40 kisah keagungan Al-Qur'an

Point

عنوان و نام پديدآور:

40 Kisah KEAGUNGAN Al-Quran / Musthafa Muhammadi

40 داستان از عظمت قرآن / مصطفی محمدی اهوازی

مترجم: Yusuf Anas

انتشارات: قرینا - جاکارتا - Cet.1.- Jakarta : Qorina, 2008.

تعداد صفحات : 196

ISBN 978-979-3981-34-5

pentcahaya@centrin.net.id

ص: 1

Point

ص: 2

40 KISAH KEANGUNGAN Al-Quran

Musthafa Muhammadi (Ahwazi)

ص: 3

Penerbit Qorina

Jl. Siaga Darma VIII No. 32 E

Pejaten Timur-Pasar Minggu Jakarta Selatan 12510

Tp. (024) 7987771; Fax : (021) 7987633

E-mail : pentcahaya@cbn.net.id

Judul asli: Cehel Doston karamt-e Quran

Karya Musthafa Muhammadi (Ahwazi)

Penerjemah : Yusuf Anas

Penyunting : Ali Asghar Ard.

Desain Cover : Eja Ass

Cetakan pertama: Rabiul Akhir 1429 H/April 2008 M

© Hak cipta dilindungi undang-undang ( all rights reserved)

Perpustakaan Nasional RI: Data Katalog Dalam Terbitan (KDT)

Musthafa Muhammadi

40 Kisah Keagungan Al-Quran / Musthafa Muhammadi (ahwazi); penerjemah, Yusuf Anas;

penyunting, Ali Asghar Ard. - Cet.1.- Jakarta : Qorina, 2008.

196 hlm; 17.5 cm

1. Al-Qur'an -- Cerita-cerita

II. Yusuf Anas

I. Judul

III. Ali Asghar. Ard 297.161

ISBN 978-979-3981-34-5

ص: 4

Sekapur Sirih

Salah satu pesona dan keajaban al-Quran adalah gaya bahasanya. Dalam segi ini, penafsiran dan kelugasan dalam mengisahkan kembali apa yang menimpa umat-umat yang telah lalu, misalnya, menjadikan al-Quran sebagai kitab yang khas. Kata-katanya dipenuhi dengan tenaga yang mampu memercikkan sinaran benderang kepada temaram-redup fakta sejarah. Benar, sejarah hanyalah sekumpulan data yang teronggok tanpa daya. Ia tak dapat berkata atau berbuat apa-apa. Penafsiran memberinya kehidupan. Tetapi penafsiran-salah hanya akan menjadikannya bertumbuh sebagai gulma pengganggu. Sementara, penafsiran-benar tanpa

kekuatan akan menjadikannya mati segan hidup

ص: 5

tak mau. Ya, kebenaran bukanlah sesuatu yang dapat dengan sendirinya bekerja. Diperlukan daya untuk menjadikannya bergerak. Dan al-Quran adalah kebenaran dan sekaligus penggeraknya. Teramat banyak yang mesti disebutkan sekaitan dengan keutamaan kitab yang diturunkan kepada Rasulullah saw ini. Dan salah satu keutamaan di atas digunakan oleh penulis untuk menerangkan betapa banyak keistimewaan kitab ini, dengan cara menukilkan kepada kita kisah-kisah sekaitan

dengan mukjizat kitab ini. Selamat berakrab dengan al-Quran.

Jakarta, April 2008

Penerbit Cahaya

ص: 6

Pendahuluan

Al-Quran adalah pedoman terbesar bagi terwujudnya persatuan umat Islam dan merupakan petunjuk bagi umat manusia, yang selama berabad abad telah tersingkir dari kehidupan manusia, sehingga hati Rasulullah saw yang dipenuhi kasih sayang itu risau dan merintih pilu. Beliau pun mengadukan masalah ketersia-siaan al-Quran itu kepada Allah Swt: Telah berkata Rasul, “Wahai Tuhanku sesungguhnya kaumku telah menjadikan al-Quran (ini) sia-sia."(al-Furqan: 30)

Penyesalan akan hal tersebut semakin kuat, sehingga kita diperintahkan untuk selalu menyertakan al-Quran dalam kehidupan kita dan dalam segala persoalan sehari-hari, kita hendaknya

ص: 7

merujuk kepada al-Quran. “Dan apabila fitnah-fitnah telah menyelimuti kalian ibarat malam yang gelap gulita, maka hendak- nya kalian berpegang kepada al-Quran."(hadis) Benar, sekarang ini, al-Quran hanya digunakan sebagai alat bersumpah (itu pun dengan berdusta) dan hanya diberi peran dalam perjalanan, majlis-

majlis akad, di pemakaman, alat pamer kesombongan, dan penghias duniawi saja. Al-Quran tidak membutuhkan yang lain untuk menjelaskan dirinya sendiri. Ia bagaikan mentari yang menerangi, sehingga orang-orang yang tidak beriman pun berada di bawah pengaruhnya, dan akhirnya mengakui kebesaran dan keagungan al-Quran, di samping kemudian menggunakannya sebagai (sarana) untuk meraih kebahagiaan umat manusia.

Napoleon Bonaparte pernah berkata, “Kapankah hari itu akan datang; hari ketika para pakar politik dan hukum membentuk sebuah tim dan dewan, lalu kita secara bersama mengajukan al-Quran, kata-kata Tuhan dan konsep hukum paling kuat, yang tak lain adalah kitab kebahagiaan umat manusia itu. Kemudian, dengan bersandar kepadanya, kita

ص: 8

rumuskan dan susun aturan yang akan membawa kebahagiaan bagi umat manusia." (al-Quran wa Digaron) Dan berikut akan disebutkan di sini bahwa keyakinan yang tak di-sertai dengan pengamalan al-Quran tidak akan memberikan keuntungan. Dan pengakuan akan adanya keuntungan dan manfaat itu tak lebih dari isapan jempol belaka. Pada intinya, faktor kemunduran umat Islam adalah karena kurangnya perhatian mereka kepada al-Quran serta tidak diamalkannya perintah-perintah kitab ini. Seorang sejarawan Italia pernah berkata, “Kritikan tak mungkin ditujukan kepada agama Islam yang suci itu. Dan apabila kebahagiaan serta keberuntungan

malah justru menjauhi umat Islam, itu dikarenakan mereka telah merasa cukup hanya dengan membaca dan memahami al-Quran. Namun, mereka tak mampu

menjaga dan mengamalkannya." Seorang penulis berkebangsaan Inggris juga pernah berkata, “Eropa hendaknya tak melupakan hutang budinya kepada al-Quran Muhammadi. Karena al-Quran-lah yang menyebabkan terbitnya mentari pengetahuan di Eropa."(al-Quran wa Digaron)

ص: 9

Sekarang ini, hendaknya kita melangkah dan berupaya untuk menghidupkan keagungan al-Quran. Dan atas dasar itu, dalam buku ini akan disebutkan beberapa kisah nyata yang menceritakan tentang keagungan al-Quran. Kemudian, kita berharap agar usaha ini diterima oleh Allah Swt, sekaligus bermanfaat bagi para pembacanya. Akhir kata, saya ucapkan terima kasih kepada ustadz saya, Hujjatul Islam wal Muslimin Jasim Mahmudi Zadeh, atas segala jerih payahnya.

Musthafa Muhammadi (Ahwazi)

1/8/1376 (Bertepatan dengan hari kelahiran Sayyidah Fathimah al-Zahra)

ص: 10

Daftar Isi Buku

SEKAPUR SIRIH

PENDAHULUAN

BAGIAN I

KEAGUNGAN AL-QURAN ... 19

AKU TELAH MENJADI SEORANG MUSLIM ... 21

SESUNGGUHNYA KAMILAH YANG

MENJAGA AL-QURAN ... 25

KEUTAMAAN MEMPELAJARI AL-QURAN ... 29

MEMAHAMI AL-QURAN ... 31

BERBICARA MENGGUNAKAN AYAT-AYAT AL-QURAN ... 34

ص: 11

PEMBACA AL-QURAN YANG TAK BERWILAYAH ... 40

SEORANG PEREMPUAN YANG SELALU MEMBACA BISMILLAH ... 43

TITIK YANG TAKKAN BERPINDAH TEMPAT ... 45

PENGARUH AL-QURAN PADA DIRI SEORANG PEREMPUAN BERKEBANGSAAN YUGOSLAVIA ... 47

ORANG SOMBONG DALAM AL-QURAN ... 51

PENGAKUAN QURAISY ATAS KEHEBATAN PENJELASAN AL-QURAN ... 54

PEMBACA YANG BODOH ... 58

SEORANG PEMUDA YANG TAKUT KEPADA TUHAN DAN AYAT TENTANG AZAB ... 61

TENTRAM BERSAMA AL-QURAN ... 64

MUKJIZAT SURAT AL-FATIHAH ... 67

NAZHAR AL-QURAN ... 68

AL-QURAN DAN PECINTANYA ... 71

KETAKUTAN MUAWIYAH KEPADA AL-QURAN ... 74

JAWABAN YANG MEMBUNGKAM ... 79

PENGAKUAN ATAS KEMUKJIZATAN AL-QURAN ... 81

AKHIR SEBUAH UMUR YANG DIHABISKAN UNTUK MELAWAN AL-QURAN ... 85

ADAB DALAM MAJLIS AL-QURAN ... 90

ص: 12

SAYAP MALAIKAT JIBRIL ... 92

PENGARUH AL-QURAN ... 93

PETANYAAN-PERTANYAAN AL-KINDI TENTANG AL-QURAN ... 96

REVOLUSI RUHANI DENGAN SEBUAH AYAT ... 101

BATIN AL-QURAN ... 104

PEREMPUAN YANG BERPRILAKU BURUK ... 107

MENGHORMATI AL-QURAN ... 111

PENTINGNYA PENGAJARAN AL-QURAN ... 113

ORANG DUSUN DAN PENGARUH AL-QURAN ... 114

MUKJIZAT BASMALAH ... 118

KESIMPULAN KELIRU TENTANG AL-QURAN ... 121

SINAR BERCAHAYA YANG MUNCUL DARI LISAN PARA PEMBACA AL-QURAN ... 126

PARA PEMUKA QURAISY DAN AL-QURAN ... 132

MALAMNYA ORANG YANG MENGHIDUPKAN MALAM DAN AL-QURAN ... 135

APABILA KAU BERBUAT BURUK, AKIBATNYA AKAN KEMBALI KEPADAMU ... 137

AL-QURAN ADALAH PEMBERI REZEKI ... 140

AIR MENGALIR KARENA AL-QURAN ... 142

ص: 13

BAGIAN II

PANDANGAN BEBERAPA PEMIKIR BARAT TENTANG ALQURAN ... 145

1. PHILIP K. HITTY ... 146

2. NAPOLEON BONAPARTE (PERANCIS) ... 146

3. DR. GEROUNY (PRANCIS) ... 147

4. ERNEST RENAN (PRANCIS) ... 148

5. HARBERT GEORGAN (PENULIS BERKEBANGSAAN INGGRIS)... 149

6. TONWARD (ORIENTALIS JERMAN) ... 149

7. GOETHE (PENYAIR DAN PENULIS BESAR BERKE BANGSAAN JERMAN [1749-1832]) ... 150

8. H.J. WALTZ (ILMUWAN DAN SEJARAWAN INGGRIS [1866-1946]) ... 151

9. G. LABOUM (ORIENTALIS DAN PEMIKIR BERKEBANGSAAN PRANCIS) ... 151

10. MARRY GILLUARD DUMAN (ORIENTALIS EROPA) ... 152

11. DR. GUSTAV LEBON ... 152

12. ROCKSTONE (SKOTLANDIA) ... 153

13. HARBERT GEORGAN (PENULIS INGGRIS) ... 153

14. MAYORITAS ILMUWAN PAKAR HUKUM DI LEIDEN ... 154

15. NAPOLEON BONAPARTE ... 154

ص: 14

16. MRS. VAGLIERI (ILMUWAN ITALIA DAN PROFESOR SASTRA ARAB SERTA DOSEN SEJARAH PERADABAN ISLAM DI UNIVERSITAS NAPOLI, ITALIA) ... 155

17. MRS. M. ANGELA (BERKEBANGSAAN ITALIA) ... 156

18. F. EITEN D. (ORIENTALIS PRANCIS) ... 157

19. LASYBOUNE (ILMUWAN PERANCIS) ... 157

20. ALFARO MAJOR D. (SEORANG KOLUMNIS, PENYAIR; WARTAWAN, DAN PENELITI SPANYOL) ... 158

21. Z. LEBOUME (PRANCIS) ... 159

22. RHODWELL (PENULIS INGGRIS) ... 159

23. WALLACE (PENULIS BESAR INGGRIS) ... 160

24. GOETHE (PENULIS DAN PENYAIR BESAR JERMAN (1779-1832]) ... 161

25. L. COBALD (ASAL INGGRIS) ... 161

26. THOMAS CAREL (CENDEKIAWAN DAN SEJARAWAN TERKENAL SKOTLANDIA) ... 162

27. MRS. S. RONY TIENS (ASAL BELANDA) ... 163

28. DR. MARDICE ... 164

29. MRS. VAGLIERI (CENDEKIAWAN ITALIA) ... 165

30. SIR WILLIAM (SEJARAWAN ASAL INGGRIS (1819-1905]) ... 166

31. RHODWELL (PENDETA MASEHI) ... 167

ص: 15

32. CLARSTEN (MANTAN PERDANA MENTERI INGGRIS) ... 168

33. DEANWARD (ORIENTALIS) ... 168

34. JOHN DAVENPORT ... 169

35. ILMUAN, ORIENTALIS TERKENAL ASAL JERMAN, PENULIS BUKU SEJARAH AL-QURAN ... 170

36. SEDOVE (ORINTALIS PRANCIS [1817- 1893]). ... 171

37. P. Z. BURGUIS (AHLI SEJARAH, ASAL ITALIA). ... 172

38. DR. MAURICE (ASAL PRANCIS). ... 173

39. MRS. LAURA V. VAGLIERI (PROFESOR SASTRA ARAB DAN DOSEN SEJARAH PERADABAN ISLAM, DI UNIVERSITAS NAPOLI, ITALIA). ... 173

40.ILMUAN ANTROPOLOGI TERKENAL DARI AMERIKA SERIKAT ... 174

BAGIAN III

SOAL-JAWAB PILIHAN SEPUTAR AL-QURAN (TEKA-TEKI SEPUTAR AL-QURAN)... 175

SOAL ... 176

JAWABAN ... 181

ص: 16

DAFTAR INDEKS ... 186

NAMA PARA NABI DAN MAKSUM ... 186

NAMA TOKOH-TOKOH ... 187

NAMA-NAMA TEMPAT ... 191

SUMBER RUJUKAN ... 194

ص: 17

ص: 18

BAGIAN I

KEAGUNGAN AL-QURAN

Allamah Majlisi ra menukil sebuah kisah bahwa Ibnu Abil Auja, salah seorang yang berideologi materialis bersama tiga orang lainnya dengan ideologi sama, telah bersepakat untuk melawan al-Quran. Masing-masing bertugas untuk menantang sebagian al-Quran dengan membuat surat sebagaimana surat-surat Al-Quran. Kerjasama ini disepakati akan diselesaikan dalam masa satu tahun. Setelah tiba batas waktu yang telah ditentukan, secara diam-diam mereka berkumpul di kota Mekkah. Salah seorang di antara mereka, setelah menemui ayat : Dan dikatakan, “Wahai bumi, telanlah airmu, dan wahai langit berhentilah; dan air pun

ص: 19

disurutkan," berkata, “Saya tak dapat melanjutkan usaha saya lagi." Setelah orang pertama menyelesaikan pembicaraannya, yang lain berkata, "Kalau saya, setelah

sampai pada ayat ini: Maka tatkala mereka berputus asa daripada (putusan) Yusuf, mereka menyendiri sambil berunding dengan berbisik-bisik. Saya pun tak dapat melanjutkan perlawanan kita ini." Masih dalam suasana seperti itu, Imam Ja'far Al-Shadig melihat mereka, lalu membacakan ayat berikut ini kepada mereka: Katakanlah, "Sesungguh-nya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa al-Quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengannya.”

ص: 20

AKU TELAH MENJADI SEORANG MUSLIM

Tufayl bin Ammar adalah seorang penyair, yang manis tutur bahasanya dan seorang yang cerdas. Di tengah kabilahnya, dia seorang yang selalu didengar

ucapannya. Suatu hari, dia berkunjung ke kota Mak-kah. Bagi bangsa Qurays, keislaman seorang seperti Tufayl adalah masalah yang sangat besar. Oleh karena itu, para pemuka dan pemimpin bangsa Qurays mendatangi Tufayl. Mereka berkata kepada Tufayl, "Ketahuilah, orang yang sedang melakukan shalat di samping

Ka'bah itu telah merusak persatuan bangsa kami dengan agama baru yang dibawanya. Dan dengan kata-kata sihir nya, dia telah meletakkan batu perpecahan di antara kami. Kami khawatir, dia pun kelak akan membuat kabilahmu terpecah menjadi dua kelompok. Alangkah baiknya bila kau tak bicara dengannya."

Tufayl mengisahkan: Setelah mendengar ke-

ص: 21

terangan para pemuka Qurays itu, muncul di hatiku rasa takut. Karena khawatir terpengaruh oleh ucapan-ucapan penuh sihir orang itu, aku bertekad untuk tak berbicara dengannya, bahkan tak akan mendengarkan ucapan-ucapannya. Untuk mencegah pengaruh sihirnya itu, sewaktu Thawaf, aku menyumpalkan kapas ke dalam telingaku, agar tak terdengar oleh kedua telingaku untaian ayat-ayat al-Quran yang dilantunkan dan bacaan-bacaan shalat-nya.

Suatu pagi, masih dengan kedua telinga tersumpal kapas, aku memasuki masjid, tanpa sedikit pun ada keinginan untuk mendengar kata-kata orang itu. Namun tiba-tiba, itu terdengar jua oleh kedua telingaku; rangkaian kata-kata yang sangat manis dan indah. Aku benar-benar merasakan nikmat yang luar biasa ketika mendengarnya. Setelah itu, aku berkata sendiri, "Duhai Ibu, janganlah kau duduk dalam duka. Bukankah engkau seorang ahli retorika dan cerdas? Lantas, apa salahnya bila kau dengar kata-kata lelaki itu. Jika ternyata baik, maka terimalah olehmu. Sebaliknya bila itu buruk dan tidak terpuji,maka tolaklah."Kemudian, agar tak tampak oleh orang lain aku

ص: 22

bertemu dengannya, dengan sedikit bersabar aku menunggu hingga lelaki itu masuk ke rumahnya. Setelah dia masuk, aku pun meminta izin untuk masuk ke rumahnya. Di dalam, kuceritakan semua peristiwa yang kualami dari awal hingga akhir. Aku berkata, "Orang-orang Qurays telah mengatakan suatu hal yang buruk menyangkut dirimu kepadaku. Awalnya, aku tak pernah ingin bertemu denganmu hingga akhirnya untaian ayat-ayat al-Quran yang terde-ngar olehku telah menarik diriku kepadamu. Kuingin engkau menjelaskan hakikat agamamu itu dan bacakanlah sebagian dari al-Quran kepadaku."Akhirnya, Rasulullah saw menjelaskan Islam

kepadanya dan membacakan sebagian ayat-ayat al-Quran. Tufayl melanjutkan: Aku bersumpah demi Allah, tak pernah kudengar kata-kata yang lebih indah darinya dan tak ada agama yang lebih lurus dari agamanya. Aku lalu berkata kepada Rasulullah,"Aku adalah orang yang terpandang dan berpengaruh di kabilahku, karena itu aku akan berusaha keras untuk menyebarkan agamamu ini di antara mereka." Ibnu Hisyam menuturkan bahwa hingga Perang Khaibar, Tufayl berada di antara kabilahnya. Dia se-

ص: 23

lalu berusaha keras untuk menyebarkan agama Islam selama berada di antara mereka. Pada hari terjadinya Perang Khaibar, dia bersama 80 (delapan puluh) keluarga muslim lainnya bergabung dengan Rasulu- llah Saw. Dia sangat kuat memegang agamanya itu. Hingga akhirnya, sepeninggal Rasulullah saw, pada

masa pemerintahan salah seorang Khalifah Rasyidin, dalam peperangan Yamamah, dia termasuk di antara kaum muslimin yang berhasil mereguk air kesyahidan. I

ص: 24

SESUNGGUHNYA KAMILAH YANG MENJAGA AL-QURAN

Yahya bin Aksam menuturkan: Sebelum menjadi khalifah, Makmun mempunyai majlis diskusi. Suatu hari, seorang lelaki Yahudi yang berwajah tampan, beraroma tubuh yang wangi, dan berpakaian rapi memasuki majlis itu. Lalu, dengan retorika yang khas dia berbicara di majlis itu. Setelah acara berakhir dan orang-orang pun satu-persatu meninggalkan tempat, Makmun memanggilnya seraya berkata, "Pilihlah Islam dan jadilah seorang muslim, sehingga aku dapat melakukan sesuatu

untukmu." Lelaki Yahudi itu menjawab, "Agamaku adalah agama nenek-moyangku, janganlah kau memaksaku untuk meninggalkan agamaku ini." Setahun berlalu dari peristiwa itu dan lelaki Yahudi itu pun telah menjadi seorang muslim. Dia kembali mendatangi majlis itu. Di situ dia berbicara tentang masalah-masalah fikih dengan baik sekali.

ص: 25

Setelah acara, Makmun memanggil dan berkata kepadanya, “Bukankah engkau sahabat kami yang setahun lalu pernah datang kemari dan kami pernah menawarkan Islam kepadamu?" Lelaki Yahudi itu menjawab, “Ya, benar!" Dan dia melanjutkan penuturannya: Aku adalah seorang ahli menulis indah. Setahun

lalu setelah keluar dari majlis ini, aku menyalin tiga lembar dari Kitab Taurat dengan ta-nganku sendiri. Aku mengurangi dan menambahi isinya. Setelah itu, aku membawanya ke pasar untuk dijual, dan orang pun membelinya. Pada kesempatan lain, aku melakukan hal yang sama terhadap Injil. Aku salin tiga lembar darinya dengan tanganku sendiri; mengurangi dan menambahi isinya. Setelah selesai, orang-orang pun membelinya dariku. Kemudian, setelah melakukannya terhadap Injil, aku pun berniat melakukannya terhadap al-Quran. Seperti biasa, aku menyalin tiga lembar dari al-Quran, lalu mengurangi dan menambahi isinya. Selepas itu, kubawa al-Quran itu ke penjual kitab dan kutawarkan kepadanya. Akan tetapi, sebelum membelinya, terlebih dahulu dia membuka lembar demi lembar al-Quran yang kutawarkan itu, dan dia betul-betul memerhatikan

ص: 26

isinya. Setelah sampai kepada lembaran-lembaran yang kutulis, tampaklah kejanggalan di matanya, dan dia pun paham bahwa pada tiga lembaran itu telah terjadi penambahan dan pengurangan. Tiba- tiba tanpa pikir panjang, dia lemparkan al-Quran itu ke wajahku. Setelah peristiwa itu, aku menjadi yakin bahwa al-Quran adalah kitab suci yang terjaga. Tak mungkin al-Quran dikuasai oleh tangan-tangan jahil. Dari sana, aku pun memilih Islam sebagai agama baruku. Lelaki itu menambahkan kisahnya: Dalam sebuah perjalanan hajiku, aku bertemu dengan Sufyan bin Uyainah. Lalu, aku mengisahkan kembali perjalanan keislamanku itu kepadanya. Beliau berkata, 'Inti kisahmu itu sebenarnya telah diisyaratkan oleh al-Quran.' Aku bertanya kepadanya tentang ayat suci yang menjelaskan tentang itu. Beliau menjawab, "Adapun ayat suci yang berhubungan dengan kitab suci Taurat dan Injil adalah: Dikarenakan mereka diperintahkan memelihara kitab Allah Swt dan mereka memberikan saksi terhadapnya. Menurut ayat ini, penjagaan atas kitab-kitab samawi terdahulu diserahkan kepada Yahudi dan Nasrani. Akibatnya, kitab-kitab samawi

ص: 27

itu mengalami perubahan-perubahan. Sementara ayat suci yang berkenaan dengan kitab suci al-Quran adalah: Sesungguhnya Kami yang menurunkan peringatan (al-Quran) dan sesungguhnya Kami juga yang menjaganya. Berdasarkan ayat ini, tanggung jawab menjaga al-Quran ditangani langsung oleh Allah Swt. Oleh karena itu, al-Quran selalu terjaga dan terpelihara dari perubahan-perubahan.

ص: 28

KEUTAMAAN MEMPELAJARI AL-QURAN

Syaikh Thabarsi dalam kitab tafsir Majma' al-Bayan menukil sebuah riwayat yang menjelaskan bahwa pada suatu hari Rasulullah saw memerintahkan agar dipersiapkan sebuah kontingen pasukan untuk sebuah peperangan (ekspedisi). Kemudian, untuk menentukan orang yang layak menjadi pemimpin pasukan tersebut, beliau saw memanggil mereka satu-persatu. “Berapa banyak ayat al-Quran yang telah kau pelajari?" tanya Rasulullah saw. Hingga, sampailah giliran seorang

anak muda yang bahkan termuda di antara semua anggota pasukan itu. Kepadanya, Rasulullah saw bertanya, “Berapa banyak ayat al-Quran yang telah

kau pelajari?" “Wahai Rasulullah, saya telah mempelajari beberapa surat, termasuk surat al-Baqarah," jawab anak muda itu. Mendengar jawabannya, Rasulullah

ص: 29

saw memerintahkan kepada pasukan itu untuk segera berangkat, dengan anak muda itu sebagai pemimpinnya. Sebagian anggota pasukan bertanya kepada Rasulullah saw, "Bukankah dia lebih muda dari kami?" “Benar, tetapi surat al-Baqarah ada besertanya(Maksudnya, dialah pemilik kemuliaan itu dan tiada

yang memiliki itu selainnya)," jawab Rasulullah saw.

ص: 30

MEMAHAMI AL-QURAN

Seseorang menemui Imam Ja'far al-Shadiq lalu berkata kepada beliau, “Ada dua ayat dalam al-Quran dan saya telah menjalankan perintah yang termuat dalam kedua ayat itu, tetapi tidak meraih apapun setelah mengamalkannya." “Dua ayat suci mana yang kau maksud?" tanya Imam Ja'far al-Shadiq. Orang itu menjawab, "Pertama, ayat suci ini: Berdoalah kalian kepadaku, niscaya akan (ku)kabulkan untuk kalian. Adapun ayat suci yang kedua adalah: Dan apa-apa yang kau infakkan dari sesuatu, maka Dia tidak akan mengingkari janjinya, dan Dialah sebaik-baik pemberi rezeki. Aku berdoa, tetapi doaku tidak dikabulkan. Dan aku pun berinfak,

tetapi tidak mendapatkan imbalan apapun." Berkenaan dengan ayat pertama, Imam Ja'far al-Shadiq berkata, “Apakah engkau mengira Allah Swt. tidak menepati janjinya?"

ص: 31

“Tidak!" jawab orang itu. Imam al-Shadiq berkata lagi, "Kalau begitu, apa kiranya yang menyebabkan tak terkabulnya doamu?" “Saya tidak tahu," jawab orang itu. Imam al- Shadiq berkata kembali, "Oleh karena itu, aku akan menjelaskan masalah ini kepadamu. Apabila seseorang menaati perintah-perintah Allah Swt yang

berhubungan dengan doa, dan dia juga menjaga adab-adab dalam berdoa, maka doanya pasti akan dikabulkan." Orang itu bertanya kepada Imam al-Shadig, “Apa adab dan syarat-syarat berdoa itu?" "Pertama, pujilah Allah Swt dan ingatlah segala nikmat yang telah diberikan-Nya, lalu syukurilah semua itu. Kemudian, sampaikan shalawat kepada Rasulullah saw. Dan, ingatlah semua dosa-dosamu yang telah lalu, lalu mohonlah perlindungan kepada Allah Swt," jawab Imam Ja'far al-Shadiq. Adapun berkenaan dengan ayat kedua, Imam al- Shadiq bertanya kepada orang itu, “Apakah engkau mengira Allah Swt. tak menepati janji Nya?"

"Tidak!" jawab orang itu. Imam Ja'far al-Shadiq berkata lagi kepada-nya, “Kalau begitu mengapa engkau tidak mendapatkan balasan atas infak-infakmu itu?"

ص: 32

"Saya tidak tahu," jawab orang itu. Akhirnya, Imam Ja'far al-Shadiq menjelaskan hakikat persoalan itu kepadanya, seraya berkata, “Apabila seseorang mendapatkan harta yang halal darimu, lalu dia infakkan harta itu, juga pada jalan yang halal, niscaya tak akan ada satu dirham pun yang telah dia keluarkan itu, kecuali Allah Swt pasti akan membalasnya."[]

ص: 33

BERBICARA MENGGUNAKAN AYAT-AYAT AL-QURAN

Alkisah, seorang lelaki melihat seorang perempuan berada sendiri di suatu lembah. Lelaki itu lalu bertanya kepada perempuan itu, “Siapakah engkau?" Perempuan itu menjawab, “Dan ucapkanlah salam, niscaya kalian akan mengetahuinya." Dari ayat suci yang dibacanya itu, saya (lelaki itu, sang penutur-peny.) paham bahwasanya dia hendak mengatakan bahwa pertama kali saya harus mengucapkan salam, baru bertanya. Saya juga paham bahwa mengucapkan salam merupakan

kewajiban bagi seseorang bila bertemu dengan orang lain. Maka, saya pun mengucapkan salam kepadanya sekaligus bertanya, “Sedang apa kau sendirian

di lembah tandus ini?" Dia menjawab, “Barangsiapa telah diberi petunjuk oleh Allah Swt, maka tidak ada satu orang pun yang dapat menyesatkannya."

ص: 34

Dari ayat suci yang telah dibacanya itu, saya dapat memahami bahwa dia sedang tersesat dan berharap kepada Allah Swt untuk menunjuki jalan baginya. Kemudian, aku bertanya lagi kepadanya, “Apakah engkau seorang manusia atau dari kalangan jin?" Dia menjawab, "Wahai anak keturunan Adam, ambillah perhiasan kalian apabila hendak (masuk) ke masjid." Dari ayat suci yang dibacanya ini, saya memahami bahwa dia seorang manusia. Kemudian, lagi-lagi saya bertanya, “Dari mana asalmu?" Dia menjawab, “Mereka dipanggil dari tempat yang jauh." Saya paham, dia datang dari tempat yang sangat jauh. Kembali saya bertanya, “Sebenarnya, engkau hendak pergi kemana?" Dia menjawab, “Dan bagi Allah ada kewajiban atas manusia untuk menunaikan ibadah haji, bagi mereka yang mampu menunaikannya." Saya tahu, dia hendak ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji. Saya bertanya lagi, “Sudah berapa hari engkau menempuh perjalanan ini?"

ص: 35

Dia menjawab, "Sesungguhnya Kami telah menciptakan langit dan bumi dan apa-apa yang ada di antara keduanya dalam enam hari.” Dari jawabannya itu, saya mengerti bahwa sudah enam hari telah dia lewati. Kemudian, saya bertanya lagi, “Apakah engkau sudah makan?" Dia menjawab, “Dan Kami tidak menjadikan

mereka jasad yang tidak memakan makanan." Dari jawabannya ini, saya paham bahwa telah beberapa hari ini dia belum makan sesuatu. Lalu, saya berkata kepadanya, “Bersiaplah, agar aku membawamu ke kafilahku." Mendengar perkataanku itu, dia berkata, "Allah tidak akan membebani seseorang kecuali sesuai dеngаn kemampuannya". Dari perkataannya itu, saya memahami bahwa orang seperti dia tidak pernah cepat-cepat dalam perjalanannya dan tak mampu untuk itu. Saya berkata kepadanya, “Naiklah ke kudaku! Kita bersama hingga sampai ke tujuan." Perempuan itu menjawab, “Apabila di antara pada keduanya ada tuhan-tuhan selain Allah, maka keduanya akan binasa."

ص: 36

Dari ayat suci yang dibacakannya itu saya sadar bahwa bersentuhan badan antara lelaki dan perempuan, baik dalam satu kendaraan atau dalam sebuah rumah atau di sebuah tempat dapat menyebabkan kerusakan sosial. Lalu, atas dasar kesadaran itu, saya pun turun dari kendaraan dan mempersilakannya untuk mengendarai kendaraan itu sendirian. Setelah menaiki kendaraan itu, dia berkata kepada saya, “Mahasuci Zat yang telah menundukkan bagi kami (kapal) ini dan kami bukanlah orang-orang yang menyertai-Nya dalam urusan itu.” Setelah kami tiba di kafilah, saya bertanya kepadanya, “Apakah di antara kafilah itu ada orang-orang yang kau kenal?" Dia menjawab, “Tidaklah Muhammad itu kecuali hanya seorang rasul yang telah lewat sebelumnya rasul-rasul.” “Wahai Yahya ambilah kitab itu dengan

kuat.” “Wahai Musa, sesungguhnya Aku adalah Allah." "Wahai Daud, sesungguhnya Kami telah menjadikanmu khalifah di muka bumi." Dari keempat ayat suci yang telah dibacanya itu, saya tahu bahwa dia mengenal empat orang di antara kafilah itu, yang nama-namanya adalah Muhammad, Yahya, Musa, dan Daud. Keempat orang yang

ص: 37

dikenalnya itu menghampirinya. Ketika mendekat, perempuan itu membacakan ayat suci ini: Harta dan anak-anak adalah perhiasan dunia. Dari ayat itu, saya dapat memahami bahwa keempat orang itu adalah putra-putranya. Perempuan itu berkata kepada keempat orang itu, “Wahai ayahku, sewalah dia, sesungguhnya orang yang paling baik yang kau sewa adalah yang kuat lagi tepercaya." Dari ayat ini, saya mengerti bahwa dia sedang berkata kepada keempat putranya itu, “Hai putra-

putraku, berikanlah kepadanya sejumlah uang karena dia telah bersusah-payah membawaku kemari.” Mereka pun kemudian memberikan sejumlah uang (dirham dan dinar) kepadaku. Akan tetapi, perempuan itu merasa bahwa masih sedikit jumlah upah yang telah berikan kepada saya. Dia lalu berkata, “Dan Allah akan melipatgandakan ganjaran bagi orang yang Dia kehendaki." Saya mengerti, dia sedang berkata, “Tambahkan lagi upahnya itu!" Atas sikap perempuan itu, saya terheran-heran, lalu bertanya kepada putra-putranya itu, “Siapakah perempuan mulia ini; saya belum pernah menemukan orang sepertinya."

ص: 38

Mereka menjawab, “Dialah Fidhdhah, yang pernah berkhidmat kepada Sayyidah al-Zahra. Selama 20 tahun, dia tak pernah mengucapkan sepatah kata pun, kecuali dengan mengutip ayat) al-Quran.")

ص: 39

PEMBACA AL-QURAN YANG TAK BERWILAYAH

Suatu malam, Imam Ali keluar dari masjid Kufah, lalu menuju rumahnya. Kumayl (bin Ziyad, sahabat beliau) pun ikut bersamanya. Ketika mereka berdua melewati sebuah rumah, terdengarlah dari dalamnya suara orang yang sedang melantunkan ayat-ayat suci al-Quran. Sang empunya rumah ternyata sedang melantunkan ayat suci berikut ini, yang artinya: Apakah orang yang sedang khusyuk di saat berdiri dan sujud di pertengahan malam dan dia takut akan azab akhirat dan berharap rahmat Allah Swt (sama dengan orang yang melewati malamnya dalam kekufuran dan kemaksiatan) ?'"(al-Zumar: 9)

Suara yang menyentuh hati dan memilukan itu memengaruhi diri Kumayl dan menarik perhatiannya, sehingga dia pun terbuai olehnya. Namun, tak sepatah kata pun yang terlontar darinya;

ص: 40

dia menyembunyikan keadaan batinya itu. Kendati demikian, Imam Ali dengan ilmu batin dan pandangan langitya, memahami kondisi hati Kumayl yang terbuai oleh suara lelaki itu. Imam Ali berkata, "Hai Kumayl, janganlah suara rintihan munajat lelaki itu dapat menipumu, karena dia termasuk ahli neraka. Dan aku, sesungguhnya, (dengan) sangat cepat (akan) menyingkapkan masalah ini untukmu." Penyingkapan batin dan kabar bahwa pembaca al-Quran itu termasuk ahli neraka, sangat mengejutkan Kumayi. Selang beberapa waktu setelah peristiwa ini, muncullah kelompok yang bernama Khawarij. Mereka ini, meski terkenal sebagai orang-orang yang suka menghafal al-Quran dan sangat berhati-hati sekali dalam hal lafaz (pengucapan) dan ibarat tanpa penambahan dan pengurangan, adalah

orang-orang yang menentang dan memerangi imam (pemimpin) mereka (yakni, Imam Ali). Dan Imam sendiri suatu ketika terpaksa memerangi mereka. Dalam kondisi dan suasana seperti itu, dengan berdiri tegak di medan peperangan dan dengan pedang di tangan yang bercucuran darah serta meletakkan kepala mereka di tanah, Imam mengisyaratkan sebuah rahasia dengan pedangnya itu, lalu berkata

ص: 41

kepada Kumayl yang sedang berdiri di hadapannya, “Apakah orang yang sedang khusyuk di pertengahan malam..." Makna kalimat itu adalah, "Wahai Kumayı,

ingatkah engkau ketika di suatu malam engkau bersamaku, kemudian kita mendengar suara lantunan al-Quran dari sebuah rumah. Penghuni rumah itu sedang membaca ayat suci yang kubacakan ini. Sekarang, inilah dia lelaki yang di tengah malam itu membaca ayat suci itu, yang telah menarik perhatianmu."]]

ص: 42

SEORANG PEREMPUAN YANG SELALU MEMBACA BISMILLAH

Dalam kitab Tuhfatul Ikhwan dinukilkan: Tersebutlah seorang lelaki munafik yang memiliki seorang istri beriman, yang selalu memulai se-gala urusannya dengan membaca basmalah. Karena kebiasaan ini dan karena begitu kuatnya keyakinan kepada apa yang dibacanya itu, sang suami menjadi sangat marah. Namun, dia telah kehabisan cara untuk melarang sang istri dari kebiasaannya itu. Pada suatu hari, suami munafik itu menyerahkan sekarung kecil yang berisi gandum kepada istrinya, seraya berkata, "Simpanlah ini!" Sang istri lalu mengambil karung itu sambil mengucapkan basmalah. Kemudian, dia membungkusnya dengan sepotong kain; lagi-lagi dengan mengucapkan basmalah. Lantas, dia menyimpan itu di tempat tersembunyi, juga dengan mengucapkan basmalah. Esok harinya, secara diam-diam sang suami

ص: 43

mengambil karung gandum itu lalu membuangnya ke laut, dengan harapan, dapat menghapus keyakinan isterinya dan membuatnya putus asa. Setelah melakukan

itu, dia kembali ke tokonya. Saat hari menjelang siang, datanglah seorang pemancing membawa dua ekor ikan untuk dijual. Orang munafik itu akhirnya membeli dua ikan tersebut dan membawanya ke rumah untuk dimasak sang istri untuk makan malam mereka. Ketika membelah salah satu di antara dua ikan itu, sang istri melihat sekarung gandum dalam perut ikan itu. Sambil membaca basmalah, dia mengambilnya, lalu meletakkannya di tempat semula. Ketika malam tiba dan sang suami kembali ke rumah, perempuan itu menghidangkan dua ekor ikan yang telah dimasaknya. Sang suami pun memakannya. Ketika itu, sang suami berkata kepadanya, "Bawalah kemari sekarung gandum yang telah kutitipkan pada mu."

Sang istri lalu bangkit dari duduknya. Sambil membaca basmalah, dia meletakkan sekarung gandum itu di hadapan suaminya. Setelah menyaksikan sekarung

gandum itu, sang suami munafik mendadak kaget lalu bersujud. Di akhir cerita disebutkan bahwa sang suami kemudian menjadi orang yang beriman. ()

ص: 44

TITIK YANG TAKKAN BERPINDAH TEMPAT

Dalam al-Quran, Allah Swt berfirman: Maka keduanya berjalan, hingga tatakala keduanya sampai kepada penduduk suatu negeri, mereka minta dijamu kepada penduduk negeri itu, tetapi penduduk negeri itu tidak mau menjamu mereka. Rasullulah saw menjelaskan,"Penduduk negeri itu adalah orang-orang yang celaka karena tidak mau menerima dua orang nabi yang mulia sebagai tamunya." Disebutkan dalam sejarah bahwa negeri itu bernama Inthakiyah (Anthiokia). Ketika mendengar ayat suci itu turun, penduduk negeri itu menghadap Rasulullah saw sambil membawa sekarung emas, lalu berkata, "Wahai Rasulullah, kami akan menyerahkan sekarung emas ini kepada Anda apabila Anda mau menukar huruf ba dengan ta." (Artinya cuma satu) maksudnya, “Ambilah emas-

ص: 45

emas ini sebagai imbalan apabila Anda menghapus titik pada kata (..), dan sebagai gantinya Anda meletakkan dua titik di atasnya hingga menjadi (os. Sehingga, makna ayat suci itu menjadi seperti ini: penduduk negeri itu menyambut kedatangan kedua nabi yang mulia itu untuk dipersilakan sebagai tamu mereka. Dengan begitu, sebutan sebagai orang-orang yang tak tahu malu tak akan kami sandang lagi." Rasulullah saw tak menyetujui keinginan mereka itu dan bersabda, “Perubahan titik ini akan menyebabkan adanya kebohongan pada firman Tuhan dan akhirnya akan merendahkan macam ketuhanan."0

ص: 46

PENGARUH AL-QURAN PADA DIRI SEORANG PEREMPUAN BERKEBANGSAAN YUGOSLAVIA

Sayyid Quthub, dalam kitab tafsirnya mengisahkan: Suatu hari, kami berenam dengan menggunakan kapal Mesir berkunjung ke New York. Penumpang kapal itu sekitar 120 orang, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Akan tetapi, dari semua penumpang itu hanya kami saja yang muslim. Ketika hari Jumat tiba, terpikir oleh kami untuk menunaikan Shalat Jumat di atas kapal. Kami berniat tidak hanya melakukan Shalat Jumat, bahkan kami ingin menunjukkan semangat keislaman dengan

menegakkan syiar-syiar Islam sebagai bentuk perlawanan terhadap usaha kristenisasi yang dilakukan oleh seorang Nasrani di kapal itu. Secara khusus, juga dikarenakan dia pun berusaha mengristenkan kami.

ص: 47

Nahkoda kapal, yang berkebangsaan Inggris, menyetujui keinginan kami itu. Bahkan dia memberikan izin kepada awak kapal, yang seluruhnya orang-orang muslim berkebangsaan Afrika, untuk ikut serta bersama kami menunaikan ibadah Shalat Jumat. Mereka sangat senang dengan kesempatan ini, karena Shalat Jumat ini adalah yang pertama dilaksanakan di kapal itu. Ketika saya sedang menyampaikan khutbah Shalat Jumat, terjadi sebuah fenomena yang menarik sekali. Yaitu, para penumpang yang tidak beragama Islam itu sedang mengelilingi kami dan dengan sangat serius memperhatikan pelaksanaan salah satu kewajiban dalam Islam itu. Tatkala pelaksanaan Shalat Jumat usai, sejumlah besar di antara mereka mendatangi kami. Kedatangan mereka itu adalah untuk mengucapkan selamat kepada kami, atas keberhasilan ini. Dan di antara mereka ada seorang wanita yang belakangan kami tahu bahwa dia adalah seorang Nasrani berkebangsaan Yugoslavia

dan termasuk orang yang melarikan diri dari Diktator (Yoseph Broz) Tito dan paham komunisnya. Wanita itu sangat terpengaruh oleh shalat yang kami lakukan itu. Bahkan air matanya mengalir

ص: 48

dari kedua matanya dan dia benar-benar tak sanggup mengontrol diri. Dengan Bahasa Inggris sebisanya dan dengan pengaruh luar biasa pada dirinya serta dengan kekhusyukan yang khas, dia mencoba mengungkapkan perasaannya itu. Kami berkata kepadanya, "Bukankah kami menyampaikan khutbah dengan Bahasa Arab?"

Akan tetapi, dia berkata, "Walaupun saya tak paham satu kata pun dari apa yang telah Anda sampaikan, namun saya merasakan dengan sangat jelas bahwa kalimat-kalimat itu memiliki irama yang sa-ngat menakjubkan. Ya, ada yang lebih penting dari itu dan sangat luar biasa menarik perhatianku. Sesuatu itu ada di tengah-tengah khutbah Anda, yang sangat berbeda dengan yang lain. Sesuatu itu memiliki irama yang sangat luar biasa, lebih berpengaruh, dan lebih dalam. Sedemikian bergetar tubuh saya, sehingga saya yakin sekali bahwa kata-kata yang satu ini berbeda dengan yang lain. Bahkan saya berpikir bahwa ketika Anda sedang mengucapkan kata-kata itu, diri Anda sedang beroleh suatu kekuatan dari Ruh Kudus.' Setelah sedikit berpikir, akhirnya saya paham bahwa kata-kata itu adalah ayat-ayat al-Quran, yang

ص: 49

saya ucapkan di tengah-tengah khutbah saya. Peristiwa ini membuat kami bergetar dan menyadari satu poin penting bahwa irama khas al-Quran begitu berpengaruh, sehingga seorang wanita pun, walau tak memahami satu makna pun dari ayat-ayat itu, terpengaruh juga olehnya. []

ص: 50

ORANG SOMBONG DALAM AL-QURAN

Alkisah, tersebutlah Mirza Wahid, seorang penyair ternama, mentri kerajaan, dan pemilik harta yang berlimpah. Bahkan Tuhan pun mengaruniakan anak yang banyak kepadanya. Karena kedekatannya dengan raja, dia pun menjadi terpandang dan memiliki kewibawaan tersendiri di mata masyarakatnya. Akan tetapi, dia selalu melontarkan pernyataan-pernyataan yang melawan al-Quran dan tak beretika ketika berbicara tentang al-Quran. Suatu hari, di sebuah majlis di mana para

ulama, cendekiawan, dan pelajar berkumpul, Mirza Wahid berkata, “Allah Swt berfirman dalam al-Quran: Tiada sesuatu yang kering dan yang basah kecuali

tertulis pada kitab al-Quran. Dan saya pun salah satu dari yang basah dan kering. Akan tetapi, saya tidak mendapati nama saya di ayat mana pun dalam al-Quran."

ص: 51

Tak seorang pun di antara yang hadir mampu menjawab pertanyaan itu. Akhirnya, salah seorang dari kalangan terpelajar mencobauntukmenjawabnya. Pelajar itu berkata, “Tuan Mirza, mengapa Anda menyangka nama Anda tak disebutkan dalam al-Quran, padahal ada beberapa ayat yang diturunkan khusus berkenaan dengan Anda. Apabila Anda memberi kesempatan, saya akan membacakan ayat-ayat suci itu." “Bacakanlah!" kata Mirza Wahid. Pelajar itu berkata (membacakan ayat): Biarkanlah Aku bertindak terhadap orang yang Aku telah menciptakannya sendirian. Dan Aku jadikan baginya harta-benda yang banyak, dan anak-anak yang selalu bersamanya dan Aku lapangkan baginya (rezeki dan kekuasaan) dengan selapang-lapangnya, kemudian dia ingin sekali supaya Aku menambahnya. Sekali-kali tidak akan Aku tambahkan, karena sesungguhnya dia menentang ayat-ayat Kami (al-Quran). Aku akan membebaninya de-ngan pendakian yang memayahkan. Sesungguhnya dia telah memikirkan dan menetapkan, maka celakalah dia. Bagaimanakah dia menetapkan kemudian diamemikirkan sesudah itu dia bermasam muka dan

ص: 52

merengut, kemudian dia berpaling dari kebenaran dan menyombongkan diri sambil berkata, “Al-Quran ini tak lain hanyalah sihir yang dipelajari dari orang-orang terdahulu, ini tidak lain hanyalah perkataan manusia.” Aku akan memasukkannya ke dalam neraka Saqar. Tahukah engkau apa neraka Saqar itu? Saqor itu tidak meninggalkan dan tidak membiarkan (yakni apa-apa yang dilemparkan ke dalamnya, akan diazab sampai binasa, kemudian dikembalikannya seperti semula untuk diazab kembali). Neraka Saqar adalah pembakar kulit manusia, di atasnya ada sembilan belas malaikat penjaga.(al-Muddatsir: 11-30)

Selanjutnya dikisahkan bahwa Mirza Wahid yang hanya fokus pada kata-kata dalam ayat tersebut tanpa memperhatikan maknanya, sewaktu mendengar kata “wahid" disebutkan dalam ayat itu, tiba-tiba gemetar; wajahnya memucat dan mengalami panas tinggi. Setelah selama tiga hari berada dalam kondisi itu, kematian akhirnya menjemputnya. []

ص: 53

PENGAKUAN QURAISY ATAS KEHEBATAN PENJELASAN AL-QURAN

Utbah bin Rabi' adalah salah seorang pemuka bangsa Quraisy. Suatu hari, dia melihat kegelisahan dan kekecewaan yang terpancar pada setiap pertemuan para pemuka Quraisy. Bahkan rasa takut pun muncul pada mereka; kalau-kalau Islam akan menyebar semakin luas sebagai akibat telah masuknya Hamzah ke dalam pelukan Islam. Di hadapan mereka, Utbah berkata, “Saya akan mendatangi Muhammad, lalu saya akan menyodorkan beberapa tawaran kepadanya. Mudah-mudahan dia menerima salah satu di antara tawaran-tawaran itu, dan sebagai gantinya dia harus menghentikan penyebaran agama barunya itu." Para pemuka Quraisy sangat menyetujui usulan itu. Kemudian, Utbah bin Rabi' bangkit dari duduknya dan segera menuju Rasulullah saw yang sedang duduk di dalam Masjid. Setelah berhadapan dengan

ص: 54

dengan beliau, dia pun mulai melontarkan tawaran- tawarannya itu, yang di antaranya adalah bahwa para pemuka Quraisy akan menjadikan beliau orang nomor

satu di kalangan bangsa Quraisy dan menyerahkan harta yang berlimpah kepada beliau, dengan syarat beliau menghentikan ajakan untuk memeluk agama barunya itu. Setelah Utbah mengakhiri kata-katanya, Rasulullah saw bersabda, "Apakah telah selesai apa-apa yang ingin kau sampaikan ?" 'Ya!' jawab Utbah.

Rasulullah saw bersabda, “Dengarkan ayat-ayat suci ini, niscaya engkau akan mendapatkan jawaban dari semua tawaran-tawaranmu itu: Dengan nama Allah yang Mahakasih lagi Mahasayang. Haa mim. Diturunkannya (al-Quran ini) dari Zat yang Mahakasih lagi Mahasayang, yang dijelaskan ayat- ayatnya dengan berbahasa Arab bagi orang-orang yang mengetahui. Sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan, akan tetapi kebanyakan dari mereka berpaling dan tidak mau mendengarkannya." Ketika sampai pada ayat ke-37, Rasulullah saw pun bersujud. Setelah bangun dari sujud, beliau menghadapkan wajahnya yang suci ke arah Utbah seraya bersabda, "Hai ayah Walid, apakah engkau mendengar ayat Allah Swt itu?"

ص: 55

Selama ayat-ayat suci itu dibacakan, Utbah tak bergerak; perhatiannya terpusat secara penuh kepada ayat-ayat itu. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, dia meninggalkan Rasulullah saw dan menuju para pemuka Quraisy. Sebagian pemuka Quraisy berkata, "Demi Allah, keadaan dan raut-muka ayah Walid sungguh telah berubah, tak sebagaimana ketika mendatangi Muhammad." Dengan keadaannya itu, Utbah lalu duduk di antara pemuka Quraisy. Kemudian, mereka berkata

kepadanya, "Wahai ayah Walid, apa yang telah kau saksikan sehingga membuatmu kebingungan seperti ini?" Utbah menjawab, “Demi Allah, aku belum pernah

mendengar dari seseorang kata-kata sebagai-mana yang telah kudengar dari Muhammad. Demi Allah, apa yang diucapkannya itu bukanlah syair, juga bukan

sihir dan tenung. Wahai bangsa Quraisy, lebih baik kalian biarkan saja Muhammad menyebarkan agama barunya itu di tengah-tengah kabilah ini. Apabila dia

berhasil dan dapat meraih kekuasaan, maka itu pun merupakan kebanggaan buat kalian juga, dan kalian dapat mengambil manfaat-manfaat darinya. Namun

apabila dia mengalami kegagalan dan kekalahan

ص: 56

dan kekalahan hingga orang-orang dapat membunuhnya, kalian akan beroleh ketenangan.' Para pemuka Quraisy itu, dengan terheran-heran, berkata, "Hai ayah Walid, sungguh kata-kata Muhammad itu telah menyihirmu.' Utbah menjawab, "Itu pendapatku, tetapi keputusan kalian tetap terserah kalian."[]

ص: 57

PEMBACA YANG BODOH

Abu Said al-Khudri, salah seorang sahabat terkenal Rasulullah saw, pernah menuturkan: Suatu hari, Abu Bakar menghadap Rasulullah saw, dan berkata, “Saya melewati sebuah gurun yang tandus. Di sana, saya melihat seorang lelaki menawan yang sedang shalat dengan penuh khusyuk.” Rasulullah saw berkata kepada Abu Bakar, "Datangilah orang itu lalu bunuhlah dia!" Abu Bakar kemudian pergi menuju orang itu. Namun sesampainya di sana, Abu Bakar melihat orang itu masih dengan ibadahnya, sehingga dia pun mengurungkan niatnya dan kembali. Rasulullah saw berkata kepada Umar, "Datangilah orang itu lalu bunuhlah dia!"

Umar pun pergi. Namun ketika melihat orang itu sedang tenggelam dalam ibadahnya, dia mengurungkan niatnya dan kembali kepada Rasulullah saw. Kepada Rasulullah saw dia berkata,

ص: 58

"Wahai Rasulullah, di sana saya melihat seseorang yang sedang beribadah dengan penuh khusyuk, sehingga sava tidak dapat membunuhnya." Rasulullah saw berkata kepada Ali, "Pergi lalu bunuhlah dia!" Kemudian, dengan pedang terhunus, Ali mendatangi orang itu. Dia telah bertekad bulat; siapapun yang ditemui di situ, perintah Rasulullah saw akan dilaksanakan kepadanya. Akan tetapi, orang itu telah meninggalkan tempatnya. Kemudian, tanpa hasil Imam Ali pulang menemui Rasulullah saw dan memaparkan apa yang telah disaksikannya itu kepada Rasulullah saw, "Wahai Rasulullah, setelah sampai di tempat yang dituju, saya tidak menemukan siapapun di sana."Kemudian, Rasullullah saw menjelaskan apa yang telah diperintahkannya seraya berkata, "Orang itu berikut para pengikutnya adalah orang-orang yang suka membaca al-Quran, akan tetapi hanya sampai di tenggorokannya saja. Bagaikan sebuah anak panah yang meluncur sangat cepat dari busurnya, begitulah mereka akan keluar dari agama-nya. Bunuhlah mereka, karena mereka adalalı seburuk-buruk dan sekotor-kotornya sesuatu yang ada."

ص: 59

Dalam sejarah disebutkan bahwa orang itu bernama Dzul Khuwaishrah al-Tamimi, pendiri kelompok Khawarij. Dalam Perang Nahrawan, dia tewas di tangan pasukan Imam Ali. Disebutkan juga, dia bergelar Dzul Tsudiyah, karena di dadanya terdapat daging yang menyerupai payudara. Sewaktu mendengar tewasnya pendiri Khawarij itu, Imam Ali mengucapkan takbir, kemudian turun dari kudanya dan melakukan sujud syukur. []

ص: 60

SEORANG PEMUDA YANG TAKUT KEPADA TUHAN DAN AYAT TENTANG AZAB

Imam Ja'far al-Shadiq berkata: Suatu hari, Salman al-Farisy melewati sebuah pasar pandai besi. Di situ, dia melihat seorang pemuda yang berteriak dengan keras, sehingga orang-orang yang berada sangat jauh pun datang menghampirinya. Setelah berteriak, pemuda itu jatuh ke tanah dan tak sadarkan diri. Orang-orang itu, ketika melihat Salman al-Farisi, datang menghampirinya dan berkata, “Sepertinya pemuda ini gila, atau dia hanya pingsan saja."Kemudian, Salman al-Farisy berkata kepada mereka, "Datanglah ke sisinya dan berdoalah kepada Allah Swt, semoga Dia menyelamatkannya." Pemuda itu, ketika tahu bahwa Salman al-Farisi

berada di dekatnya, sedikit merasakan ketenangan.

ص: 61

Lalu, dia membuka kedua bola matanya dan berkata, “Saya tidak gila, tidak juga pingsan. Namun, ketika melewati pasar ini, saya melihat besi-besi itu diletakkan di landasan, kemudian mereka memukul-mukulnya. Akhirnya, saya ingat akan ayat suci al-Quran ini: Maka orang-orang kafir akan dibuatkan untuk mereka pakaian. Pakaian dari api neraka. Disiramkan air yang sedang mendidih ke atas kepala mereka. Dengan air itu dihancurluluhkan segala yang ada dalam perut mereka dan juga kulit mereka. Dan bagi mereka cambuk-cambuk dari besi. (al-Hajj: 19-21) Teringat akan ayat inilah yang menyebabkan saya mengalami keadaan seperti ini."

Akhirnya, tumbuhlah rasa kasih-sayang Salman kepada pemuda mukminin tersebut. Selanjutnya, Salman memilih pemuda itu sebagai salah seorang sahabatnya. Persahabatan keduanya begitu abadi dan erat, hingga datanglah suatu hari di Mina. Salman mendengar bahwa sahabatnya itu jatuh sakit. Salman datang menegoknya. Ketika berada di sisi-nya, Salman mengatakan sesuatu yang ditujukan kepada malaikat pencabut nyawa, “Bersikaplah penuh kasih sayang kepada saudaraku ini!" Usai Salman mengucapkan kata-kata itu, tiba-

ص: 62

tiba terdengar olehnya sebuah suara, sebagai jawaban dari keinginannya itu: Wahai hamba Allah Swt (Salman), saya adalah teman dan selalu menyayangi orang-orang yang beriman. []

ص: 63

TENTRAM BERSAMA AL-QURAN

Saya (penulis) telah mendengar kisah dari seorang yang dipenuhi keutamaan, Tuan Ali Ogo' (Irakci Hamadani), yang menuturkan: Pada bulan Muharram 1342 H, ketika saya sedang berceramah di Kabutar Ohang, di kota Hamadan, revolusi yang dipimpin seorang pemimpin yang jarang tandingannya, Imam Khomeini ra, mulai

meletus di kota Qum. Melalui siaran radio, kami mendengar berita tentang tertang-kapnya Imam Khomeini ra.

Setelah mendengar berita itu, muncullah rasa kecewa dan khawatir dalam diri kami. Saya berpikir, bagaimanakah akhir cerita revolusi ini, juga bagaimana kelak nasib bangsa dan negara ini, khususnya nasib Imam Khomeini setelah tertangkap. Dalam kondisi negeri yang tak menentu ini, ditambah dengan tertangkapnya Imam Khomeini oleh kaki tangan penguasa, tiba-tiba terlintas dalam

ص: 64

pikiran saya keinginan untuk ber-tafaul dengan al-Quran untuk mengetahui bagaimana akhir perjalanan revolusi ini. Maka, saya pun mengambil al-Quran. Sambil

menghadapkan diri kepada Allah yang Mahatinggi dan berharap agar Dia memberitahukan kepada saya akan nasib dan akhir revolusi ini, saya membuka al-Quran. Dan, tampaklah di awal halaman, sebuah ayat suci berikut ini: Katakanlah, “Telah datang kebenaran dan akan lenyap kebatilan, sesungguhnya kebatilan itu pasti akan lenyap. "(al-Isra': 81) Dari hasil tafaul yang sangat baik itu, saya akhirnya beroleh ketentraman. Saya pun yakin bahwasanya Imam akan bebas. Dan sampailah pada suatu hari, karena tekanan-tekanan masyarakat ibu kota Teheran, dengan terpaksa akhirnya penguasa membebaskan Imam Khomeini ra. Namun, untuk kedua kalinya, penguasa kembali menagkap Imam Khomeini ra. Pada kesempatan ini, mereka tidak hanya memenjarakan Imam, tetapi juga mengasingkan beliau ke Turki. Akhirnya, saya pun kembali mengalami kekecewaan dan merasa khawatir. Saya kembali mengambil al-Quran untuk ber-

ص: 65

tafaul dengannya, karena ingin mengetahui nasib Imam setelah diasingkan dan dampaknya di dalam negeri. (Perlu diketahui, al-Quran yang digunakan pada waktu itu bukanlah al-Quran yang digunakan di Kabutar Ohang, tafaul yang pertama). Pada saat saya membuka al-Quran, maka tam-paklah kembali ayat suci itu pada halaman pertamanya: Katakanlah, "Telah datang kebenaran dan akan lenyap kebatilan, sesungguhnya kebatilan itu pasti akan lenyap.“ Hati saya pun tentram,

karena saya tahu bahwa untuk kali ini pun Imam akan bebas. Sampailah suatu hari di mana terdengar khabar bahwa Imam telah dipindahkan ke Najaf (Irak),

setelah beberapa lama tinggal di Turki. Selang beberapa waktu kemudian, mereka membawa Imam ke Paris. Peristiwa ini membuat umat Islam sangat kecewa. Lagi-lagi, untuk kali ini pun, saya teringat pada al-Quran. Saya tetap ingin ber-tafaul dengannya hingga diketahui nasib Imam saat itu dan bagaimanakesudahannya. Saya lalu membuka al-Quran. Sangat ajaib; ternyata yang tampak tetap ayat tersebut!

ص: 66

MUKJIZAT SURAT AL-FATIHAH

Dalam kitab Jamiun Nuraini, Wa'izh Sabzawari menulis sebuah kisah bahwa salah seorang sahabat Imam Ali yang tangannya terputus mendatangi beliau. Imam Ali kemudian mengambil bagian tangannya itu. Secara perlahan, beliau membacakan sesuatu hingga pulih. Sahabat Imam itu pun merasa senang, kemudian pamit dan pergi. Akan tetapi, di hari lain, dia bertanya kepada Imam Ali, “Apa yang telah Anda bacakan waktu itu, sehingga tangan saya yang terputus normal kembali."

Imam Ali menjawab, "Saya membaca surat al- Fatihah."Sambil memandang rendah, lelaki itu berkata, "Anda hanya membacakan al-Fatihah?" Usai mengucapkan kata-kata itu, tiba-tiba tangannya kembali putus dan terus dalam keadaan seperti itu!

ص: 67

NAZHAR AL-QURAN

Aminul Salam Fadhl bin Hasan Thabarsi adalah penulis kitab tafsir yang terkenal, Majma' al-Bayan. Beliau tinggal di Kota Sabzawar. Pada tahun 548 Hijriyah, atau menurut pendapat lain 542 H, beliau wafat. Makam beliau berada di kota Masyhad, persis berhadapan dengan jalan raya yang bernama "Thabarsi”. Masyhur bahwa makam beliau pernah mengalami kerusakan berat, beberapa tahun sebelum bangunan di sekeliling makam suci Imam Ali al-Ridha dipagari. Saat itu, beberapa orang menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri bahwa tubuh sucinya masih basah, segar, dan tampak baru, meski telah berumur 8,5 (delapan setengah) abad sejak beliau wafat. Ada sebuah hikayat (cerita) berkenan dengan Almarhum Thabarsi ini.Alkisah, pada suatu hari, beliau menderita penyakit ayan yang sangat berat, sehingga tidak bisa menggerakkan tubuhnya, kemudian tersungkur ke tanah. Kerabatnya dan

ص: 68

orang-orang yang hadir saaat itu menyangka bahwa beliau telah wafat. (Pada masa itu, khususnya di Sabzawar, alat-alat kedokteran belumlah lengkap dan tak secanggih sekarang ini). Mereka kemudian memandikan, mengafani, dan akhirnya menguburkannya. Setelah selesai melakukan tasyyi jenazah seperti biasa, mereka kembali ke rumah masing-masing. Almarhum Thabarsi tiba-tiba kembali sadar dari pingsannya, tetapi menyadari bahwa dirinya telah terkubur dalam tanah. Melihat keadaan dirinya seperti itu, beliau memohon bagi keselamatan dirinya kepada Allha Swt. Tak cukup berdoa, beliau pun bernazar bahwa apabila dapat keluar dari ruang sempit nan gelap itu (kubur) dan kembali beroleh keselamatan, beliau akan menyusun sebuah kitab tafsir al-Quran.

Tanpa dinyana, seorang lelaki pencuri kain kafan jenazah yang sudah dikubur berniat mencuri kain kafan beliau. Dia mulai menggali, merusak makam, dan mencabut batu nisan. Ketika membuka ikatan-ikatan kain kafannya, beliau memegang tangan pencuri itu. Alangkah kaget dan takutnya sang pencuri. Beliau lantas berbicara kepada laki-laki itu. Si pencuri bukan hanya tak menjawab, bahkan ketakutannya

ص: 69

nya semakin bertambah. Akhirnya, dengan serius beliau coba menjelaskan apa yang telah terjadi pada dirinya. Beliau berkata, “Janganlah takut!" Setelah percaya, si pencuri kain kafan itu membopong beliau kembali ke rumah. Sebagai ungkapan tanda terima kasih, beliau lalu memberikan kain kafan itu kepada si pencuri. Bahkan sejumlah uang pun beliau berikan. Akhirnya, berkat nasihat beliau, si pencuri pun menyadari kekeliruannya selama ini. Kemudian, beliau ingin menunaikan

nazarnya itu. Maka beliau pun menulis kitab tafsir yang sangat berharga, dalam sepuluh jilid, yang terkenal dengan nama tafsir Majma al-Bayan. []

ص: 70

AL-QURAN DAN PECINTANYA

Salah seorang penulis kontemporer telah menulis sebuah cerita bahwa Baba Kazhim (salah seorang pengikut setia Nawwab Shafawi) adalah warga Irak dan selalu menaati perintah-perintah Tuhan. Satu-satunya persoalan yang membuat lelaki yang periang ini menjadi gelisah adalah bahwa dia tak pandai membaca dan menulis. Khususnya, saat al-Quran dibacakan. Karena kekurangannya itu, pikirannya semakin tersiksa saja. Sebenarnya dia adalah seorang yang sangat

mencintai al-Quran dan sangat ingin dapat membaca al-Quran sebagaimana orang lain. Kendati demikian, dia selalu menaati nasihat-nasihat al-Quran yang

dipahaminya melalui para ulama. Perbuatan dan akhlaknya adalah akhlak al-Quran. Dan dalam urusan-urusan muamalah dan makan-minum, dia selalu menjaga kriteria halal-haramnya. Suatu malam, dia bermimpi bertemu dengan

ص: 71

Rasulullah saw. Dalam mimpinya itu, Rasulullah saw berkata kepadanya, “Wahai Baba, bacalah al-Quran!" Dia menjawab, "Saya tidak dapat membaca al-Quran."

Beliau kembali bersabda kepadanya, “Engkau mampu!" Akhirnya, dia pun dapat membaca beberapa ayat di hadapan pemimpin besar Islam (Rasulullah saw).

Lantaran dorongan perasaan yang sangat kuat dalam dirinya, dia pun terbangun dari tidurnya. Kemudian, dia merasakan bahwa seluruh al-Quran terilhamkan

ke dalam dirinya. Esok harinya, Baba Kazhim mendatangi Nawwab Shafawi, lalu menceritakan apa yang dialami dalam mimpinya semalam. Mendengar penjelasan-

nya itu, Nawwab Shafawi mengujinya dan melihat bahwa mimpinya itu benar adanya.

Benar, Baba Kazhim tidak hanya mampu membaca dengan hafalannya, bahkan mampu membedakan antara ayat-ayat al-Quran dan kata-kata Bahasa Arab lainnya. Juga, mampu menyebutkan juz sebuah ayat dan nama suratnya. Adakalanya, orang-orang menguji kemampuan Baba Kazhim dengan meletakkan kitab Mafatih al-Ji-

ص: 72

nan di hadapannya, lalu bertanya, “Bagian ini terdapat di surat apa dalam al-Quran?" Sambil meletakkan ujung jari-telunjuknya ke kata-kata itu, dia berkata,

"Semua ini bukanlah ayat-ayat al-Quran." Pada kesempatan lain, mereka bertanya seperti ini, "Ayat suci ini terdapat di surat apa?" Baba Kazhim menjawab pertanyaan tersebut dengan membuka al-Quran. Setelah menemukannya, dengan isyarat telunjuknya dia memperlihatkan surat dari ayat tersebut kepada mereka.

ص: 73

KETAKUTAN MUAWIYAH KEPADA AL-QURAN

Suatu ketika, setelah menunaikan ibadah haji, selama beberapa hari Muawiyah tinggal di Madinah. Suatu hari, ketika melewati salah satu gang di Madinah, dia melihat sekelompok orang-orang Quraisy yang sedang duduk-duduk. Tatkala melihat Muawiyah, mereka berdiri untuk menghormatinya. Kecuali Ibnu Abbas, yang sepertinya tak mau tahu siapa yang sedang lewat. Dia sama sekali tak bergerak dari tempatnya. Melihat ini, Muawiyah merasa sangat kesal. Lalu, dia berkata kepada Ibnu Abbas, "Hai Ibnu Abbas, kenapa kau tak berdiri, padahal teman-temanmu semuanya berdiri. Aku yakin, sebabnya adalah kekesalan dan kebencianmu padaku yang dimulai sejak peperangan yang terjadi antara aku dan kalian pada Hari Shiffin. Hai Ibnu Abbas, ketahuilah bahwa anak pamanku, yakni Utsman, telah terbunuh secara aniaya."

ص: 74

Ibnu Abbas lalu menjawab, "Bukankah Umar pun terbunuh secara aniaya?" (Yakni, apabila engkau ingin membela orang-orang yang teraniaya, bukankah dalam pandanganmu pun Umar terbunuh secara aniaya, tetapi mengapa engkau tidak pernah menyebut-nyebut namanya?) Oleh karena itu, mengapa kekhalifahan ini tidak kau serahkan saja kepada keturunannya?" Muawiyah berkata, "Akan tetapi, yang membunuh Umar adalah orang musyrik.” "Lalu, siapa yang membunuh Utsman?" tanya Ibnu Abbas. Muawiyah berkata, "Orang-orang Islam sendiri yang membunuhnya." Ibnu Abbas berkata, "Itulah yang paling banyak 'merusak argumentasimu dan mendatangkan kerugianmu sendiri serta yang menyebabkan halalnya darah Utsman. Apabila orang-orang Islam itu sendiri yang membunuh dan menghinakannya, tentu perlakuan mereka itu pada tempatnya dan benar!" Muawiyah berkata, "Kami telah menulis surat dan menyebarkannya ke seluruh penjuru. Isinya adalah bahwa kami melarang orang-orang untuk menyebut-nyebut keutamaan Ali dan keluarganya. Oleh karena itu, hai Ibnu Abbas, perhatikan mulutmu

dan jagalah dirimu!"

ص: 75

“Maknanya, engkau menjauhkan kami dari al-Quran?" tanya Ibnu Abbas. Muawiyah menukas, “Bukan!" Ibnu Abbas kembali bertanya, “Atau mungkin engkau melarang kami menjelaskan tentang maksud al-Quran?" “Ya!" jawab Muawiyah. Ibnu Abbas berkata, "Perkataanmu itu sama saja dengan mengatakan hendaknya kami hanya membaca al-Quran tetapi tak memedulikan apa yang dimaksud Allah Swt dengan ayat-ayat suci itu. Atau, berkenaan dengan maksud ayat-ayat itu kami tak boleh berbicara apa-apa."Muawiyah menyergah, "Ya!" Ibnu Abbas kembali bertanya, "Menurutmu, manakah yang lebih wajib: membaca al-Quran atau

mengamalkannya?" “Mengamalkannya," jawab Muawiyah. Ibnu Abas berkata, "Apabila kita tak paham maksud ayat-ayat al-Quran, atau kita tak memahami maksud Allah Swt melalui apa yang telah diturunkan-Nya, bagaimana mungkin kita dapat mengamalkannya?"

ص: 76

Muawiyah menjawab, "Tanyakanlah makna dan takwil-takwil ayat itu kepada orang-orang selain kalian, yang tak mengikuti cara kalian dan keluarga kalian dalam menakwilkan ayat-ayat."Ibnu Abbas berkata, "Sungguh mengherankan, bagaimana mungkin al-Quran yang turun kepada Ahlul Bayt dan kerabat-kerabatnya, tetapi mengenai takwil-takwilnya kita harus bertanya kepada keluarga Abu Sufyan, keluarga Abu Muith, orang-orang Yahudi, Nasrani, atau Majusi?" Muawiyah berkata, "Apakah engkau hendak menyamaratakan keluarga Abu Sufyan dengan mereka (Yahudi, Nasrani, dan Majusi)?" Ibnu Abbas menjawab, “Pada suatu zaman, aku

menyamaratakan kalian dengan mereka, karena kalian pernah melarang umat untuk menerima dan mengamalkan al-Quran, yaitu melarang apa-apa yang terkandung dalam al-Quran, seperti perintah dan larangannya, halal dan haramnya, nasikh dan mansukh nya, umum dan khususnya, serta mukhkam dan mutasyabihat-nya. Sementara, apabila umat tidak bertanya tentang semua itu, mereka akan celaka dan berselisih, sehingga akhirnya mereka kembali pada kejahiliahan."

ص: 77

Muawiyah berkata, "Yang pasti, tetaplah membaca al-Quran, tetapi tentang ayat-ayat yang diturunkan Allah Swt berkenaan dengan kalian, Ahlul Bayt dan keluarga Rasulullah saw, juga tentang apa yang dikatakan Rasulullah saw, janganlah kau bawakan. Namun, engkau boleh katakan tentang masalah-masalah lainnya."

Ibnu Abbas berkata, "Allah Swt berfirman: Mereka ingin memadamkan cahaya Allah Swt dengan mulut-mulut mereka, akan tetapi Allah Swt tidak ingin kecuali menyempurnakan cahayanya. Walaupun orang-orang kafir itu membencinya. (al-Taubah: 32)" Muawiyah berkata, "Hai Ibnu Abbas, jagalah mulutmu dan dirimu. Jika tak ada cara lain dan harus dengan mulutmu, yaitu harus kau katakan, maka katakanlah di tempat tersembunyi, sekiranya tak ada orang yang mendengarkannya." []

ص: 78

JAWABAN YANG MEMBUNGKAM

Dalam kitab al-Kaffi disebutkan sebuah kisah dari Nuh bin Syuaib dan Muhammad bin al-Hasan: Ibnu Abil Awja bertanya kepada Hisyam bin Hakam, "Bukankah Tuhan itu Mahabijaksana?" Hisyam menjawab, "Ya, Allah Swt adalah yang paling bijaksana dari orang-orang yang paling bijaksana."Ibnu Abil Awja bertanya, "Maka kawinilah wanita-wanita yang kamu senangi; dua, tiga, atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak dapat berlaku adil, maka kawinilah seorang (al-Nisa': 3) Bukankah itu hukum al-Quran?" Hisyam menjawab, "Ya.”Ibnu Abil Awja kembali bertanya, “Kalau begitu, jelaskan juga ayat ini: Dan kamu sekali-kali tidak akan berlaku adil di antara istri-istrimu, walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian. Karena itu

ص: 79

janganlah kamu terlalu cenderung (kepada yang kamu cintai), sehingga kamu membiarkan yang lainnya terkatung-katung. (al- Nisa': 129) Orang bijak mana yang berkata seperti ini?" Hisyam tak dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan itu. Karenanya, dia pergi ke Madinah untuk menemui Imam Ja'far Al-Shadiq. Di hadapan

beliau, dia menceritakan peristiwa yang dialaminya itu kepada Imam. Imam al-Shadiq berkata bahwa adapun makna adil pada ayat yang pertama adalah adil dalam urusan pembagian nafkah. Sementara adil pada ayat kedua adalah adil dalam urusan kasih-sayang. Ketika Hisyam memberikan jawaban itu kepadanya, Ibnu Abil Awja berkata, "Aku bersumpah demi Tuhan, jawaban ini bukanlah darimu." 0

ص: 80

PENGAKUAN ATAS KEMUKJIZATAN AL-QURAN

Walid bin Mughirah al-Makhzumi adalah seorang kaya-raya, bahkan di kalangan Bangsa Arab terkenal sebagai pemikir cemerlang dan pengurus yang baik. Mereka selalu meminta pendapatnya dalam menyelesaikan persoalan sosial atau perselisihan yang terjadi di antara kelompok-kelompok Bangsa Arab. Karena itu, dia beroleh julukan Rihanat al-Quraisy yang berarti “Bunga Hijau Quraisy". Suatu hari, dia menemui Rasulullah saw atas permintaan sejumlah orang di antara kalangan

musyrik, agar dapat secara dekat mengenali kondisi Rasulullah saw dan meneliti ayat-ayat al-Quran. Atas permintaannya, Rasulullah saw pun membaca surat Ha Mim Sajadah untuknya. Ayat-ayat suci itu sangat berpengaruh, sehingga menimbulkan guncangan psikologis dalam dirinya. Kemudian, tanpa sadar, dia meninggalkan

ص: 81

tempat lalu menuju kumpulan orang sekafilah dengannya, yaitu Bani Makhzumi. Di sana, dia berkata, "Demi Tuhan, aku telah mendengar sesuatu perkataan dari Muhammad saw yang tak menyerupai sama sekali dengan perkataan manusia, juga tidak sulit. Apa yang dibacakannya itu terasa sangat manis dan memiliki keindahan tersendiri. Bagian atasnya dipenuhi buah-buahan, sebagaimana cabang-cabang pepohonan yang dipenuhi buah-buahan. Adapun bagian bawahnya, seperti akar pepohonan yang hidup ribuan tahun dan dipenuhi air. Apa yang diucapkannya itu akan mengungguli segala perkataan dan tak satu pun perkataan yang mampu menggunggulinya."Kemudian, merebaklah isu di kalangan Bangsa Quraisy bahwa Walid bin Mughirah telah terpaut hatinya kepada perkataan-perkataan Muhammad saw, dan apabila ini terjadi, maka semua orang Quraisy akan berada di bawah pengaruhnya, sehingga akhirnya mereka akan condong kepada Muham-

mad saw. Abu Jahal berkata, "Aku akan mencari jalan untuk menyadarkannya.” Dia lalu ke rumah Walid dan dengan raut muka kusut dia duduk di samping Walid.

ص: 82

Walid bertanya, "Mengapa engkau begitu sumpek?" Abu Jahal menjawab, "Bagaimana aku tak sumpek seperti ini, sementara dengan umur dan kemuliaan diri yang kau miliki itu Bangsa Quraisy telah melihat keburukan dalam dirimu. Mereka berkata bahwa dengan kata-katamu yang berpengaruh itu, engkau telah menghiasi ucapan-ucapan Muhammad saw." Walid bersama Abu Jahal lalu pergi menuju tempat berkumpulnya orang Quraisy. Di hadapan mereka, Walid berkata, "Apakah kalian berpikir, Muhammad itu gila?" Mereka menjawab, "Tidak!" Dia lalu melanjutkan, “Apakah kalian berpikir bahwa dia tukang tenung, sehingga kalian melihat

ada tanda-tanda tukang tenung padanya?" Mereka menjawab, "Tidak!" Walid bertanya kembali, "Apakah kalian berpikir bahwa dia seorang penyair, dan apakah sampai saat ini kalian pernah mendengar syair yang diucapkannya?" Mereka menjawab, "Tidak!"

ص: 83

Walid bertanya lagi, "Apakah kalian berpikir bahwa dia seorang pendusta? Bukankah justru dia seorang yang jujur dan amanah, bahkan memiliki julukan: Yang Benar dan Tepercaya?" Orang-orang Quraisy lalu bertanya, “Kalau begitu, kita harus menyifatinya dengan apa?" Setelah beberapa saat tampak sedang berpikir,

Walid kemudian berkata, "Katakanlah, dia seorang penyihir, karena dengan kata-katanya telah terjadi perpisahan antara ayah dengan anaknya, bahkan dengan sanak keluarga lainnya."

ص: 84

AKHIR SEBUAH UMUR YANG DIHABISKAN UNTUK MELAWAN AL-QURAN

Ibnu Mukaffa awalnya bermukim di Qismoni. Selama beberapa tahun, dengan bebas dia memerangi Islam dan al-Quran. Dia selalu menyebarkan pernyataan-pernyataan menyesatkan dan kritikan. kritikan di tengah masyarakat. Karena itu, disebutkan bahwa dia bermaksud membangun keraguan di hati masyarakat dengan

menambahkan satu bab yang berjudul Bourjouyeh Tabib ke dalam kitab Kulliyeh wa Damaneh. (Ibnu Mukaffa, Marfum Abbas Iqbali) Suatu hari, ketika sedang melewati sebuah gang, tiba-tiba dia mendengar suara anak kecil yang menarik perhatiannya. Anak kecil itu, dengan suara yang indah dan menarik hati, sedang membaca ayat suci al-Quran berikut ini: Apakah Kami tidak menjadikan bumi sebagai hamparan dan gunung se-

ص: 85

bagai pasaknya dan kami telah menciptakan kalian berpasang-pasangan dan Kami telah menjadikan tidur kalian sebagai penenang dan Kami menjadikan malam kalian sebagai baju dan Kami menjadikan siang sebagai waktu bekerja. Hanya karena mendengar firman Tuhan itu, Ibnu Mukaffa tenggelam dalam kebisuan, dan tanpa disadari dia lalu berdiri dan memikirkan apa yang telah didengarnya itu. Begitu lama dia berdiri, hingga akhirnya si anak kecil itu pun menyelesaikan bacaan

al-Qurannya. Dia telah mendengar kata-kata baru yang tak bisa disebut sebuah syair atau prosa. Perkataan itu memiliki irama yang lebih indah daripada syair

dan daya menjelaskan yang lebih terang daripada prosa. Keindahan kata-kata, keteraturan yang indah, serta keterkaitan nan jelas yang ada pada al-Quran telah menarik perhatiannya, sehingga dia merasakan adanya gelombang kenikmatan dan keceriaan yang muncul dalam dirinya. Kenikmatan itu adalah kenikmatan yang diberikan al-Quran kepadanya, bukan kenikmatan yang selama ini dia dapatkan dari segala macam ucapan selain al-Quran. Karena Ibnu Mukaffa tak tertandingi dalam kefasihan dan retorika, maka setelah mendengar

ص: 86

ayat-ayat al-Quran yang mengguncangkan itu, fitrah relegiusnya kembali bangun dari tidurnya. Sambil merasakan adanya impuls dan dorongan dalam dirinya, dia berkata, "Tak diragukan lagi, kata-kata nan tinggi bukanlah hasil dari buah pemikiran pendek manusia." Singkatnya, peristiwa yang relatif singkat itu telah membuat Ibnu Mukaffa mengenal al-Quran. Pandangannya kepada al-Quran pun berubah. Dia merasakan adanya dunia baru yang telah tersingkap untuk nya. Tanpa pikir-panjang lagi, dia bergegas menuju Isa bin Ali, yang juga paman Mansyur. Di hadapan Isa bin Ali, dia berkata, "Telah terpancar cahaya Islam ke dalam hatiku, dan telah terbuka di hadapan kedua mataku pintu dari dunia yang terhampar sangat luas. Juga, telah terjadi guncangan yang hebat dalam diriku, karena itu aku ingin sekali masuk Islam di hadapanmu." Dengan terheran-heran, Isa bin Ali berkata, “Engkau adalah orang yang telah menghabiskan umur untuk memerangi al-Quran; apa yang mendorongmu untuk menerima Islam?" Ibnu Mukaffa akhirnya menceritakan semua pengalamannya itu kepada Isa bin Ali. Setelah

ص: 87

mendengar penuturannya, Isa bin Ali berkata kepadanya, "Lebih baik niatmu itu dilaksanakan dalam sebuah pertemuan resmi yang dihadiri para ulama, para pe-tinggi angkatan bersenjata, juga di hadapan semua lapisan masyarakat. Untuk itu, datanglah kembali esok." Siang harinya, Ibnu Mukaffa melantunkan zikir-zikir yang biasa dibaca umat Manavi dan Zoroaster ketika menyantap makanan. Isa bin Ali melihatnya, lalu berkata, "Padahal engkau telah menjadi seorang muslim, tetapi mengapa masih suka melantunkan zikir-zikir yang sesuai dengan keyakinanmu dulu?" Ibnu Mukaffa menjawab, "Bukankah saya belum resmi memeluk agama ini? Karena itu, saya tak bisa menjalankan ibadah dan zikir-zikir yang se-suai dengan ajarannya. Maka, bagaimana mungkin saya meninggalkan sama sekali ajaran Manavi. Yakni, saya tak ingin, siang dan malam dilalui tanpa terikat dengan agama apapun." Pagi keesokan harinya, diadakanlah pesta yang sangat meriah atas nama Isa bin Ali untuk menyambut dan merayakan keislaman Ibnu Mukaffa. Setelah acara demi acara dilaksanakan, akhirnya Ibnu Mukaffa pun mengucapkan dua kalimat syahadah dan

ص: 88

resmi menjadi seorang muslim. Setelah menjadi muslim, namanya diubah menjadi Abdullah dan dia pun memiliki sebutan Abu Muhammad. Pengenalannya kepada Islam dan ajaran-ajaran al-Quran menyebabkan dia memiliki pandangan hidup baru yang lebih mendalam; pandangan dunianya benar-benar berubah secara total.

Tinta Ibnu Mukaffa bagaikan pedang, yang selalu menang dalam setiap peperangan. Dengan tintanya itu dia selalu melontarkan kritikan-kritikan terhadap kebijakan Khalifah Mansyur. Sehingga, dia merasakan bumi ini menjadi sempit baginya. Akhirnya, Mansyur pun berteriak, "Adakah orang yang dapat menyelamatkan Mansyur dari gangguan Ibnu Mukaffa?"

Lewat tangan salah seorang algojonya, juga gubernur Bashrah yang bernama Sufyan bin Muawiyah, Ibnu Mukaffa tewas dengan kondisi yang sangat mengerikan. Bahkan, dia difitnah sebagai seorang zindiq (ateis). Padahal, dia adalah korban kedengkian dan hasud musuh-musuhnya.

ص: 89

ADAB DALAM MAJLIS AL-QURAN

Salah seorang ulama Ishfahan menuturkan: Kami bersama beberapa orang pergi ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji. Akan tetapi, ketika di Madinah, salah seorang di antara kami meninggal dunia. Setelah memakamkannya, kami menyelenggarakan majlis tarhim, dan mengundang salah seorang qari dari kalangan Ahlussunnah ke majlis itu untuk membaca al-Quran. Qari itu pun tiba lalu duduk. Akan tetapi, dia tak mau membaca al-Quran. Saya kemudian berkata kepadanya, "Bacalah!" Dia menjawab, "Dari tadi kalian terus berbincang-bincang. Selama kalian tak diam, saya tak akan membaca al-Quran." Akhirnya, kami pun diam. Namun, dia belum juga mulai membaca al-Quran, malah kembali menegur kami seraya berkata, "Cara duduk kalian tak sesuai dengan majlis al-Quran!"

ص: 90

Lalu kami pun duduk di atas kedua lutut kami. Akan tetapi, lagi-lagi dia belum juga mulai membaca al-Quran. Kami lalu menegurnya dengan berkata, "Mulailah membaca!" Dia berkata, "Majlis ini belum siap dibacakan al-Quran, karena sebagian kalian masih memegang rokok dan segelas teh." Setelah kami menyingkirkan rokok dan gelas berisi teh itu, barulah dia membaca al-Quran. Selesai membaca al-Quran, dia mohon diri untuk pulang. Adapun ayat suci yang telah dibacanya adalah: Dan apabila al-Quran dibacakan, maka dengarkanlah dan diamlah. (al-Araf: 204) ()

ص: 91

SAYAP MALAIKAT JIBRIL

Seseorang bermimpi bahwa dia sedang shalat, sementara kedua kakinya berdiri di atas sayap malaikat jibril. Setelah bangun dari tidurnya, dia menceritakan mimpinya itu kepada seorang yang ahli dalam mengartikan makna mimpi dan menanyakan arti mimpinya itu kepadanya. Ahli mimpi itu berkata, "Pastilah ketika Anda shalat, kedua kaki Anda berdiri di atas al-Quran." Kemudian, untuk membuktikan penjelasan ahli mimpi itu, dia mengangkat permadani yang biasa digunakan dalam shalatnya. Maka, dia pun mendapati beberapa lembar tulisan al-Quran di situ.

ص: 92

PENGARUH AL-QURAN

Dalam kitab Mashabih al-Qulub disebutkan bahwa pada suatu hari, Manshur bin Amar masuk ke masjid dan melihat seorang anak muda melakukan shalat dengan penuh kepasrahan, kekhusyukan, dan tangisan. Manshur menuturkan: Saya berkata dalam hati, "Sepertinya, aku mengenali anak muda itu." Maka, saya pun menunggunya hingga dia mengucapkan salam. Kemudian, saya berkata ke- padanya, "Hai anak muda, tahukah engkau bahwa di neraka terdapat sebuah lembah yang disebut dengan Lazha oleh Allah Swt: Sekali-kali tidaklah demikian, sesungguhnya ia adalah api yang bergejolak, yang mengelupaskan kulit kepala.(al Ma'arij: 15-16)" Setelah mendengar ayat tersebut, dia langsung menjerit histeris dan tak sadarkan diri. Beberapa saat kemudian, pemuda itu kembali siuman dan berkata,

ص: 93

"Wahai kata-kata, kembalilah dengan lebih panjang lagi!" Saya pun lalu membacakan ayat suci ini: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu. Penjaganya adalah malaikat-malaikat yang kasar lagi keras, yang tidak akan mendurhakai Allah Swt terhadap apa yang telah diperintahkan kepada mereka dan selalu menaati apa-apa yang telah diperitahkan kepada mereka.(al-Tahrim: 6)

Karena mendengar ayat tersebut, pemuda itu kembali menjerit histeris. Setelah itu, dia meninggal dunia. Saya lalu mengurusi jenazahnya. Dan ketika saya melepas bajunya, tampaklah garis-garis berwarna hijau yang membentuk tulisan sebuah ayat berikut ini: Maka dia berada dalam kehidupan yang diridhai, di surga yang tinggi, yang buah-buahnya sangat dekat sekali. (al-Haqah: 21-23) Setelah memakamkannya, saya bermimpi dia mendatangi saya dengan mahkota yang berhiaskan

batu-batu permata di kepalanya. Saya bertanya kepadanya, “Bagaimana perlakuan Allah kepada-mu?"

ص: 94

Dia menjawab, “Dia telah menempatkan saya pada derajat syuhada, bahkan lebih tinggi." Saya bertanya, "Mengapa bisa begitu?" Dia menjawab, "Karena para syuhada mati dengan pedang-pedang orang kafir, sementara saya mati dengan pedang Malik al-Jabbar."(Al-Quran). []

ص: 95

PERTANYAAN-PERTANYAAN AL-KINDI TENTANG AL-QURAN

Ishaq bin Hanin al-Kindi adalah seorang Nasrani, dan sebagaimana ayahnya Hanin bin Ishaq juga termasuk filosof terkenal. Karena penguasaan-nya terhadap Bahasa Yunani dan Suryani (Suriah kuno), dia banyak menerjemahkan filsafat Yunani ke dalam Bahasa Arab. Putranya pun yang bernama Yaqub bin Ishaq termasuk tokoh besar dari kalangan filosof, yang memiliki kehormatan dan kemuliaan di sisi para khalifah (dinasti) Abbasiyah. Al-Kindi adalah seorang filosof Irak. Di zaman-

nya, dia juga banyak menulis buku tentang hal-hal yang dianggapnya kontradiktif dalam al-Quran. Dan karena banyak mempelajari filsafat, persoalan rasional, dan pemikiran para filosof Yunani, sebagaimana biasa dia pun tak memahami realitas-realitas langit dan tema-tema agama lewat orang lain. Karena kesombongannya, dia melihat pesan-pesan dan pela-

ص: 96

jaran-pelajaran agama dengan pandangan merendahkan. Ishaq al-Kindi, karena besarnya perhatian untuk menyusun buku "Kontradiksi dalam al-Quran", menjauhi pergaulan dengan masyarakat. Dia selalu berada di rumah dan dengan konsentrasi penuh menjalankan pekerjaannya itu. Suatu hari, salah seorang murid Ishaq al-Kindi di kota Samarra, me-nemui Imam Hasan al-Asykari. Imam Hasan berkata kepadanya, "Apakah tak ada seorang pun di antara murid-murid Ishaq al-Kindi yang cerdas dan baik hatinya, yang mampu meluruskan kekeliruan-kekeliruan gurunya itu?" Sang murid berkata, "Bagaimana mungkin kami mampu mengritik dia atau guru lain sepertinya ketika sedang membahas suatu persoalan ilmiah. Sebab, dia adalah guru besar yang sudah ternama dan kami sama sekali tak memiliki kemampuan untuk berdiskusi ilmiah dengannya." Imam Hasan al-Asykari berkata kepadanya, "Apabila kukatakan sesuatu kepadamu, apakah engkau mampu menyampaikannya kepada gurumu itu dan menjelaskannya dengan benar?" Murid itu menjawab, "Ya."

ص: 97

Beliau lalu berkata, "Kembalilah kepada gurumu dan bangunlah hubungan (yang baik) di antara kalian. Lakukanlah terus hingga kau tak melakukan kekeliruan dalam mengutarakan keinginan, atau dalam keikhlasan dan berbakti kepadanya. Sehingga, dia pun akan menyayangimu dan memberikan perhatian khusus kepadamu. Dan, ketika secara batin telah terjalin dengan baik hubungan di antara kalian, katakanlah ini kepadanya, 'Wahai guruku, telah terlintas sebuah persoalan dalam pikiranku, karena itu aku ingin mengatakannya kepadamu.' Jika Ishaq al-Kindi berkata, “Katakanlah.' Maka katakan, Apabila seseorang yang mengenal bahasa al-Quran bertanya, Mungkinkah seseorang yang mendengar sebuah ayat suci kemudian dia memaknainya, sementara Sang Pemilik al-Quran telah memaknainya dengan makna yang lain?' Dia pasti akan menjawab, 'Ya, itu sesuatu yang mungkin menurut akal.' Setelah itu, katakan kepadanya, “Wahai guru, mungkinkah Tu-

han telah memiliki makna sendiri untuk ayat yang telah engkau maknai itu?' Yaitu, makna itulah yang diinginkan, bukan makna yang diberikan olehmu.'" Setelah mendengar semua tuntunan Imam itu, sang murid akhirnya mohon diri untuk pergi me-

ص: 98

nemui gurunya. Sesampainya di sana, pertama-tama dia menuruti nasihat Imam; sering mengunjungi gurunya itu hingga terjalin hubungan yang erat di antara mereka. Pada suatu hari, murid itu mendapat kesempatan untuk melontarkan apa yang telah di dengarnya dari Imam Hasan al-Asykari itu. Setelah mendengar pertanyaan muridnya itu, Ishaq al-Kindi tampak sedikit berpikir, lalu berkata, "Ulangilah pertanyaanmu itu!"

Murid itu pun mengulanginya. Tampak sang guru berpikir kembali dan berkesimpulan bahwa menurutnya dari sisi bahasa dan akal, hal yang di tanyakan muridnya itu adalah mungkin. Yakni, mungkin saja apa yang dipahaminya dari ayat-ayat itu dan apa yang dia pikir bahwa terdapat kontradiksi dalam ayat-ayat itu, berbeda dengan yang dipahami oleh Pemilik al-Quran itu. Akhirnya, sang filosof besar itu mengarahkan perhatiannya kepada sang murid. Dan, terjadilah dialog di antara mereka: Sang Filosof: Bersumpahlah, dari siapa kau mendapatkan pertanyaan mu itu! Sang Murid : Pertanyaan itu terlintas dalam benakku.

ص: 99

Sang Filosof: Tidakbegitu sebenarnya. Pertayaan seperti itu tak akan muncul dari orang sepertimu. Kau ini belum sampai suatu derajat, sehingga mampu mema hami masalah seperti itu. Katakanlah dengan jujur, dari mana kau dapatkan dan dari siapa kau dengar semua itu? Sang Murid : Topik ini kudapatkan dari Imam Hasal al-Asykari, dan beliau memerintahkanku untuk menyampaikannya kepadamu. Sang Filosof: Sekarang kau telah menjelas kannya. Ya, masalah ini hanya

bisa muncul dari keluarga itu. Selepas itu, sang filosof besar Irak itu mengumpulkan semua yang telah ditulisnya berkenaan dengan kontradiksi dalam al-Quran, berdasarkan anggapannya itu, kemudian melemparkannya ke dalam api.

ص: 100

REVOLUSI RUHANI DENGAN SEBUAH AYAT

Allamah Majlisi ra menulis sebuah kisah bahwa ketika ayat ini turun: Sesungguhnya neraka Jahannam adalah tempat tinggal mereka semua. Ia memiliki pintu-pintu, dan bagi setiap pintunya memiliki bagian lagi yang juga bisa dibagi. Rasulullah saw menangis. Karena melihat Rasulullah saw menangis, para sahabat pun ikut menangis, tanpa mengetahui apa yang telah dibawa oleh Jibril dan apa rahasia di balik tangisan Rasulullah saw itu. Tak seorang pun di antara mereka yang berani menanyakan itu kepada Rasulullah saw. Menjadi sebuah kebiasaan, apabila melihat Sayyidah Fathimah, akan tampak perubahan pada diri Rasulullah saw. Hal ini disadari betul oleh Salman, sehingga mendorongnya untuk pergi ke rumah Fathimah. Sesampainya di sana, dia melihat putri Rasulullah saw itu sedang sibuk menggiling gandum

ص: 101

untuk dijadikan tepung, sambil melantunkan ayat suci ini: Dan apa-apa yang ada di sisi Allah Swt lebih baik dan lebih kekal. Salman kemudian menceritakan tentang

tangisan Rasulullah saw. Mendengar itu, Fathimah lalu bangkit dan merapikan pakaiannya. Kemudian, dia pergi menemui Rasulullah saw. Fathimah bertanya, "Duhai ayah, aku menjadi tebusan bagimu, apa yang telah menyebabkan engkau menangis?" Rasulullah saw lalu membacakan ayat itu kepadanya. Mendengarnya, tampaklah kesedihan di wajah Fathimah. Kesedihan itu semakin menjadi, sehingga kemudian dia menjerit histeris, sambil mengucapkan, "Oh.. Sungguh kasihan orang-orang yang akan dimasukkan ke dalam neraka itu." Dalam suasana itu, Salman pun berseru, “Alangkah senangnya bila aku seekor kambing milik keluargaku. Kemudian, mereka merobek-robek kulitku, lalu memakan dagingku, sehingga aku tak pernah mendengar kata neraka selama hidupku." Setelah Salman, Abu Dzar pun berkata, "Alangkah senangnya bila ibuku seorang yang mandul, sehingga aku tak pernah dilahirkan olehnya dan aku

ص: 102

tak pernah mendengar nama neraka." Miqdad pun berkata, "Alangkah senangnya bila aku seekor burung, yang hidup jauh dari jangkauan orang-orang. Sehingga, aku tak punya hubungan, baik dengan ganjaran atau azab, dan aku tak pernah mendengar tentang neraka." Setelah mereka semua, Imam Ali pun berseru,

"Alangkah senang-nya bila binatang-binatang buas itu merobek-robek dagingku dan aku tak pernah dilahirkan oleh ibuku, sehingga aku tak pernah mendengar nama neraka." Beliau lalu meletakkan tangannya di atas kepala lalu menagis pilu seraya berkata, "Oh.... Alangkah jauhnya perjalanan. Oh... Alangkah sedikitnya

perbekalan dalam perjalanan menuju Kiamat ini. Orang-orang yang berdosa itu akan pergi ke neraka dan dengan cepat (mereka) memasukinya."[]

ص: 103

BATIN AL-QURAN

Almarhum Ayatullah Uzhma Sayid Muhsin al-Hakim dalam kitab Syarh Kifayah al-Ushul, di bagian akhir pembahasan “Penggunaaan Kata-kata Mustadrak", menukil sebuah cerita bahwa salah seorang tokoh dalam dunia ilmu pernah berkata: Suatu hari, saya bersama beberapa orang, di antaranya adalah ulama, seperti Said Ismail Sadr, Haji Mirza Muhsein Nuri Thabarsi (penyusun kitab Mustadrak), dan Said Husain Sadr, berkumpul di rumah Mulla Fath Ali Sultan Abadi. Di hadapan kami,

tuan Mulla Fath Ali Sultan Abadi membacakan ayat suci berikut ini: Dan ketahuilah oleh kalian bahwa di antara kalian ada Rasulullah saw. Kalau dia menuruti (kemauan) kalian dalam beberapa urusan, benar-benar kalian akan mendapatkan kesusahan. Akan tetapi Allah menjadikan kalian mencintai keimanan dan menjadikan iman itu indah dalam hatimu. Serta, menjadikan kalian membenci kekufuran, kefasikan,

ص: 104

dan kedurhakan. Merekalah orang-orang berpetunjuk. Usai membacakan ayat suci di atas, Tuan Sultan Abadi mulai menafsirkan kalimat: Dihari Pertama, dia memaparkan pendahuluan-pendahuluan yang panjang. Selepas itu, dia menjelaskan tafsiran kalimat tersebut dengan makna-makna tertentu. Ketika para hadirin dan tokoh ulama telah mendengar penafsiran itu, mereka meminta penjelasan dari Tuan Sultan Abadi. Kemudian, setelah Tuan Sultan Abadi menjelaskannya, mereka pun menjadi tercengang serta berkata kepada diri mereka sendiri mengapa mereka tidak memperhatikan poin tersebut, sebelum penjelasan Tuan Sultan Abadi Di hari kedua, mereka pun kembali hadir. Tuan Sultan Abadi pada kesempatan kali ini menafsirkan ayat itu dengan makna lain, yang berbeda dengan

makna pertama. Setelah itu, mereka meminta penjelasannya. Selesai dijelaskan, lagi-lagi mereka tercengang; seolah-olah sulit percaya mengapa sebelumnya mereka tak paham. Pada hari ketiga, mereka pun berkumpul. Sebagaimana di hari pertama dan kedua, mereka kembali tercengang. Begitulah seterusnya, hari demi

ص: 105

hari berlalu, dan setiap mereka berkumpul pada hari-hari itu, Tuan Sultan Abadi selalu melontarkan makna-makna baru untuk ayat itu. Ketika jumlah hari-hari itu hampir genap 30 (tiga puluh) hari, Tuan Sultan Abadi pun melontarkan makna-makna baru bagi ayat tersebut. Setiap kali mendengar makna baru, mereka yang hadir selalu meminta penjelasan darinya. Dan Tuan Sultan Abadi pun menjelaskan-nya!

ص: 106

PEREMPUAN YANG BERPRILAKU BURUK

Fadhul Naragi dalam kitab Mi'raj al-Sa'adah menukil sebuah kisah bahwa di kota Basrah pernah hidup seorang wanita yang bernama Sya'wanah. Tak pernah ada pesta-pesta yang bernuansa maksiat di kota Basrah yang tak dihadirinya. Suatu hari, bersama para pembantunya, dia sedang melewati lorong-orong kota Basrah. Ketika melalui sebuah rumah, mereka mendengar suara raungan dan teriakan dari dalamnya. Sya'wanah lalu berkata, "Subhanallah, aneh sekali suara raungan

dan teriakan dari rumah itu." Kemudian, dia menyuruh salah seorang pembantunya untuk masuk ke rumah itu; mencari tahu tentang apa yang sedang terjadi di dalamnya. Sang pembantu pun masuk. Akan tetapi, dia tak kembali. Sya'wanah pun menyuruh pembantunya yang lain. Setelah masuk, pembantu kedua ini

ص: 107

pun tak kembali. Didorong rasa penasarannya, Sya'wanah kembali memerintahkan pembantunya yang lain untuk masuk ke dalam, dengan pesan, agar cepat kembali. Setelah pembantu ketiga ini masuk, sebagaimana pesan majikannya, dia kembali. Kemudian, dia menjelaskan apa-apa yang telah terjadi dalam rumah itu, seraya berkata, “Wahai nyonya, teriakan histeris dan raungan itu bukanlah karena ada orang yang me-ninggal dunia, tetapi mereka sedang meratapi diri mereka sendiri; majlis tangisan orang-orang yang suka bermaksiat." Setelah mendengar semua keterangan itu, dia lalu masuk ke dalam rumah itu. Di dalam, dia menyaksikan seorang pembimbing ruhani sedang dikelilingi sejumlah orang. Pembimbing ruhani itu sedang memberikan nasihat dan peringatan dengan azab Tuhan kepada orang-orang yang ada di sekelilingnya.Orang-orang itu tak henti-hentinya menangis. Dan Sya'wanah pun memerhatikan ucapan-ucapan pembimbing ruhani itu, ketika menjelaskan ayat suci ini: Apabila neraka itu melihat mereka dari tempat yang jauh. Mereka mendengar kegeramannya dan suara nyalanya. Dan apabila mereka dilempar ke tempat yang sempit di neraka itu, dengan terbelenggu, di sana mereka mengharapkan...

ص: 108

Usai mendengar ayat-ayat suci itu, jiwa Sya'wanah berguncang, lalu berkata, "Wahai Syaikh, saya termasuk orang yang suka bermaksiat. Apabila saya bertaubat, apakah Allah Swt akan mengampuni saya?" Syaikh itu menjawab, "Tentu saja, jika engkau benar-benar bertaubat, walau perbuatan maksiatmu itu sama dengan perbuatan maksiat Sya'wanah." “Sya'wanah itu aku sendiri. Setelah ini, aku tak akan bermaksiat lagi." Pembimbing ruhani itu berkata, "Allah adalah sebaik-baik pemberi ampun. Apabila bertaubat, engkau akan diampuni." Sya'wanah terus menangis. Lalu, dia membebaskan semua budak dan pembantunya, kemudian

hanya sibuk dengan ibadahnya; selalu berusaha menghapus kesalahan-kesalahannya di masa lalu. Akibatnya, berat badannya merosot dan menjadi sangat lemah. Suatu hari, dia memerhatikan kondisi badannya itu. Dan, dia menyadari bahwa dirinya telah menjadi sangat lemah. Dia merintih, "Oh... Di dunia ini saja aku sudah seperti ini, lantas bagaimana dengan keadaanku di akhirat kelak?" Saat itu, tiba-tiba dia mendengar panggilan

ص: 109

secara ghaib, "Wahai pemilik hati yang baik, bergabunglah bersama kami. Hingga, engkau dapat melihat ganjaran kami di hari kiamat kelak."

ص: 110

MENGHORMATI AL-QURAN

Dalam kitab Guizhor Akhbari, bab ke-15, dinukil sebuah kisah dari Abul Fa'harawi: Saya pernah membaca al-Quran dalam sebuah pertemuan di istana kerajaan. Saat saya sedang membaca al-Quran, raja itu sama sekali tak memperhatikan ayat-ayat suci itu. Bahkan dia terus berbincang dengan para hadirin lainnya. Malam nya, saya bermimpi bertemu Rasulullah saw. Dengan raut wajah yang berubah, beliau berkata kepada saya, "Mengapa engkau membacakan al-Quran kepada

orang-orang yang sedang berbincang-bincang dan tidak mendengarkannya. Setelah ini, engkau tidak akan dapat berbicara lagi sampai masa yang dikehendaki Allah Swt." Ketika terbangun dari tidur, alangkah kagetnya saya, karena saya telah menjadi bisu. Akan tetapi, dari potongan terakhir ucapan Rasulullah saw : "Saya masih berharap, kelak lisan saya akan kembali

ص: 111

terbuka. Setelah empat hari berlalu, di tempat yang sama ketika saya bermimpi bertemu Rasulullah saw, saya kembali bertemu beliau. Dalam mimpi saya itu,

beliau berkata, “Apakah engkau telah bertaubat?" Saya menjawab, "Benar, wahai Rasulullah." Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa bertaubat, maka Allah pasti akan menerimanya."Kemudian, Rasulullah saw melanjutkan sabda-nya, "Wahai mulut, terbukalah!" Sembari mengusap mulut saya dengan tangan beliau. "Kapan saja engkau ingin membacakan al-Quran kepada suatu kaum, bersabarlah hingga mereka mau memasang telinga mereka untuk mendengarkan firman Allah Swt itu." Sewaktu terbangun dari tidur, saya telah mendapati mulut saya dapat berbicara kembali. []

ص: 112

PENTINGNYA PENGAJARAN AL-QURAN

Abdurahman Salami pernah mengajarkan surat al-Fatihah kepada salah seorang putra Imam Husain. Ketika putra Imam Husain as itu memperlihatkan

kemampuannya dalam membaca surat al-Fatihah kepada ayahnya, alangkah senangnya hati sang ayah. Sebagai ungkapan rasa terima kasihnya, Imam Husain lalu memberikan 1000 dinar dan 1000 potong baju kepada si pengajar itu, bahkan beliau memenuhi kantungnya dengan batu-batu permata. Sebagian orang mengritik sikap Imam Husain itu; mengajari sebuah surat saja tak harus dibalas dengan pemberian yang begitu banyak dan dorongan seperti itu.

Imam Husain berkata, "Semua pemberian saya itu bagaimana mungkin disamakan nilainya dengan pelajaran al-Quran yang diberikannya kepada putra saya." Artinya, nilai al-Quran lebih tinggi dari pemberian itu.

ص: 113

ORANG DUSUN DAN PENGARUH AL-QURAN

Ashmai' menuturkan: Ketika sedang dalam perjalanan meninggalkan kota Basrah, saya berpapasan dengan orang pedalaman yang membawa sarung pedang. Orang itu bertanya kepada saya, "Dari kabilah manakah Anda?" Saya menjawab, "Dari kabilah Bani al-Ashma." Dia bertanya kembali, "Anda pulang dari mana?"

Saya menjawab, "Dari Mekah." Dia bertanya lagi, "Apa yang Anda lakukan di sana?" Saya menjawab, “Saya membaca kitab Tuhan.“ Dia bertanya, “Apakah Tuhan mempunyai kitab yang dapat dibaca ?" "Ya," jawab saya. Dia berkata, “Bacakanlah sebagian darinya untuk saya."

ص: 114

Saya berkata, “Duduklah di atas lutut dengan sopan sebelum saya membacanya." Kemudian, dia pun menidurkan unta tunggangannya dan mengikat kedua lututnya, lalu dia sendiri duduk dengan bertumpu pada kedua lututnya dan siap untuk mendengarkan. Saya pun mulai membaca al-Quran; saya pilih surat al-Zariat. Ketika

sampai pada ayat ini: Dan di bumi ada tanda-tanda bagi orang-orang yakin, dan juga pada dirimu sendiri, apakah kamu tidak memperhatikannya? Orang pedalaman itu berkata, “Tuhan telah berkata benar, kotoran unta menunjukkan unta itu baru saja lewat, dan telapak kaki menunjukkan baru saja seseorang lewat. Maka, bagaimana mungkin langit yang agung dan bumi yang terhampar luas ini tak menunjukkan keberadaan Tuhan." Setelah itu, saya pun membacakan ayat ini: Dan

di langit ada rezeki kalian, dan apa-apa yag dijanjikan bagi kalian. Usai saya membaca ayat ini, orang pedalaman itu berkata, "Demi Tuhan, apakah ini juga

firman Tuhan?" “Ya," jawab saya. Orang dusun itu lalu melepas ikatan untanya serta membiarkan unta itu bebas di padang pasir,

ص: 115

seraya berkata, "Oh... Ternyata rezeki saya ada di langit, padahal saya selalu mencarinya di bumi." Setelah itu, dia bersujud lalu pergi. Saya pun menuju Baghdad. Kisah ini lalu saya sampaikan kepada Harun al-Rasyid. Mendengar itu, tampaklah kekaguman dalam dirinya. Setahun berlalu, Harun al-Rasyid berkunjung ke Mekah dan saya pun diminta menyertainya. Ketika sedang Thawaf, tiba-tiba seseorang memegang ujung baju saya hingga membuat saya menengok ke arahnya. Saat itu, saya sadar bahwa orang itu adalah orang pedalaman yang setahun lalu bertemu dengan saya. Dia berkata kepada saya, “Bacakanlah sebuah ayat dari kitab Tuhan."

Kali ini pun saya membacakan surat al-Zariat kepadanya: Dan di langit rezeki kalian, dan apa-apa yang telah dijanjikan untuk kalian. Demi Tuhannya langit dan bumi. Sesungguhnya itu adalah haq sebagaimana kamu katakan. Orang pedalaman itu bertanya kepada saya, “Siapakah yang membutuhkan Tuhan, sampai ber-

sumpah dengannya. Demi haq-Nya saya bersumpah, bahwa saya sama sekali tak membutuhkan sesuatu, kecuali sesuatu itu ada di dekat saya."

ص: 116

Setelah itu, orang pedalaman tersebut berteriak histeris, lalu terjatuh ke tanah. Kami pun menghampiri untuk menyadarkannya, tetapi kami mendapatinya telah meninggal dunia.[]

ص: 117

MUKJIZAT BASMALAH

Suatu hari, Rasulullah saw keluar dari kota Madinah Thayyibah. Beliau lalu melihat seorang lelaki yang tengah mengambil air di sumur untuk kudanya.

Rasulullah saw berkata kepadanya, “Apakah Anda membutuhkan seorang upahan untuk mengambilkan air?" "Ya, untuk setiap timba, saya akan memberi tiga buah kurma," kata orang itu. Rasulullah saw setuju, kemudian mengambil timba air, dan menerima tiga butir kurma sebagai imbalannya. Benar, Rasulullah saw telah mengambilkan air untuk orang itu. Namun, pada saat itu, tiba-tiba tali timba itu putus dan timbanya pun jatuh ke dalam sumur. Lelaki itu marah dan dengan kasar

menampar wajah Rasulullah saw yang penuh berkah itu.

ص: 118

Rasulullah saw lalu memasukkan tangannya ke dalam sumur dan mengeluarkan timba itu. Beliau pun kembali ke Madinah. Orang kampung itu, karena melihat akhlak mulia pada diri Rasulullah saw, segera memahami bahwa sebenarnya Rasulullah saw tidaklah bersalah. Karena itu, dia memotong tangan yang telah digunakan untuk menampar Rasulullah saw dengan sebilah pisau. Setelah itu, dia tak sadarkan diri dan terjatuh ke tanah. Dalam keadaan masih pingsan, sebuah kafilah meliwatinya, dan orang-orang di kafilah itu melihatnya. Mereka lalu mengusapkan air ke wajah orang dusun itu, hingga dia tersadar dari pingsannya.

Mereka bertanya, “Apa yang telah terjadi padamu?" Orang pedalaman itu menjawab, "Saya telah menampar wajah Rasulullah saw, karena itu saya merasa takut akan beroleh azab!" Kemudian, orang kampung itu bangkit dari duduknya. Sembari memegang tangannya yang terpotong dengan tangan yang lain, dia pergi ke Madinah. Di sana dia bertemu Salman, yang lalu membawanya ke rumah Fathimah al-Zahra. Di rumah Fathimah, Rasulullah saw sedang memangku al-Husain di lututnya. Orang kampung itu lalu meng.

ص: 119

hampiri Rasulullah saw dan memohon maaf kepada Rasulullah saw. Rasulullah saw bersabda, "Mengapa engkau memotong tanganmu?" Orang kampung itu menjawab, "Saya tak menginginkan lagi tangan yang pernah menampar wajahmu yang mulia itu." Rasulullah saw bersabda, "Terimalah Islam dan bersaksilah bahwa tak ada tuhan selain Allah Swt." Orang kampung itu berkata, "Apabila engkau benar-benar berada di jalan kebenaran, maka kembalikanlah tanganku yang terpotong ini dan sembuhkanlah!" Rasulullah saw lalu meletakkan bagian tangan yang terpisah itu ke tempatnya, lalu sembari membacakan basmalah dan menarik nafas, beliau mengusap tangannya yang terpotong itu. Akhirnya, tangan orang itu pun kembali pada keadaannya semula. Dia lalu mengucapkan dua kalimah syahadah dan menjadi seorang muslim."

ص: 120

KESIMPULAN KELIRU TENTANG AL-QURAN

Imam Ja'far Al-Shadiq berkata: Aku mendengar, ada seseorang yang sangat dihormati oleh sekelompok orang. Mereka selalu menyebut-nyebut kemuliaan dan keutamaan orang itu. Karenanya, aku ingin melihatnya secara dekat untuk memahami kebenaran berita itu, tanpa dia sendiri mengenaliku. Suatu hari, aku melihatnya sedang berada di antara kumpulan orang-orang bodoh yang mengelilinginya. Secara rahasia, aku berdiri pada sebuah sisi sambil memperhatikan dia dan orang-orang yang mengitarinya. Kemudian, dia berusaha keluar dari lingkaran orang-orang itu, hingga akhirnya dia pun berhasil. Untuk memenuhi keinginanku itu, aku lalu mengikutinya. Beberapa saat dia berhenti di toko roti. Dengan cara memperdaya penjual roti itu, dia mengambil dua

ص: 121

potong roti darinya. Aku sangat kaget melihatnya, tetapi aku berbaik-sangka kepadanya sambil berkata dalam hati, "Mungkin dia telah membuat perjanjian sebelumnya dengan penjual roti itu." Setelah dari toko roti, dia menuju toko bahan pangan. Di sana, dia pun mencuri dua buah delima dengan sangat hati-hati, sehingga tak terlihat oleh sang penjual. Dari peristiwa ini pun, aku sangat heran. Akan tetapi, lagi-lagi aku berkata, "Mungkin dia telah membuat perjanjian dan kesepakatan sebelumnya dengan penjual bahan pangan itu. Akan tetapi, untuk apa dengan cara mencuri, apalagi yang dicurinya hanya dua buah delima."

Aku tetap tak meninggalkannya, hingga sampailah di sebuah reruntuhan bangunan yang telah hancur. Di tengah puing-puing itu,tergeletak seseorang yang sedang sakit. Dia meletakan dua potong roti dan delima itu di sisi orang yang sakit, setelah itu, dia pun berlalu. Dia berjalan di depan dan aku berjalan di belakangnya, hingga kami melewati gerbang kota. Ketika kami telah berada di luar kota, aku memanggilnya. Aku berkata kepadanya, "Saya telah lama

ص: 122

mendengar nama Anda, sehingga timbul keinginan untuk bertemu dengan Anda. Dan pada hari ini, saya telah berhasil bertemu dengan Anda. Akan tetapi,

terlihat oleh saya beberapa prilaku Anda yang telah membuat saya berpikir dan khawatir. Sekarang ini saya ingin bertanya tentang beberapa prilaku Anda

itu sehingga hilang kekhawatiran itu dari diri saya. Saya melihat Anda mencuri dua buah roti dari toko roti, kemudian Anda pun mencuri dua buah delima

dari penjual delima!" Dia berkata, "Sebelum saya menjawab pertanyaan Anda itu, katakan terlebih dahulu, siapakah Anda?"

Aku berkata, "Saya adalah salah seorang di antara anak-anak Adam dan dari umat Muhammad saw." Dia bertanya, “Dari keluarga manakah Anda?"Aku menjawab, "Dari Ahlul Bayt Rasulullah saw." Dia bertanya, "Dari kota manakah Anda?" Aku menjawab, "Dari Madinah Rasul." Dia berkata, "jangan-jangan, Anda adalah Ja'far

bin Muhammad?"

ص: 123

Aku menjawab, “Benar, saya." Dia berkata, "Apa faedahnya cucu Rasulullah bila tidak memahami agamanya dan Anda telah meninggalkan ilmu kakek dan ayah Anda. Dan karena apabila pekerjaannya sangat terpuji dan prilakunya pun layak dipuji dan dimuliakan, maka tidak layak hal itu diingkari dan dihina."

Aku berkata, "Dari mana tampak kebodohan saya dan ketidak pahaman saya terhadap agama?" Dia menjawab, “Yakni, pada maksud ayat suci ini: Barangsiapa berbuat kebajikan, maka dia akan diganjar dengan sepuluh kali lipat. Dan barangsiapa berbuat keburukan, maka dia tidak diganjar kecuali sesuai dengan perbuatan buruknya. Dan karena aku mencuri dua buah roti, maka aku hanya melakukan dua perbuatan buruk. Begitu pula, karena dengan mencuri dua buah delima, maka aku telah melakukan dua perbuatan buruk lagi. Semuanya menjadi empat perbuatan buruk. Tetapi, aku tidak memakannya. Bahkan aku sedekahkan itu. Dari sisi ini, aku telah melakukan empat perbuatan baik. Dan berdasarkan ayat itu, aku memiliki 40 ganjaran. Dan tentunya dengan ganjaran tersebut, maka empat maksiat itu

akan terhapus, sementara aku masih memiliki 36 ganjaran.»

ص: 124

Sebagai jawabannya, aku berkata, "Ibumu menangis karena berduka-cita untukmu; engkaulah yang bodoh akan al-Quran. Tidakkah kau pernah mendengar firman Allah Swt: Sesungguhnya Allah hanya menerima perbuatan baik dari orang-orang yang bertakwa saja. Dengan mencuri dua buah roti, engkau telah melakukan dua perbuatan maksiat; dan mencuri dua buah delima, maka dua perbuatan maksiat lagi telah kau lakukan, sehingga semuanya menjadi empat maksiat. Dan karena engkau telah menyedekahkannya, maka engkau bukan hanya tidak berbuat baik, bahkan telah menambah empat perbuatan maksiat lagi. Sebab, tanpa ridha yang

punya, engkau telah memberikannya kepada orang fakir." Dia kemudian memandangku dengan pandangan yang tak wajar. Dan ternyata dia tak menerima

penjelasanku. Aku pun lalu meninggalkannya. []

ص: 125

SINAR BERCAHAYA YANG MUNCUL DARI LISAN PARA PEMBACA AL-QURAN

Imam Ali pernah berkata: Suatu hari, Rasulullah saw mengirimkan sebuah lasykar pasukan kepada kaum kafir yang sangat memusuhi umat Islam. Beberapa hari berlalu, tetapi Rasulullah saw belum juga beroleh kabar tentang keadaan mereka. Rasulullah saw lalu berkata, "Oh... seandainya saja ada orang yang mengetahui keadaan mereka, lalu memberitahukannya kepada kami." Saat itu juga, datanglah sebuah kabar gembira bahwa lasykar muslimin itu telah berhasil mengalahkan musuh. Sebagian musuh itu ada yang terbunuh, ada yang luka-luka saja, dan yang lain dibawa sebagai tawanan. Bahkan mereka pun berhasil merampas harta benda milik musuh dan menawan anak-anak dan keluarga mereka.

ص: 126

Akhirnya, lasykar muslimin itu kembali dengan membawa kemenangan. Dan ketika mereka hampir mendekati kota Madinah, Rasulullah saw dan para sahabat lainnya menemui mereka. Sewaktu pandangannya tertuju kepada Rasulullah waw, Zaid bin Haritsah yang menjadi kepala lasykar itu turun dari kudanya, lalu menghampiri beliau. Sesampainya di hadapan Rasulullah saw, dia lalu mencium kedua kaki dan kedua tangan beliau. Rasulullah saw pun kemudian memeluk dan

mencium kepalanya. Beliau saw juga melakukan hal yang sama kepada Abdullah bin Rawahah dan Qais bin 'Ashim, setelah sebelumnya mereka melakukan

sebagaimana yang dilakukan Zaid bin Haritsah kepada Rasulullah saw. Setelah mereka bertiga, para anggota lasykar lainnya pun turun dari kuda mereka. Mereka semua berdiri di hadapan Rasulullah saw, lalu menyampaikan shalawat dan salam kepada beliau saw. Rasulullah saw menyambut dengan baik shalawat dan salam mereka itu dan berkata, "Ceritakanlah tentang segala sesuatu yang telah kalian alami selama dalam perjalanan kalian, kepada saudara-saudara kalian ini. Dan saya akan menjadi saksi untuk kalian, karena Jibril telah memberitahuku tentang kebenaran ucapan kalian itu."

ص: 127

kemudian mereka berkata, "Wahai Rasulullah saw, setelah kami mendekati musuh, kami mengirimkan mata-mata untuk mencari informasi tentang jumlah mereka. Setelah kembali, mata-mata itu mengatakan kepada kami bahwa mereka berjumlah seribu orang. (Sementara) kami berjumlah dua ribu orang. Akan tetapi, jumlah musuh yang keluar dari dalam kota hanya seribu orang, sementara tiga ribu orang lagi berjaga-jaga di dalam kota. Seolah, mereka ingin menampakkan bahwa mereka hanya berjumlah seribu orang." "Mata-mata kami itu telah memberikan informasi kepada kami seperti ini bahwa di antara musuh telah terjadi suatu perbincangan. Mereka berkata, “Jumlah kita hanya seribu orang, sementara mereka berjumlah dua ribu orang. Karena itu, kita tak memiliki kekuatan yang cukup untuk berperang melawan mereka. Dan kita tak punya jalan lain, kecuali bertahan dalam kota, sampai akhirnya mereka lelah sendiri dan dengan terpaksa mereka akan memutuskan untuk kembali.' Akan tetapi, maksud mereka sebenarnya adalah mereka akan memperdayai kami. Karena, ada kesepakatan di antara mereka bahwa kami dalam keadaan seperti ini; memiliki keberani-

ص: 128

an untuk mengalahkan mereka dan dengan lasykar yang besar kita akan menyerbu mereka." "Para musuh, semuanya, masuk ke dalam kota dan telah memblokade semua pintu masuk ke dalam kota. Kami pun akhirnya hanya berada diluar kota. Hingga ketika kegelapan malam telah menyelimuti kami dan malam pun telah mencapai pertengahannya, gerbang-gerbang kota pun kembali mereka buka. Kami, ketika itu, sedang tertidur pulas, tanpa sedikit pun menyadari adanya tipu muslihat itu. Karena itu, tak seorang pun yang terbangun dari tidurnya, kecuali empat orang saja. Orang pertama adalah Zaid bin Haritsah, yang sedang shalat di salah satu sudut pasukan dan sibuk membaca al-Quran. Orang kedua itu adalah Abdullah bin Rawahah, yang berada di sudut lain, juga sedang melakukan shalat dan membaca al-Quran. Dua orang lainnya, yaitu Qatadah bin Nu'man dan Qais bin 'Ashim, juga sedang shalat dan membaca al-Quran di dua sudut lainnya."

“Dalam kondisi ini, di tengah kegelapan malam, musuh-musuh keluar dari dalam kota. Kemudian, mereka menghujani kami dengan anak panah. Mereka melakukan itu dengan sangat leluasa sekali, karena di sana adalah kota mereka, sehingga mere-

ص: 129

ka lebih memahami medan perang ketimbang kami. Kami sempat berkata, 'Telah datang kepada kami musibah besar dan kami akan jatuh dalam kekuasaan musuh.'" "Dalam suasana yang sangat gelap-gulita itu kami tak mampu menahan serangan musuh. Sebab, kami tak dapat melihat anak panah yang dilepaskan.

Namun, tiba-tiba kami melihat sebuah cahaya yang keluar dari mulut Qais bin'Ashim, bagaikan api yang menyala-nyala. Juga, cahaya yang muncul dari mulut Qatadah bin Nu'man, yang terang bagaikan sorot bintang. Dan saya pun melihat cahaya yang muncul dari mulut Abdullah bin Rawahah, seperti cahaya bulan yang bersinar dalam gelap. Saya juga melihat cahaya yang muncul dari mulut Zaid bin Haritsah, yang sangat bersinar terang hingga melebihi cahaya matahari. Cahaya yang memancar dari empat penjuru itu membuat wilayah pertahanan kami menjadi terang, melebihi terangnya siang di tengah hari. Akhirnya, kami dapat melihat mereka, sementara mereka tidak dapat melihat kami." “Lalu Zaid bin Haritsah, selaku kepala pasukan, memerintahkan kami untuk menyebar ke tengah-tengah musuh, sehingga kami membuat mereka

ص: 130

terkepung. Lalu dengan pedang-pedang yang telanjang, kami dapat membunuh sebagian dan melukai sebagian yang lain, dan sebagian besar dari mereka telah menjadi tawanan kami. Setelah itu, kami masuk ke dalam kota dan mengumpulkan ghanimah (harta rampasan perang). Wahai Rasulullah saw, kami tak pernah melihat cahaya yang sangat mengagumkan melebihi cahaya yang telah keluar dari lisan-lisan keempat orang ini, karena membuat musuh kami tak dapat melihat, sehingga akhirnya kami dapat mengalahkan mereka." ()

ص: 131

PARA PEMUKA QURAISY DAN AL-QURANPARA PEMUKA QURAISY DAN AL-QURAN

Ibnu Ishaq meriwayatkan dari Zahri, yang menuturkan: Mereka telah meriwayatkan kepada saya bahwa pada suatu malam, Abu Sufyan, Abu Jahal, dan Akhnas bin Syariq keluar dari rumah masing-masing menuju rumah Rasulullah saw, tanpa saling tahu satu sama lain. Ketika telah sampai, masing-masing mereka bersembunyi di salah-satu sudut rumah Rasulullah saw untuk mendengar bacaan al-Quran beliau dalam Shalat Tahajud-nya. Masing-masing mereka tak mengetahui di mana yang lain mengambil posisi. Kemudian, karena subuh tiba dan fajar telah menyingsing, mereka pun bergegas kembali ke rumah masing-masing. Secara tak sengaja, mereka bertemu dalam perjalanan pulang. Akhirnya mereka memahami maksud kepergian mereka masing-masing dan

ص: 132

saling menyalahkan seraya berkata, “Jangan kalian lakukan lagi perbuatan ini di kemudian hari. Karena apabila orang-orang bodoh itu me- ngetahui perbuatan kalian ini, mereka tentunya akan mengambil sikap." Di siang hari, mereka sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Namun, di malam harinya, mereka kembali mengambil tempat seperti pada malam sebelumnya dan duduk di sana hingga pagi tiba. Kali ini pun mereka datang untuk mendengarkan bacaan al-Quran Rasulullah saw dalam Shalat Tahajudnya. Setelah pagi tiba, mereka pun berpencar, dan sekali lagi bertemu di perjalanan pulang, juga mengulangi ucapan seperti di hari sebelumnya. Pada malam ketiga pun mereka kembali mengambil posisi di sekeliling rumah Rasulullah saw dan bersembunyi di sana. Lalu, kejadian seperti di malam-malam sebelumnya kembali terjadi di antara mereka. Keesokan harinya, Akhnas datang ke rumah Abu Sufyan, lalu bertanya kepadanya, “Apa pendapatmu

tentang apa yang telah kau dengar dari Muhammad?” Abu Sufyan menjawab, "Demi Allah, aku bisa memahami sebagian dari yang telah kudengar itu,

ص: 133

dan tidak bisa memahami sebagian yang lain." Akhnas berkata, "Demi Allah, aku pun sepertimu." Kemudian, Akhnas ke rumah Abu Jahal, lalu bertanya, “Apa penda-patmu tentang apa yang kau dengar dari Muhammad?" Dengan kesal, Abu Jahal menjawab, "Sebenarnya, apa yang telah kudengar, kami anak keturunan

Abdul Manaf, ibarat dua ekor kuda yang sedang berlomba memperebutkan kemuliaan dan kebesaran. Kami sangat ingin memenangkan perlombaan ini. Begitu pula mereka. Mereka selalu memberi makan (orang miskin), kami pun melakukan yang sama. Mereka selalu bersedekah harta dari satu rumah ke rumah lain, kami pun melakukan itu. Kami tidak ada bedanya dengan mereka. Akan tetapi, mereka berkata, 'Dari kalangan kami seorang rasul yang menerima wahyu dari langit.' Maka, bagaimana mungkin kami dapat menggapai keutamaan seperti itu! Demi Tuhan, kami tidak akan beriman kepadanya dan tidak akan membenarkannya."

ص: 134

MALAMNYA ORANG YANG MENGHIDUPKAN MALAM DAN AL-QURAN

Mansur bin Ammar menuturkan: Di tahun ketika aku pergi menunaikan ibadah haji, selama beberapa hari aku tinggal di Kufah. Pada suatu malam, aku melewati lorong-lorong kota Kuffah untuk menikmati suasana malam kota itu. Kemudian, aku mendengar teriakan dari salah satu rumah yang kulewati. Ketika aku lebih memperhatikan suara itu, ternyata orang itu sedang berkata, “Perbuatan maksiat yang kulakukan bukanlah karena menentang-Mu dan juga bukan karena tak tahu tentang azab-Mu yang pedih itu. Akan tetapi, (itu) lebih disebabkan oleh kemalangan yang telah menimpaku, sehingga aku pun menjadi tak menentu. Duhai Tuhanku, apabila Engkau tak memaafkanku, maka siapa lagi yang akan memaafkanku."

ص: 135

Setelah itu, aku mendekatkan mulutku ke sebuah lubang di dinding rumah itu, lalu kubacakan ayat suci ini: Takutlah kepada api neraka yang dipersiapkan untuk orang-orang kafir.(Ali Imran : 131) Ketika mendengar ayat ini, dia lalu menjerit histeris dan beberapa saat gemetar. Setelah itu, dia terdiam beberapa saat. Aku pun pergi setelah sebelumnya mengingat alamat rumah itu. Di waktu subuh, aku datang ke rumah itu. Di sana, aku melihat seorang nenek sedang duduk, sementara di hadapannya terbaring sesosok jenazah manusia. Aku bertanya kepadanya, "Wahai nenek, siapakah yang telah meninggal itu?" Dia menjawab, "Orang ini adalah sayyid muda yang jiwanya telah terpenuhi oleh rasa takut kepada Allah Swt. Kemarin, sewaktu dia sedang ber munajat, seseorang melewati rumahnya sambil membacakan sebuah ayat. Ketika mendengar ayat itu, badannya gemetar, lalu ruhnya berpisah dengan badannya, bergabung dengan ruh-ruh lain. "

ص: 136

APABILA KAU BERBUAT BURUK, AKIBATNYA AKAN KEMBALI KEPADAMU

Pada masa Rasulullah saw masih hidup, ayat suci ini turun: Apabila perbuatan baik kamu lakukan, sesungguhnya kamu telah berbuat baik untuk dirimu sendiri. Begitu pula apabila perbuatan buruk yang kamu lakukan, akibatnya akan kembali kepadamu. Salah seorang sahabat sangat terpukau dengan keindahan makna ayat ini. Karena itu, dia selalu membacanya siang dan malam. Kemudian dikisahkan bahwa seorang perempuan Yahudi memendam rasa dengki kepada sahabat

tersebut. Kedengkiannya itu begitu membara, sehingga dia berkata kepada dirinya sendiri, “Tunggulah sampai aku lakukan perbuatan ini." Perempuan Yahudi itu lalu membuat manisan, kemudian mencampurinya dengan racun. Setelah

ص: 137

jadi, dia memberikannya kepada sahabat itu. Sang sahabat menerimanya, lalu membungkusnya untuk dibawa. Sahabat itu lalu pergi ke sebuah padang tandus

dan di sana melihat dua orang anak muda yang tampak keletihan, karena perjalanan jauh. Sahabat itu bertanya kepada kedua orang tadi, “Apakah kalian suka manisan ini?" Mereka menjawab, “Ya." Sahabat itu lalu meletakkan manisan tersebut di sisi kedua anak muda itu, beserta sedikit roti. Setelah memakannya, mereka lalu tersungkur dan mati. Ketika sampai kabar tentang itu ke Madinah, orang-orang Madinah lalu menangkap sahabat itu dan menghadapkannya kepada Rasulullah saw. Beliau bertanya, “Manisan dan roti itu, dari mana kau mendapatkannya?" Dia menjawab, "Seorang perempuan Yahudi yang memberikannya kepada saya."

Mereka pun lalu mencari perempuan Yahudi itu. Ketika perempuan Yahudi itu tiba, dia melihat dua jenazah anak muda itu di hadapannya. Dua anak muda itu ternyata adalah kedua putranya yang datang dari sebuah perjalanan. Perempuan Yahudi itu lalu menjatuhkan

ص: 138

dirinya di hadapan Rasulullah saw seraya berkata, “Kebenaran magammu ini membuat saya paham bahwa apabila perbuatan buruk kulakukan, maka itu berarti aku telah melakukannya kepada diriku sendiri. Akibatnya akan kembali kepadaku, dan akhirnya aku memahami makna sebenarnya ayat itu. "

ص: 139

AL-QURAN ADALAH PEMBERI REZEKI

Alkisah, ada seorang lelaki yang selalu berkunjung ke rumah Umar, agar dia selalu dibantu. Akhirnya, Umar pun merasa bosan dengan tingkah-laku orang tersebut.

Umar berkata kepadanya, “Hai lelaki, apakah kamu hijrah ke rumah Tuhan atau ke rumah Umar? Pergilah dan bacalah al-Quran, lalu ambilah pelajaran-pelajaran al-Quran yang dapat membuatmu tidak butuh lagi untuk pergi ke rumah Umar." Lelaki itu pun pergi. Telah berbulan-bulan dia tak datang lagi dan Umar pun tak pernah melihatnya. Hingga akhirnya Umar beroleh informasi bahwa dia telah menjauhi masyarakat. Dia kini berada di suatu tempat yang sunyi untuk beribadah. (Di samping itu, dia memohon pertolongan kepada Tuhan agar diberi taufik untuk berusaha mencari rezeki yang halal dan memohon agar kebutuhan hidupnya dipenuhi oleh-Nya).

ص: 140

Umar mengunjunginya, lalu berkata kepadanya, “Aku rindu bertemu denganmu dan kedatanganku ini hanya ingin tahu tentang keadaanmu sekarang, Katakanlah, apa kiranya yang menyebabkanmu menjauh dan lari dari kami?" Lelaki itu menjawab, “Aku telah membaca al-Quran, dan al-Quran telah membuatku tak mem-

butuhkan Umar dan keluarganya." Umar bertanya lagi, "Ayat manakah yang telah kau baca itu, sehingga kau seperti ini?" Dia menjawab, “Ketika aku membaca al-Quran dan sampai pada ayat ini: Dan di langitlah berada rezeki-rezeki kalian dan apa-apa yang telah dijanjikan kepada kalian. (al-Zariat : 22) Aku berkata kepada

diri sendiri, 'Ternyata, rezekiku ada di langit, tetapi aku selalu mencarinya di bumi. Sungguh aku adalah lelaki yang buruk.' |

ص: 141

AIR MENGALIR KARENA AL-QURAN

Dikisahkan bahwa pada suatu hari, beberapa orang dari kalangan sayyid warga kota Najafabad, Isfahan, (Iran), mengunjungi Ayatullah Bid Abudi. Mereka berkata, "Sebuah sumber mata air yang berasal gunung telah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sekitarnya. Namun, sumber itu akhir-akhir ini mengering, sehingga kami menjadi susah Kami mohon, doakanlah agar mata air itu kembali mengalir." Sang ayatullah itu lalu menuliskan sebuah ayat pada selembar kertas, yakni ayat: Apabila kami turunkan al-Quran kepada gunung, maka kamu akan melihatnya tunduk dan terpecah-belah karena takut kepada Allah Swt.

Lalu, beliau memberikan itu kepada mereka seraya berkata, “Letakkan ini di puncak gunung itu di awal malam, kemudian kalian pulanglah." Mereka lantas melaksanakan perintah itu. Ketika

ص: 142

dalam perjalanan pulang ke rumah masing-masing, tiba-tiba mereka mendengar suara yang menggetarkan dari gunung itu. Semua penduduk mendengar

suara itu. Saat Subuh tiba, sumber mata air itu telah kembali mengalir. Dan penduduk pun bersyukur kepada Allah Swt.

ص: 143

ص: 144

BAGIAN II

PANDANGAN BEBERAPA PEMIKIR BARAT TENTANG ALQURAN

Di bagian ini akan kami sebutkan beberapa pandangan pemikir Barat. Didasari kejujuran dan jauh dari fanatisme, mereka melakukan kajian dan telaah terhadap al-Quran. Usaha mereka ini pada akhirnya menjadikan mereka berlutut dan mengakui ketakmampuan mereka menghadapi keagungan al-Quran. Tulisan ini tentu dapat menjadi pelajaran berharga bagi orang-orang Islam yang kurang memperhatikan al-Quran. Ya, alasan dipaparkannya pandangan para pemikiran Barat

ini adalah dikarenakan nilai penting pengakuan mereka ini.

ص: 145

1. Philip K. Hitty

Dialah pemikir kontemporer dan seorang dosen di Universitas Princeton, Amerika Serikat, yang telah banyak melakukan penelitian yang sangat berharga sekaitan dengan sejarah Bangsa Arab dan telah banyak menulis buku tentang persoalan ini. Dalam salah satu bukunya yang berjudul Tarikh Arab, dia menulis bahwa al-Quran adalah mukjizat yang paling besar. Apabila seluruh manusia di alam ini berkumpul untuk membuat buku sebagai tandingannya, maka mereka tidak akan mampu melakukannya.(1)

2. Napoleon Bonaparte (Perancis)

Hanya al-Quran yang dapat menjamin kebahagiaan umat manusia.(2)

ص: 146


1- 1) Islam az Nazargoh-e-Donisymandon-e Garb, hal. 241
2- 2) Parhangg-e Berlin, hal. 106

3. Dr. Gerouny (Prancis)

Saya telah mencari hubungan antara ayat-ayat al-Quran dengan ilmu kedokteran, ilmu kesehatan, dan ilmu alam. Sejak kecil saya telah mempelajari semuanya dan benar-benar memahami semuanya. Oleh karena itu, saya menyadari bahwa semua pandangan ayat-ayat ini bersesuaian dengan ilmu-ilmu pengetahuan alam.

Siapapun yang berkecimpung atau terlibat dengan ilmu pengetahuan dan seni, kemudian membandingkan ayat-ayat al-Quran dengan itu, sebagaimana yang telah saya lakukan, maka tak diragukan lagi mereka akan mempercayai kebenaran Islam. Tentu saja, ini hanya berlaku bagi orang-orang yang berakal sehat dan tak menderita penyakit hati (ruhani).(1)

ص: 147


1- 1) Islam dar Zendon-e Itiham, hal. 22

4. Ernest Renan (Prancis)

Saya memiliki perpustakaan pribadi. Di perpustakaan itu terdapat beribu-ribu jilid buku tentang politik, sosial, kesusastraan, dan lain-lain. Semua buku itu telah saya baca, tetapi tidak lebih dari satu kali. Alangkah banyaknya buku-buku itu yang hanya menjadi penghias perpustakaan saya saja! Akan tetapi, ada satu buku yang selalu menjadi sahabat saya, dan ketika saya merasa lelah dan hanya ingin mengungkap pintu-pintu makna dan kesempurnaannya, maka saya pun pergi untuk membacanya dan menelaahnya. Sungguh, sama sekali tiada rasa lelah sedikit pun yang saya rasakan untuk mempelajarinya lebih banyak lagi. Buku itu adalah al-Quran, kitab suci umat Islam yang turun dari langit.' (1)

ص: 148


1- 1) Daairatul Maarif Syi'ah, hal. 744

5. Harbert Georgan (Penulis Berkebangsaan Inggris)

Ketika salah satu majalah Eropa bertanya tentang akidah dan pendapatnya tentang buku (kitab) terbesar yang sejak awal sejarah umat manusia dan sampai

sekarang masih memberikan pengaruh kepada buku- buku lainnya, dia (penulis ini) menyebutkan beberapa kitab (buku), dan terakhir dia berkata, “Akan tetapi,

kitab keempat, yaitu paling pentingnya kitab sedunia, adalah al-Quran. Sebab, pengaruh buku (kitab) itu terhadap dunia masih terus berlangsung dan tidak

satu kitab pun yang seperti itu.(1)

6. Tonward (Orientalis Jerman)

Dengan kekuatan dalil dan argumentasinya, al-Quran dapat menarik perhatian dan memikat orang-orang untuk mendengarkannya. Juga, dapat menaklukkan atau menundukkan hati-nurani seseorang. Dan al-Quran ini pulalah yang menyebabkan masyarakat liar bangsa Arab menjadi guru-guru masyarakat dunia.(2)

ص: 149


1- 1) Al-Islam fii Nadzar Alam al-Garb
2- 2) Tamadun wa Ulume Islam, hal 9

7. Goethe (Penyair dan Penulis Besar Berkebangsaan Jerman (1749-1832])

Awalnya, kami tak menaruh perhatian terhadap al-Quran, namun tak lama kemudian, kitab ini menarik perhatian dan sangat membuat kami takjub. Akhirnya, kami terpaksa menganggap besar prinsip dan kai-dahnya. Kami lalu berusaha mencocokkan kata-katanya dengan makna-maknanya. Arah yang dituju dan maksud dari kitab ini, dengan kekuatannya yang tak berhingga dan dengan prinsip-prinsip nya yang adiluhung, telah membuat kami menaruh perhatian yang lebih besar pada kedudukannya yang tinggi. Dengan sifat-sifat yang dimiliki inilah, al-Quran dengan sangat cepat akan memberikan pengaruhnya yang besar kepada dunia, dan hasil terpenting darinya akan segera terwujud. Dalam waktu dekat, buku ini tidak akan dapat digambarkan, memikat para ilmuwan, dan akan memberikan pengaruhnya yang dalam terhadap ilmu-ilmu pengetahuan, sehingga akhirnya menjadi poros (perhatian) dunia.(1)

ص: 150


1- 1) Panjgom, hal 200

8. H.J. Waltz (Ilmuwan dan Sejarawan Inggris (1866-1946])

Gaya bahasa yang terindah dan kata-kata yang agung telah diturunkan di dalam al-Quran. Metode kefasihan berbicaranya begitu indah, sehingga para intelektual bijaksana terkagum-kagum akan keindahannya. Al-Quran adalah kitab hakiki dan universal.(1)

9. G. Laboum (Orientalis dan Pemikir Berkebangsaan Prancis)

Di awal kata pengantarnya tentang al-Quran, dia menulis, “Al-Quran akan selalu hidup; siapa pun orangnya di muka bumi ini, dengan kapasitas ilmu dan kemampuannya, mengambil manfaat dari al-Quran."(2)

ص: 151


1- 1) Parhangg-e Berlin hal 106
2- 2) Tarikh wa Ulume Qur'an.

10. Marry Gilluard Duman (Orientalis Eropa)

Salah satu sisi keajaiban al-Quran adalah yang berhubungan dengan metode dan gaya publikasinya. Metode dan gaya bahasanya begitu sempurna, luar biasa, dan menakjubkan, sehingga siapapun orangnya tidak akan sanggup menulis surat terpendek sekalipun yang mirip dengannya.(1)

11. Dr. Gustav Lebon

Al-Quran adalah kitab yang diturunkan dari langit untuk orang Islam. Al-Quran tidak hanya terikat pada ajaran dan perintah-perintah agama saja, tetapi di dalamnya terdapat perintah-perintah politik dan sosial masyarakat Islam. Ajaran-ajaran akhlak yang terdapat dalam al-Quran jauh lebih adiluhung daripada ajaran-ajaran akhlak yang terdapat dalam Injil.(2)

ص: 152


1- 1) Tabase Islam dar Urupo, hal 133
2- 2) Tamadun-e Islom wa Arob.

12. Rockstone (Skotlandia)

Selama bertahun-tahun, saya terus mencari hakikat atau kebenaran, dan akhirnya saya menemukan kebenaran itu pada Islam. Kemudian, saya menemukan kitab suci al-Quran dan membacanya. Itulah dia yang mengilhami kekaguman dan pesona dalam diri setiap insan. Ini membuktikan bahwa semua yang dikatakan al-Quran adalah benar adanya.(1)

13. Harbert Georgan (Penulis Inggris)

Al-Quran adalah buku ilmu pengetahuan, agama, sosial, akhlak, dan sejarah. Hukum, undang-undang, dan aturannya sesuai dengan hukum, undang-undang, dan aturan dunia sekarang. Al-Quran adalah buku yang dapat diikuti dan diamalkan selamanya. Siapapun yang ingin memilih agama yang sesuai dengan peradaban manusia, maka dia haruslah memilih Islam. Dan apabila ingin memahami makna agama ini, dia harus merujuk kepada al-Quran.(2)

ص: 153


1- 1) Islome Syenosie Garb, hal 60
2- 2) Al-Islam fii Nadzar Alame al Garb.

14. Mayoritas Ilmuwan Pakar Hukum di Leiden

Mereka datang untuk menghadiri konfrensi agama-agama sedunia. Ketika meneliti dan mempertimbangkan perlunya hukum dan undang-undang dalam Islam, mereka berpendapat, “Agama Islam dan aturan-aturan atau undang-undang yang terdapat dalam al-Quran, dikarenakan memiliki cukup unsur-unsur yang sesuai dengan kebutuhan zaman dan ideologi masyarakat, akan selalu berkembang dan mampu menjawab persoalan dan tuntutan zaman.(1)

15. Napoleon Bonaparte

Saya berharap, waktunya tidak akan lama lagi ketika cendekiawan di seluruh dunia dapat membentuk sebuah pemerintahan yang berdasarkan pada ajaran-ajaran al-Quran, karena hanya ajaran inilah yang benar dan dapat membimbing manusia menuju kebahagiaan dan keselamatan.(2)

ص: 154


1- 1) Qur'on bar faroz a'sor, hal. 39
2- 2) Tobasye Islam dar Urupo, hal 52

16. Mrs. Vaglieri (Ilmuwan Italia dan Profesor Sastra Arab serta Dosen Sejarah Peradaban Islam di Universitas Napoli, Italia)

Kendati berkali-kali dibaca di seluruh dunia Islam, al-Quran tidak akan membuat lelah orang-orang yang membacanya. Benar, membacanya secara berulang-ulang setiap hari akan membuat seseorang lebih mulia. Membaca dan mendengarkan al-Quran akan membangkitkan rasa hormat yang mendalam terhadapnya.

Sepanjang zaman dan abad sejak diturunkan hingga sekarang, al-Quran tidak mengalami perubahan dan akan tetap eksis hingga Tuhan menginginkannya untuk diubah.(1)

ص: 155


1- 1) Pisyrafte-ye-sari-e Islom, hal. 134

17. Mrs. M. Angela (Berkebangsaan Italia)

Pengenalan saya atas pelajaran-pelajaran yang memberikan kehidupan dan ilmu-ilmu cemerlang Islam serta al-Quran telah menimbulkan pandangan yang baru dan mendalam pada diri saya. Cara berfikir tentang Pencipta alam (Tuhan) dan filsafat eksistensi (keberadaan) secara universal telah mengubah diri saya. Saya merasakan bahwa ajaran-ajaran Islam berlawanan dengan ajaran-ajaran Kristen. Islam memperkenalkan manusia sebagai eksistensi (wujud) yang mulia dengan kepribadiannya, bukan wujud yang kotor dan tercemar. Dalam kitab ini dijelaskan juga tentang way of life (jalan hidup), cara khusus memanfaatkan kelezatan-kelezatan dunia, dan cara melindunginya secara menarik dan bijak.(1)

ص: 156


1- 1) Maktab-e Islom, sole 14 no 4

18. F. Eiten D. (Orientalis Prancis)

Islam mengatur hukum-hukum dalam kehidupan ini; setiap hukum itu sesuai dengan tabiat (karakter) manusia. Tak diragukan, hukum-hukum itu dapat diterima dengan senang hati dan menjadi dasar sandaran. Apabila dalam al-Quran disebutkan sebuah petunjuk, maka petunjuk itu benar adanya dan memang pada tempatnya, karena al-Quran memandu manusia menuju jalan kehidupan yang terbaik dan mengajak manusia ke tujuan yang paling tepat.(1)

19. Lasyboune (Ilmuwan Perancis)

Keagungan dan keindahan al-Quran cukup terbukti, bahwa selama 14 abad sejak turunnya, tak ada sedikit pun kerusakan dan kerugian yang disebabkan oleh al-Quran itu sendiri. Metode penyampaian dan kata-kata yang terdapat dalam al-Quran sangat indah dan terasa begitu manis. (2)

ص: 157


1- 1) Islom wa intiqadat Garb, hal 110
2- 2) Hada huwa al Islam, hal 87

20. Alfaro Major D. (Seorang Kolumnis,Penyair, Wartawan, dan Peneliti Spanyol)

Beberapa orang dari kami mengharapkan saya menerjemahkan bebe-rapa surat al-Quran. Saya lalu memilih surat pendek, yaitu surat tentang keesaan Tuhan atau surat Tauhid. Surat ini dan iramanya sangat indah, dan untuk saya itu adalah syair yang begitu penting. Selain itu, saya juga menerjemahkan surat al-Fatihah (pembuka al-Kitab) yang membahas tentang universalitas Tuhan. Saya menyimpulkan, agama ini adalah agama yang paling berprikemanusiaan dan paling berlogika. Agama ini dapat berfungsi menghilangkan kegelisahan dan problema para remaja zaman sekarang(1)

ص: 158


1- 1) Faslnom-e Huzur -Bahor, 1376, no.19 hal 27

21. Z. Leboume (Prancis)

Dalam buku Tafsil al-Ayat, dia memaparkan, “Ilmu yang dimiliki warga dunia berasal dari orang-orang Islam. Kaum Muslimin memperolehnya dari al-Quran yang merupakan lautan ilmu, yang kemudian mengalirkannya ke sungai-sungai untuk dimanfaatkan oleh umat manusia di dunia ini.(1)

22. Rhodwell (Penulis Inggris)

Eropa janganlah lupa bahwa al-Quran telah berjasa bagimu, karena al-Quranlah yang menyebabkan terbitnya ilmu-ilmu di benua Eropa.(2)

ص: 159


1- 1) Al-Mu'jizah al Khalidah.
2- 2) Be Suye wa Ulume Islom, hal 48

23. Wallace (Penulis Besar Inggris)

Semua agama yang berada di setiap zaman, yang tidak sejalan dengan peradaban, akan melawan peradaban itu. Oleh karena itu, agama yang tak berjalan seiring dengan peradaban pengikut-pengikutnya akan dikatakan salah atau batil, yang akan membawa mereka pada kerusakan. Sementara, agama yang benar akan selalu berjalan searah dengan peradaban, dan agama itu adalah agama Islam. Siapapun yang ingin memahami makna agama ini, silakan merujuk pada al-Quran yang di dalamnya terkandung ilmu, undang-undang, dan sistem kemasyarakatan. Al-Quran adalah kitab agama, buku ilmu kemasyarakatan, buku akhlak, kitab sejarah, dan seterusnya. Dan apabila ada seseorang yang menyuruh saya untuk menafsirkan agama Islam, maka akan saya katakan bahwa Islam adalah peradaban sejati umat manusia.' (1)

ص: 160


1- 1) Mukadimeh Tarjameh al-Hayat wa al-Islam.

24. Goethe (Penulis dan Penyair Besar Jer-man (1779-1832])

Al-Quran membangun pengaruhnya, yaitu pada awalnya, pembaca-nya akan merasa enggan terhadapnya disebabkan bahasanya yang berat, kemudian dia akan terpikat oleh daya tariknya, sehingga akhirnya tanpa sengaja dia terikat oleh keindahannya yang tak berbatas.(1)

25. L. Cobald (Asal Inggris)

Sungguh, al-Quran adalah sebuah keindahan yang mempesona, tak ada bahasa yang dapat mengungkapkannya dan tiada kalam yang dapat menuliskannya. Keindahan, daya menarik, kelezatan, dan keteraturan yang baik dan pengaruh semua itu tak dimiliki oleh kitab manapun. Kitab ini tak akan menjadi kuno karena banyak dibaca. Kata-katanya memiliki ukuran yang tepat. Meski demikian tak ditemukan di dalamnya kriteria sajak. Al-Quran lebih manis dari syair. Semua keistimewaan ini hanya dimiliki al-Quran.(2)

ص: 161


1- 1) Tamadun wa Ulum-e Islom, hal. 11
2- 2) Hakikat Islam dar Nazar-e-Digaron, hal 36.

26. Thomas Carel (Cendekiawan dan Sejarawan Terkenal Skotlandia)

Sungguh, al-Quran adalah sebuah keindahan yang mempesona, tak ada bahasa yang dapat mengungkapkannya dan tiada kalam yang dapat menuliskannya. Keindahan, daya menarik, kelezatan, dan keteraturan yang baik dan pengaruh semua itu tak dimiliki oleh kitab manapun. Kitab ini tak akan menjadi kuno karena banyak dibaca. Kata-katanya memiliki ukuran yang tepat. Meski demikian tak ditemukan di dalamnya kriteria sajak. Al-Quran lebih manis dari syair. Semua keistimewaan ini hanya dimiliki al-Quran.(1)

ص: 162


1- 2) Hakikat Islam dar Nazar-e-Digaron, hal 36.

27. Mrs. S. Rony Tiens (asal Belanda)

Kandungan kitab langit ini sangat sejalan dengan akal dan fitrah manusia. Ia benar-benar bersih dari masalah yang bertentangan dan melawan hukum akal. Al-Quran memberikan keputusan- keputusan yang sangat adil dalam persoalan yang berhubu-ngan dengan kaum hawa. Ia berbeda dalam masalah ini dengan agama lain dan sebagian kalangan yang jelas-jelas merendahkan derajat wanita sampai ke tingkat budak dan sama sekali tak memberikan penghargaan kepadanya. Al-Quran menjadikan wanita memiliki keistimewaan dan hak asasi manusia serta me-nempatkannya pada martabat yang tinggi.(1)

ص: 163


1- 1) Maktab Islami, hal. 2

28. Dr. Mardice

Atas perintah Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Kebudayaan Prancis, dia telah bersusah-payah menerjemahkan 63 (enam puluh tiga) surat al-Quran selama sembilan tahun, yang sejak tahun 1926 telah dipublikasikan. Pada bagian pendahuluan dari karyanya itu dia menulis, “Gaya bahasa al-Quran adalah gaya bahasa Tuhan, karena gaya bahasa ini mencakup hakikat realitas yang bersumber darinya. Mustahil ia bukan gaya bahasa dan metode llahi. Dan merupakan pekerjaan yang sia-sia, apabila manusia berusaha menghalangi pengaruh luar biasanya dengan mengubah bahasanya ke bahasa lain, khususnya Bahasa Prancis yang sangat terbatas.(1)

ص: 164


1- 1) Wahyu Muhammadi, hal 14.

29. Mrs. Vaglieri (Cendekiawan Italia)

Kitab samawi Islam merupakan contoh sebuah mukjizat. Al-Quran adalah kitab yang tak dapat ditiru. Gaya dan metode al-Quran belum ada yang mendahuluinya di sepanjang sejarah sastra Arab. Pengaruh yang ditimbulkan oleh gaya al-Quran dalam ruh manusia disebabkan oleh keistimewaan-keistimewaan yang dimilikinya. Maka, bagaimana mungkin al-Quran dikatakan sebagai buah tangan Muhammad saw, sementara kita yakin dia adalah orang Arab yang tak pandai baca-tulis. Kami melihat kandungan ilmu-ilmu dalam al-Quran yang berada di luar batas kemampuan manusia, sekalipun dia adalah orang yang paling pintar dan pemikir di ka-

langan umat manusia, atau yang paling pakar dalam masalah politik. Sebaliknya, dia harus mengakui kelemahannya di hadapan al-Quran.(1)

ص: 165


1- 1) Tobasy Islam dar Uropo, hal 132.

30. Sir William (Sejarawan asal Inggris (1819-1905))

Al-Quran adalah kitab yang padat dengan argumentasi yang logis. Banyak subjek di dalamnya, yang pada umumnya merupakan perkataan-perkataan yang sangat tinggi. Dan ia memulai dengan membicarakan keberadaan Tuhan dan petunjuk atas keagungan pencipta yang tidak bersekutu, dengan disertai dalil-dalil yang pasti secara sempurna. Undang-undang peradilan, masalah hak-hak, aturan-aturan yang bersifat keagamaan, tersusun di dalamnya dengan kata-kata yang sangat sederhana dan mudah dimengerti, sehingga dapat menarik perhatian orang yang membacanya.(1)

ص: 166


1- 1) Farhang Berlin, hal. 107.

31. Rhodwell (Pendeta Masehi)

Kenyataan ini haruslah dipahami bahwa al-Quran adalah kitab yang pantas menerima pujian dan kemuliaan yang sangat tinggi. Sebab, ia memaparkan masalah ketuhanan dengan cara yang tepat dan baik, di samping juga tak melupakan masalah penciptaan, ilmu, takdir universal, dan tauhid. Masalah kepercayaan dan keimanan kepada Tuhan langit dan bumi yang dikatakan oleh al-Quran merupakan masalah yang sangat mendalam dan hangat sekali. Terkandung dalam kitab ini hasrat- hasrat moralitas yang tinggi dan intelektualitas yang pernah turun dalam bentuk perbuatan. Kesimpulannya, di dalam al-Quran terdapat banyak faktor dan unsur yang dapat dibangun di atasnya bangsa yang kuat dan imperium nan agung.(1)

ص: 167


1- 1) Panjgum, hal. 207-208.

32. Clarsten (Mantan Perdana Menteri Inggris)

Suatu hari, dia pernah membawa al-Quran ke Majelis Rakyat Inggris, seraya berkata, "Selama kitab ini ada, maka kepemimpinan bangsa Inggris di negeri-negeri Islam akan menjadi mustahil.(1)

33. Deanward (Orientalis)

Kita wajib secara jujur mengakui bahwa pengetahuan yang berkembang di Eropa, seperti ilmu-ilmu alam, ilmu falak, dan filsafat, semuanya bersumber dari berkah ajaran-ajaran al-Quran. Kita sangat berhutang budi kepada umat Islam. Bahkan, pada ha-kikatnya, Eropa termasuk negeri Islam.

ص: 168


1- 1) Al-Quran bar Feroz-e-Ashor, hal. 14.

34. John Davenport

Al-Quran tak memiliki kekurangan, sehingga tak membutuhkan sama-sekali pembetulan dan klarifikasi. Apabila dari awal hingga akhir seseorang membacanya, maka tak sedikitpun dia akan merasakan kekecewaan. Dalam masa yang panjang sekali, para pendeta yang lupa akan Tuhan itu telah menjauhkan kami dari

pemahaman yang benar akan hakikat al-Quran nan suci dan keagungan sang pembawanya, Muhammad saw. Namun, dengan melangkahkan kaki kita di jalan besar pengetahuan, maka tabir kebodohan dan fanatisme buta pun menjadi hilang, sehingga kitab yang tidak dapat digambarkan ini dengan cepat menarik perhatian kami dan mampu memberikan pengaruh yang berarti di dunia ilmu. Dan akhirnya menjadi pedoman pemikiran masyarakat dunia.

ص: 169

35. Ilmuan, Orientalis Terkenal asal Jerman, Penulis Buku Sejarah al-Quran

Dengan logika ilmiah dan caranya yang memukau, al-Quran telah menarik hati para pendengarnya, sekaligus menjadikan mereka lawan bicaranya. Ia selalu dapat menguasai hati orang- orang yang menentangnya. Dan akhirnya membuat mereka bergabung dengannya. Keutamaan al-Quran telah mencapai puncak kesempurnaannya hanya dengan kemudahan dan kefasihan yang dimilikinya. Kitab ini telah berhasil membuat bangsa yang liar dan tidak berpendidikan menjadi bangsa berperadaban, sekaligus bertanggung jawab atas masalah pendidikan umat manusia.(1)

ص: 170


1- 1) Tarikh wa Ulumul al-Quran.

36. Sedove (Orintalis Prancis (1817-1893]).

Al-Quran adalah kumpulan tuntunan moral dan kebijaksanaan. Tak satu pun yang luput dari al-Quran. Kitab suci ini berdiri tegak di atas fondasi keadilan,

kebajikan, dan kebijaksanaan. Ia menunjuki manusia untuk menggapai keutamaan dan kesempurnaan. Ajaran-ajaran al-Quran dan hukum-hukumnya telah membuat orang- orang yang selalu mencari kesalahan dan musuh-musuhnya kebingungan, bahkan buta. Cukup sebagai bukti atas keagungan kitab suci ini dan pembawanya adalah bahwa ia telah berhasil mengubah orang-orang pedalaman yang liar dan penghuni- penghuni lembah yang tak memiliki keutamaan sama-sekali, bahkan memiliki semua bentuk ketercelaan moral, menjadi orang- orang yang beruntung, bahkan tergolong guru-guru kemanusiaan.(1)

ص: 171


1- 1) Panj Gom

37. P. Z. Burguis (Ahli Sejarah, asal Italia).

Apabila umat Islam tak mau lagi membaca dan mengikuti al-Quran, juga enggan melaksanakan hukum-hukumnya, maka kekuatan untuk menggapai kebahagiaan dan malaikat yang mendampingi akan menjauhi mereka, karena ketakpedulian itu. Sebagai akibatnya lagi, mereka akan kehilangan kehormatan, kemuliaan, dan keagungannya. Dan ketertindasan serta perbudakanlah sebagai gantinya. Pada saat inilah musuh-musuh akan berdatangan untuk menguasai mereka.

Musuh-musuh itu seperti kuman yang berada di tengah-tengah mereka, dan yang telah membuat mereka terbelenggu seperti sekarang ini. Benar, segala kepahitan dan kesengsaraan yang dialami umat Islam sekarang ini dikarenakan dulunya mereka tak melaksanakan hukum-hukum al-Quran. Dan akibat itu sama sekali tidak menimpa Islam (al-Quran). Oleh karena itu, sebenarnya kesalahan apakah yang dapat ditimpakan kepada agama yang suci ini?(1)

ص: 172


1- 1) Hakikat Islam dar Nazar-e-Digaron

38. Dr. Maurice (Asal Prancis).

Sungguh, al-Quran adalah sebaik-sebaik kitab dan yang paling unggul, karena kalam penciptaan dan tangan seni yang azali telah diperlihatkan olehnya kepada manusia.(1)

39. Mrs. Laura V. Vaglieri (Profesor Sastra Arab dan Dosen Sejarah Peradaban Islam, di Universitas Napoli, Italia).

Dia menulis sebuah makalah berjudul Kemajuan Tercepat Ajaran-ajaran Islam, di antaranya adalah: Kita mendapatkan dalam al-Quran kesimpulan-kesimpulan ilmu pengetahuan yang berada di luar batas kemampuan dan kapasitas manusia, meski dia manusia yang paling cerdas, filosof yang paling besar, dan politikus yang paling kuat.

ص: 173


1- 1) Nasl-e-Nu, tahun ketiga.

40. Ilmuan Antropologi Terkenal dari Amerika Serikat

Salah-satu keistimewaan terbesar al-Quran adalah kefasihannya. Al-Quran, apabila sedang dibaca, akan menimbulkan pengaruh luar biasa pada diri dan sangat berkesan di pikiran orang yang mendengarnya, baik dia memahami bahasa Arab sehingga dapat mengerti maknanya atau tidak. Keistimewaan kefasihannya ini tak mungkin dapat digantikan dengan terjemahan apapun.

ص: 174

BAGIAN III

Soal-Jawab Pilihan Seputar al-Quran (Teka-teki Seputar al-Quran)

Karena soal-jawab atau teka-teki al-Quran dapat membantu seseorang dalam memahami suatu persoalan yang menjadi perhatiannya, maka kami pun mengkhususkan bagian ketiga buku ini untuk menyebutkan beberapa teka-teki pilihan sekitar persoalan yang ada dalam al-Quran, yang senantiasa menjadi perhatian para pembaca.

ص: 175

Soal

1. Apa nama sebuah surat yang sama dengan nama salah satu peperangan yang dilakukan Rasulullah saw?

2. Apa nama sebuah surat yang sama dengan nama kabilah Rasulullah saw?

3. Apa nama sebuah surat yang sama dengan nama salah satu hari raya umat Islam?

4. Apa nama beberapa surat yang sama dengan waktu, siang, dan malam?

5. Surat-surat apa saja yang namanya diambil dari kata pertama surat itu?

6. Sebutkan beberapa surat yang jumlah ayat-ayatnya sama dengan jumlah para imam maksum (Ahlul Bait Rasulullah saw)!

7. Sebutkan sebuah surat yang tidak ada di dalamnya huruf "fa".

8. Sebutkan empat nama lain bagi Surat al-Hamd?

9. Sebutkan beberapa surat yang nama-namanya apabila dibaca dari kiri tetap sama sebagaimana dibaca dari kanan!

ص: 176

10. Surat apakah yang namanya merupakan nama senjata para ilmuwan dan cendekiawan?

11. Sebutkan sebuah surat yang namanya hanya terdiri dari satu huruf saja!

12. Sebutkan salah satu surat al-Quran yang namanya hanya terdiri dari dua huruf saja!

13. Sebutkan salah satu surat al-Quran yang na manya sama dengan nama salah satu furuuddin (pokok-pokok agama)?

14. Sebutkan beberapa Nabi as yang dikisahkan dalam al-Quran, yang satu sama lain memiliki hubungan ayah-anak!

15. Sebutkan berapa Nabi as yang namanya menjadi nama beberapa surat!

16. Berapa kalikah nama suci Rasulullah saw di sebutkan dalam al-Quran?

17. Sebutkan ayat suci pertama yang diturunkan!

18. Sebutkan ayat suci terakhir yang diturunkan!

19. Sebutkan sebuah kata dalam al-Quran yang paling panjang di antara kata-kata yang lain dalam al-Quran!

20. Sebutkan huruf yang mengawali dan mengakhiri al-Quran, juga kata yang ada di tengah-tengah al-Quran!

ص: 177

21. Sebutkan surat yang ditekankan untuk banyak dibaca oleh kaum perempuan!

22. Siapakah dua perempuan utama yang disebutkan dalam al-Quran?

23. Sebutkan bagian dari sebuah ayat pada juz ke 30 yang apabila dibaca dari akhir, sama halnya bila dibaca dari awalnya?

24. Dalam dua buah ayat, huruf Arab yang berjumlah 28 huruf, disebutkan seluruhnya. Ayat manakah itu?

25. Satu surat yang kata: siti disebutkan pada semua ayatnya?

26. Hewan terbesar dan terkecil apa yang disebutkan dalam al-Quran?

27. Peperangan manakah yang merenggut seperenam penduduk dunia?

28. Surat manakah yang menjadi penghulu surat-surat lainnya?

29. Siapakah yang pertama kali mengumpulkan al-Quran?

ص: 178

30. Siapakah yang pertama kali meletakan harakat dan i'rab untuk al-Quran?

31. Ada berapakah jumlah ayat-ayat Makkiyah dan ayat-ayat Madaniyah?

32. Sebutkan surat yang pertama kali diturunkan dan surat yang terakhir kali diturunkan!

33. Berapakah jumlah keseluruhan surat yang dimulai dengan huruf hijaiyah dan sebutkan tiga buah surat di antaranya!

34. Dimana pertama kali al-Quran dicetak, yang dilakukan oleh orang yang tidak beragama Islam? Sebutkan pula tahun dan nama kotanya!

35. Sebutkan sebuah surat yang pernah dinyatakan oleh Rasul saw sebagai surat yang membuat beliau cepat tua!

36. Sebutkan nama kota, negara, dan waktu di mana al-Quran dicetak untuk pertama kalinya oleh seorang muslim!

37. Sebutkan seluruh ayat dalam al-Quran yang mewajibkan seseorang untuk sujud apabila membaca atau mendengarnya!

38. Sebutkan seluruh ayat dalam al-Quran yang men-sunnah-kan seseorang untuk sujud apabila mendengar atau membacanya!

ص: 179

39. Sebutkan sebuah ayat dan nama suratnya yang paling memberikan harapan!

40. Ayat suci manakah dalam al-Quran yang dapat memiliki 1.260.000 (satu juta dua ratus enam puluh ribu) terjemahan dan sebutkan pula nama suratnya!

ص: 180

Jawaban

1. Surat al-Ahzab

2. Surat Quraisy.

3. Surat Jumuah (Jumat)

4. Surat al-Ashr, al-Lail, dan al-Fajr.

5. Surat al-Taubah, al-Ashr, dan al-Qariah.

6. Surat al-Tahrim dan al-Thalaq.

7. Surat al-Hamd.

8. Fatiha al Kitab, Umm al-Kitab, Umm al-Quran, dan al-Syafiah.

9. Surat Tabbat dan al-Lail.

10. Surat al-Qalam.

11. Surat Qaf.

12. Surat Yâsin dan Thaha.

13. Surat al-Hajj.

14. Ibrahim dan Ismail, Ibrahim dan Ishaq, Ya'qub dan Yusuf, Daud dan Sulaiman, serta Zakaria dan Yahya.

15. Ibrahim as , Muhammad saw , Nuh as, Hud as, Yusuf as, dan Yunus as.

ص: 181

16. Lima kali.

17. Ayat suci (Surat al-Alag): .........., ull!

18. Ayat suci (Surat al-Maidah: 3): ........... o ost wisiped

19. Yaitu kata : فاسقینا کموه Dalam surat al-Hijr ayat ke-22 dan kata tersebut memiliki 11 buah huruf.

20. Huruf yang mengawali al-Quran adalah huruf "ba" (), huruf yang mengakhiri al-Quran adalah huruf sin ( w ). Dalam bahasa Parsi huruf "ba" dan "sin" apabila digandengkan maka membentuk kata yang bermakna "cukup." Mungkin maksudnya adalah bahwa kitab suci al-Quran itu cukup untuk segala urusan. Dan kata

yang berada di tengah-tengah al-Quran adalah :........obling

21. Surat al-Nur.

22. Asiyah as istri Fir'aun dan Maryam ibu Nabi Isa as.

23. Ayat (dalam surat al Muddatsir: 3): Se il .......

ص: 182

24. Yaitu ayat terakhir surat al-Fath dan ayat ke-154 dari surat Ali Imran.

25. Surat al-Mujadalah

26. Hewan terbesar itu adalah gajah dan hewan terkecil itu adalah. ini dan voell

27. Yaitu peperangan yang terjadi di antara dua putra Nabi Adam as, yaitu Habil dan Qabil. Karena penduduk dunia pada saat itu hanya berjumlah enam orang, yaitu Nabi Adam, Hawa, dua putri dan dua putra mereka, maka ketika Habil tewas, maka seperenam penduduk dunia telah mati.

28. Al-Baqarah

29. Imam Ali.

30. Abu Aswad Duali.

31. Surat Makkiyah berjumlah 86 surat, surat Madaniyah berjumlah 28 surat.

32. Surat pertama al-Alaq, dan surat terakhir al-Nashr. Surat al-Nashr ini diturunkan pada tahun ke-11 hijrah dalam peristiwa Haji Wada'.

33. Keseluruhannya berjumlah 29 surat. Dan tiga surat di antaranya adalah surat Yasin, surat Shad, dan surat Alif Lam Ra.

ص: 183

34. Di kota yang bernama Bunduqiah, pada tahun 1530 Masehi.

35. Surat Hud, al-Waqiah, al-Mursalat, al-Naba'.

36. Di kota St. Pietersberg, Rusia, pada tahun 1878 Masehi.

37. Yaitu empat ayat yang ada dalam empat surat, yaitu:

1. Ayat ke-15 dari surat Alif Lam Tanzil.

2. Ayat ke-37 dari surat al-Sajadah.

3. Ayat terakhir dari surat al-Najm

4. Ayat terakhir dari surat al-Alaq.

38. Yaitu sebelas ayat yang ada dalam sebelas surat sebagai berikut:

1. Ayat terakhir surat al-'Araf.

2. Ayat ke-77 dari surat al-Hajj.

3. Ayat ke-48 dari surat al-Naml

4. Ayat ke-58 dari surat Maryam.

5. Ayat ke-25 dari surat al-Naml

6. Ayat ke-15 dari surat al-Ra'd.

7. Ayat ke-21 dari surat al-Insyiqaq.

8. Ayat ke-107 dari surat al-Isra.

9. Ayat ke-18 dari surat al-Hajj.

ص: 184

10. Ayat ke-60 dari surat al-Furqan.

11. Ayat ke-24 dari surat Shad.

39. Ayat ke-114 dari surat Hud: Dan dirikanlah shalat itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang), dan pada bagian permulaan malam. Sesungguhnya

perbuatan yang baik itu dapat menghapuskan perbuatan yang buruk.

40. Ayat ke-102 dari surat al-Baqarah.

ص: 185

DAFTAR INDEKS

Nama Para Nabi dan Maksum

1. Nama Para Nabi dan Maksumin

- Hadhrat Adam

- Hadhrat Ibrahim

- Hadhrat Ishaq

- Hadhrat Ismail

- Imam Hasan al-Askari

- Imam Husain

- Hadhrat Khidhir

- Hadhrat Daud

- Hadhrat Ridha

- Hadhrat Zakaria

- Hadhrat Fathimah al-Zahra

- Hadhrat Sulaiman

- Hadhrat Ali

- Hadhrat Isa

- Hadhrat Muhammad saw

- Hadhrat Maryam

- Hadhrat Musa

ص: 186

2- Hadhrat Nuh

- Hadhrat Hud

- Hadhrat Yahya

- Hadhrat Ya'qub

- Hadhrat Yusuf

- Hadhrat Yunus

Nama Tokoh-tokoh

(A)

- Abu Said Khudri

- Abu Bakar

- Abu Jahal

- Abu Dzar

(B)

- Baba Kadzim

- Bani Makhzum

- Bid Abadi

(D)

- Dzul Tsudyah

- Dzul Khawishrah Tamimi

- Do'a

187

ص: 187

(F)

- Fir'aun

- Fidhdhah

(H)

- Haji

- Hamzah

- Hanin bin Ishaq

- Habil

- Hamim bin Ishaq

- Habil

- Harun al-Rasyid

- Hisyam bin Hikam

- Abu Sufyan

- Abul Fa Harawi

- Abu Aswad Duali

- Akhnas Bin Syariq

- Abdullah Bin Rowahah

- Abdur Rahman Salami

- Abdu Manar

- Ali Agha

- Ibnu Abil Auja

ص: 188

- Ibnu Ishaq

· Ibnu Abbas

- Ibnu Mugaffa

- Ibnu Hisyam

- Ishak Bin Hanin Kindi

- Ismail, Said Sadr

- Injil

- Infak

- Izrail

- Isa Bin Ali

- Jibril

- Jin

(K)

- Kumail

. Khumaini, Imam

- Khawarij

(M)

- Makmun

- Mani

- Majlisi

ص: 189

- Muhammad bin al-Hasal

(Q)

- Qabil

- Qosadah Bin Nukman

- Said Quthb

- Qais bin Ashim

- Sufyan bin Uyainah

- Sufyan bin Muawwiyah

- Sultan Abadi

- Salman

- Sya'woneh

- Syuhada

- Sholat

- Sadu

- Taurat

- Tito

- Uthbah Bin Rabi

- Utsman

ص: 190

- Umar Bin Khatab

(W)

- Waidah Sabzawari

- Wahid

- Walid Bin Mughirah Makhzumi

- Yakub Bin Ishak

- Yuhudi

- Yahya Bin Aksam

(2)

- Zoroaster

- Zahri

- Zaid Bin Haritsah

Nama-nama Tempat

(A)

- Afrika

- Amerika

(B)

- Bashrah

- Bundukiah

ص: 191

- Belanda

(E)

- Eropa

(H)

- Hamadan

- Irak

- Ishfahan

- Inthakiah (Anthiokia)

- Inggris

- Italia

- Irak

(K)

- Kabutar Ohang

- Ka'bah

- Kuffah

(M)

- Madinah

- Masjid

- Masyhad

- Mesir

ص: 192

- Mekkah

(N)

- Napoli

- Najaf

- New York

(P)

- Paris

- Pakistan

- Pietersberg

- Prancis

(Q)

- Qum

(R)

- Rusia

(S)

- Samarra

- Sabyawar

· Spanyol

- Skotlandia

(T)

· Turki

ص: 193

· Teheran

(9)

- Yamamah

- Yugoslavia

Sumber Rujukan

1. Bihar al-Anwar

2. Hayah al-Qulub

3. Sejarah Ibnu Hisyam

4. Tarikh Khulafa Abasyiah

5. Waqai'ul Ayam Khiyoboni

6. Majma al-Bayan

7. Ushul Kafi

8. Manaqib Ibnu Syahr 0 Syub

9. Safinah al-Bahai

10. Khazinah al-Jawahir

11. Tafsir Fi Zilalil Qur'an

12. Tafsir Nemuneh

13. Khozan

14. Musnad Ahmad Bin Hambal

15. Nash wal Ijtihad

ص: 194

16. Layalil Akhbar

17. Amali Syekh Mufid

18. Mardone Ilm dar Merdhone-e-amal

19. Irfan-e-Islami

20. Kitab Sulaim Bin Qais

21. Ibnu Muzaffa

22. Majalah Makab Islami, no. 1, th. 1362

23. Simoo-e-Farzonegan

24. Kasfy al-Thabari

25. Mashalal al-Qulub

26. Al-Tabdul

27. Anwar al-Nu'maamah

28. Dostonho-e-Alawi

29. Mi'raj al-Sa'adah

30. Gunohon-e-Kalameh

31. Mustadrak al-Wasail

32. Kitab al-Tawwahu

33. Setoregon-e-Derakhsyon

34. Ihtijaj Thabarsi Jilid 2

35. Tafsir Imam Hasan Askari

36. Anwar al-Malakut, jil. I

ص: 195

37. Gulza Akbari

38. Jawanu al-Hikayat

39. Syarah Ibnu Abil Hadid, jil. ke-19

40. Dostonho-e-Syegaf

ص: 196

tentang Pusat

Bismillahirohmanirrohim

هَلْ یَسْتَوِی الَّذِینَ یَعْلَمُونَ وَالَّذِینَ لَا یَعْلَمُونَ

Apakah sama antara orang yang berpengetahuan dan tidak berpengetahuan?

Quran Surat Az-Zumar: 9

Selama beberapa tahun sekarang, Pusat Penelitian Komputer ghaemiyeh telah memproduksi perangkat lunak seluler, perpustakaan digital, dan menawarkannya secara gratis. Pusat ini benar-benar populer dan didukung oleh hadiah, sumpah, wakaf dan alokasi bagian yang diberkati dari Imam AS. Untuk layanan lebih lanjut, Anda juga dapat bergabung dengan orang-orang amal di pusat tersebut di mana pun Anda berada.
Tahukah Anda bahwa tidak semua uang layak dibelanjakan di jalan Ahl al-Bayt (as)?
Dan tidak setiap orang akan memiliki kesuksesan ini?
Selamat untukmu.
nomor kartu :
6104-3388-0008-7732
Nomor rekening Bank Mellat:
9586839652
Nomor rekening Sheba:
IR390120020000009586839652
Dinamakan: (Lembaga Penelitian Komputer Ghaemieh)
Setorkan jumlah hadiah Anda.

Alamat kantor pusat:

Isfahan, Jl. Abdurazak, Bozorche Hj. Muhammad Ja’far Abadei, Gg. Syahid Muhammad Hasan Tawakuli, Plat. No. 129/34- Lantai satu.

Website: www.ghbook.ir
Email: info@ghbook.ir
Nomor Telepon kantor pusat: 031-34490125
Kantor Tehran: 021-88318722
Penjualan: 09132000109
Pelayanan Pengguna: 09132000109