحَد. اَن تُصَلِّیَ عَلَی سَیّدِنَا مُحَمَّد سِرِّ حَیَاۃِ الوُجُودِ وَالسَّبَبِ الأَعظَم لِکُلِّ مَوجُودٍ ، صَلاَةً تُثَبِّتُ فِی قَلبِی الإیمَانَ، وَ تُحَفّظنی القُراَن ، وتُفَهمنی مِنهُ الاَیَاتِ، وَتَفتَحُ لِی بِهَانُورَالجَنَات ، وَالنورَ النَعِیم وَ النُور النَظَرِ إِلَی وَجهِکَ الکَرِیمِ وَعَلَی آلِهِ وَصَحبِهِ وَسَلِّم

ص: 223

Allāhumma inni as’aluka bismikal-aʻzhamil-maktūbi min nüri wajhikal-a-lal muayyad, ad-dā'imil-bāgiyal-mu-khallad, fi qalbi rasülika wa nabiyyika Muhammad; wa as’aluka bismikal-aʻzhamil-wāhidi biwahdatil-ahad, al-ma'ālí‘an wahdatil-kammi wal-'adad, al-muqaddasi ‘an kulli ahad—wa bihaqqi bismilləhir-rahmânirrahim

qul huwallāhu ahad, Allāhush-shamad, lam valid wa lam yūlad, wa lam vakullahū kufuwan ahad-an tushalliya 'alā Sayyidinā Muhammadin sirri hayātil-wujūd, was-sa-babil-a'zhami likulli mawjūd; shalātan tutsabbitu fi qalbil-īmāna, wa tuhaffizhunil-quran, wa tufahhimuni minhul-āyāt, wa taftahu lī bihā nūral-jannāt, wa nūran-na‘īm, wa nūran-nazhari ilā wajhikal-karīmi; wa ‘alā ālihi wa shah-bihi wa sallim).

Artinya:

Ya Allah, aku memohon dengan asma-Mu yang agung--yang tertulis dari cahaya Wajah-Mu yang Mahatinggi dan Maha-besar, yang kekal dan abadi, di dalam kalbu Rasul dan Nabi-Mu, Muhammad; aku memohon dengan asma-Mu yang agung dan tunggal dengan kesatuan yang manunggal, yang mahaagung dari kesatuan jumlah, dan yang mahasuci dari

ص: 224

setiap sesuatum-an dengan hak bismillahirrah-mānirrahim, qul huwallāhu ahad, allāhushshamad, lam yalid wa lam yūlad, wa lam yakul lahu kufuwan ahad, semoga Engkau melimpahkan shalawat kepada junjungan kami, Muhammad, rahasia kehidupan yang ada, sebab terbesar bagi semua yang ada, dengan shalawat yang menetapkan iman dalam hatiku, dan mendorongku agar menghapalkan Alquran, memberikan pemahaman bagiku akan ayat-ayatnya, membukakan bagiku dengannya cahaya surga dan cahaya nikmat, serta cahaya pandangan kepada wajah-Mu yang mulia; juga kepada keluarga dan para sahabatnya. Limpahkan pula salam sejahtera kepada-nya.

Penjelasan dan Kegunaannya

Shalawat ini dan yang sebelumnya (no. 69) berasal dari Al-'Arif Billāh Sayyid Taqiyyuddin al-Hanbali.[]

ص: 225

tentang Pusat

Bismillahirohmanirrohim

هَلْ یَسْتَوِی الَّذِینَ یَعْلَمُونَ وَالَّذِینَ لَا یَعْلَمُونَ

Apakah sama antara orang yang berpengetahuan dan tidak berpengetahuan?

Quran Surat Az-Zumar: 9

Selama beberapa tahun sekarang, Pusat Penelitian Komputer ghaemiyeh telah memproduksi perangkat lunak seluler, perpustakaan digital, dan menawarkannya secara gratis. Pusat ini benar-benar populer dan didukung oleh hadiah, sumpah, wakaf dan alokasi bagian yang diberkati dari Imam AS. Untuk layanan lebih lanjut, Anda juga dapat bergabung dengan orang-orang amal di pusat tersebut di mana pun Anda berada.
Tahukah Anda bahwa tidak semua uang layak dibelanjakan di jalan Ahl al-Bayt (as)?
Dan tidak setiap orang akan memiliki kesuksesan ini?
Selamat untukmu.
nomor kartu :
6104-3388-0008-7732
Nomor rekening Bank Mellat:
9586839652
Nomor rekening Sheba:
IR390120020000009586839652
Dinamakan: (Lembaga Penelitian Komputer Ghaemieh)
Setorkan jumlah hadiah Anda.

Alamat kantor pusat:

Isfahan, Jl. Abdurazak, Bozorche Hj. Muhammad Ja’far Abadei, Gg. Syahid Muhammad Hasan Tawakuli, Plat. No. 129/34- Lantai satu.

Website: www.ghbook.ir
Email: info@ghbook.ir
Nomor Telepon kantor pusat: 031-34490125
Kantor Tehran: 021-88318722
Penjualan: 09132000109
Pelayanan Pengguna: 09132000109